Yo, Readers! 🎉
•
Selamat datang di dunia "Swear it Again"!
Happy reading, and enjoy the ride!🚀
•
•"Terkadang, yang paling susah bukanlah melepaskan, tapi menerima kenyataan bahwa kita memang harus berhenti berlari dari rasa itu."
Baskara Bimantara
•
•Beberapa hari setelah percakapan seenzone yang berakhir tanpa arah, Baskara merasa sudah waktunya untuk keluar dari lingkaran perasaan yang menggantung. Dia butuh sesuatu untuk menyegarkan pikiran, menjauhkan diri dari segala drama hati yang terus berputar di kepalanya. Teman-temannya pun menyadari perubahan sikap Baskara yang semakin sering melamun akhir-akhir ini. Mereka tahu bahwa dia butuh distraksi yang nyata, sesuatu yang bisa membuatnya kembali ke dirinya yang biasa.
Grup Chat - Penghuni Asli Fixate
Raiden: "Bro, sore ini pada ke skatepark nggak? Gue butuh temen main nih."
Gideon: "Gue bisa sih, pengen nyobain trick baru."
Felix: "OTW, gue udah pegang board dari pagi, hahaha."
Baskara: "Gue join, fix butuh refreshing."
Raiden: "Yoi! Jangan bawa drama lo ke sana, kita bawa vibes chill aja."
Baskara: "Deal, bro."
Skatepark sore itu ramai oleh anak-anak muda yang berlomba menunjukkan kemampuan mereka di atas papan skate. Suara roda yang menggesek lantai beton dan teriakan riang bersahut-sahutan, menciptakan atmosfer santai yang jauh dari segala kepenatan. Baskara, Felix, Raiden, dan Gideon berkumpul di sudut skatepark yang sedikit lebih sepi, menyiapkan papan masing-masing.
"Nah, ini yang gue perluin," ucap Baskara sambil menghirup napas dalam-dalam. "Udara segar, vibes asik, jauh dari drama."
Felix menepuk bahu Baskara. "Fix bro, skating bakal ngilangin semua galau lu. Nggak ada yang namanya cinta-cintaan di sini, cuma trik dan balance."
Gideon mengangguk setuju. "Kalo lu bisa landing ollie yang clean, semua masalah bakal kelihatan lebih kecil, percaya deh."
Baskara tertawa kecil. "Gue beneran berharap bisa segampang itu."
Raiden melemparkan senyum jahil sambil memulai beberapa gerakan basic di atas papan. "Ya emang segampang itu, asal mindset-nya diganti. Udah, fokus aja sama board lo, sama temen-temen lo di sini. Sisanya, biarin ngalir."
Mereka semua mulai berlatih, mencoba berbagai trik di lintasan skatepark yang luas. Baskara memulai dengan beberapa gerakan dasar, membiarkan tubuhnya kembali terbiasa dengan keseimbangan di atas papan. Sesekali, dia melirik ke arah temannya yang sedang mencoba trik baru dengan penuh semangat. Di tengah-tengah itu, Baskara merasa pikirannya mulai sedikit lebih ringan. Mungkin memang benar, fokus pada sesuatu yang sederhana bisa mengalihkan rasa rumit yang ada di hati.
Namun, di tengah-tengah permainan itu, sosok yang tak asing tiba-tiba muncul di pinggir skatepark. Adela.
Baskara menghentikan gerakannya sesaat ketika melihat Adela berdiri di sana, bersama beberapa temannya yang tampak sedang menikmati suasana skatepark. Pikirannya langsung kembali ke beberapa hari yang lalu, ketika dia terakhir kali berbicara dengan Adela di chat, dan bagaimana percakapan mereka berakhir dengan seenzone.
Raiden: "Kar, bro, lu kenapa diem?"
Baskara: "Nggak, nggak ada apa-apa."
Felix: melirik ke arah Adela "Oh, I see. Drama spotted, wkwk."
Gideon: "Wah, Adela? Seriusan? Udah bro, relax aja. Biarin aja, main lagi."
Baskara berusaha mengabaikan kehadiran Adela. Dia tahu kalau dia terlalu fokus pada hal itu, perasaan yang berusaha dia sembuhkan malah bakal muncul lagi. Tapi sulit. Setiap kali dia melakukan trik, dia bisa merasakan tatapan Adela mengarah padanya, dan itu cukup membuat konsentrasinya buyar.
Di sisi lain, Adela juga menyadari kehadiran Baskara di sana. Dia tidak menyangka akan bertemu dengan Baskara di tempat seperti ini, dan meskipun perasaan aneh itu muncul lagi, dia tahu bahwa dia tidak bisa terus menghindarinya. Di sebelahnya, Abigail menyadari bahwa Adela agak terdiam dan menatap ke arah Baskara.
"Lo mau nyapa dia?" tanya Abigail dengan nada pelan.
Adela menggeleng pelan. "Gue nggak tau, Bi. Setelah obrolan kita, gue ngerasa kayak gue lagi coba buat ngejauh, tapi setiap kali ketemu dia, rasanya malah makin susah."
Abigail menghela napas. "Lo nggak bisa terus-terusan kayak gini, Del. Kalau lo emang mau selesaiin semuanya, ya hadapin. Biar nanti lo nggak nyesel terus ngeluh."
Adela menatap ke arah Baskara yang sekarang sedang asyik berbicara dengan teman-temannya. Di dalam hatinya, dia tahu Abigail benar. Tapi di sisi lain, dia juga nggak tahu harus memulai dari mana untuk memperbaiki semuanya.
Baskara terus berusaha fokus pada permainan skate-nya. Dia mencoba beberapa trik baru, namun sering kali gagal. Pikiran yang masih penuh dengan Adela membuatnya kehilangan konsentrasi. Raiden yang menyadari hal itu pun segera menghampiri Baskara.
"Bro, lu nggak bisa main dengan fokus kalo pikiran lu masih muter ke tempat lain," kata Raiden, menepuk pundaknya. "Kalau ada yang perlu diberesin, beresin dulu."
Baskara menghela napas panjang, menatap ke arah Adela yang masih berdiri di pinggir skatepark. Raiden benar. Mungkin ini waktunya untuk mengakhiri segala keraguan dan kebingungan yang selama ini dia rasakan.
Tanpa berpikir panjang lagi, Baskara berjalan mendekati Adela. Dia bisa merasakan tatapan teman-temannya di belakang, tapi dia tidak peduli. Ini bukan soal mereka, ini soal dia dan Adela.
Ketika Baskara sampai di hadapan Adela, suasana mendadak jadi canggung. Adela tampak terkejut, namun tidak bisa menghindar lagi.
"Hey," sapa Baskara, mencoba memulai percakapan.
"Hey," balas Adela pelan. "Lagi main di sini?"
"Yeah," jawab Baskara sambil mengangguk. "Lu juga?"
Adela tersenyum kecil. "Nggak main, cuma nemenin temen-temen."
Keduanya terdiam sejenak, suasana terasa aneh di antara mereka. Baskara mencoba memikirkan apa yang harus dia katakan, tapi semuanya terasa salah.
"Gue cuma pengen tau," kata Baskara akhirnya, "apa lu beneran baik-baik aja?"
Adela menatapnya sejenak, lalu menghela napas. "Gue baik-baik aja, Kar. Gue cuma... butuh waktu buat ngerti semua ini."
Baskara mengangguk, meski masih ada pertanyaan di dalam dirinya. "Gue ngerti. Tapi kalau kita udah sepakat buat selesaiin semuanya, kenapa lu masih ngejauh? Gue nggak ngerti kenapa kita masih kayak gini."
Adela terdiam, menatap ke arah papan skate Baskara. "Gue nggak tahu, Kar. Mungkin karena gue belum siap buat benar-benar lepas. Atau mungkin karena gue masih takut buat ngerasain apa yang gue rasain dulu."
Mendengar jawaban itu, Baskara merasa perasaannya lebih tenang. Setidaknya dia tahu sekarang bahwa Adela juga mengalami kebingungan yang sama. Dia tidak sendirian dalam hal ini.
"Kalau gitu, nggak perlu buru-buru," kata Baskara lembut. "Gue cuma pengen kita nggak terus-terusan kayak gini. Kita bisa saling kasih waktu, tapi jangan ghosting lagi, ya."
Adela tersenyum tipis, lalu mengangguk. "Iya, gue janji nggak akan ghosting lagi."
Setelah percakapan singkat itu, mereka berdua kembali ke teman masing-masing, dengan suasana hati yang lebih tenang. Meskipun belum ada penyelesaian penuh, setidaknya mereka tahu bahwa mereka bisa menghadapi ini bersama, dengan cara mereka sendiri.
Baskara tersenyum lega saat kembali ke teman-temannya. Dia tahu, meski jalannya masih panjang, setidaknya mereka sudah mulai menuju arah yang lebih jelas. Skatepark sore itu tak hanya membawa angin segar, tapi juga langkah pertama menuju penyelesaian yang lebih dewasa.
TBC—
Jangan lupa untuk vote, follow, dan kasih tahu pendapat kalian di kolom komentar! Setiap vote dan komentar kalian bikin aku makin semangat buat nulis. Let's make this story go viral, guys! 💖
KAMU SEDANG MEMBACA
Swear it Again
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Baskara udah hampir move on dari Adela, cewek yang dulu bikin dunianya berputar, tapi tiba-tiba muncul lagi. Setelah ghosting berbulan-bulan, Adela nge-DM dengan pesan yang bikin galau lagi. Apa sih yang mau diomongin? Kenap...