Yo, Readers! 🎉
•
Selamat datang di dunia "Swear it Again"!
Happy reading, and enjoy the ride!🚀
•
•"Nggak ada yang lebih lega dari berhenti sembunyi di balik apa yang kelihatan aman."
Baskara Bimantara
•
•Setelah sesi vlog bersama kemarin, suasana di grup pertemanan mereka sedikit lebih santai. Baskara, yang biasanya paling banyak diam kalau sudah bahas soal perasaan, kali ini mulai terbuka. Namun, masalahnya dengan Adela belum sepenuhnya selesai. Di satu sisi, dia merasa lega bisa berbagi dengan teman-temannya. Di sisi lain, ada perasaan gelisah yang masih mengganjal—seolah ada bagian dari dirinya yang belum bisa benar-benar move on.
Pagi itu, Baskara duduk di balkon rumahnya, menikmati kopi hitam sambil scroll media sosial. Notifikasi dari grup chat mendadak menyita perhatiannya.
Grup Chat - Penghuni Asli Fixate
Felix: "Yo, bro! Vlog kemarin udah lu edit belum?"
Baskara: "Belum nih. Gue masih ada scene yang kayaknya pengen gue cut."
Raiden: "Apaan? Yang lu spill soal Adela? Yaelah, bro, justru itu yang bikin vlog lu relate ke viewers. Jangan dipotong lah."
Gideon: "Gue setuju sama Rai. Viewers lu demen konten yang raw kayak gitu. Plus, mereka suka liat lu vulnerable, bukan cuma cool."
Baskara: "Tapi kayaknya terlalu personal deh. Nggak enak aja kalo tiba-tiba jadi konsumsi publik."
Raiden: "Ya udah sih, biar viewers lu tau lu juga manusia, bukan robot. Trust me, vlog lu bakal dapet lebih banyak likes kalo lu jujur soal perasaan."
Felix: "Bener tuh. Siapa tau ada yang kasih insight di kolom komentar."
Percakapan berlanjut ke topik lain, tapi saran Raiden tadi masih bergema di kepala Baskara. Dia tahu teman-temannya nggak asal ngomong, tapi mengungkapkan perasaan pribadi ke publik—bahkan di vlog—tetap terasa berat. Apalagi Adela belum tahu apa-apa soal perasaannya. Gimana kalau Adela lihat vlog itu dan salah paham? Pikiran-pikiran itu terus menghantuinya sampai sore tiba.
Di sisi lain, Raiden punya rencana untuk ngobrol lebih serius dengan Baskara. Sore itu, dia mengirim pesan untuk ngajak ketemu di skatepark.
Raiden: "Kar, meet up di skatepark jam 5 sore yuk. Gue pengen ngomong serius bentar."
Baskara: "Serius amat? Ada apa, bro?"
Raiden: "Ada deh. Lu dateng aja."
Tepat jam 5 sore, Baskara tiba di skatepark. Raiden sudah duduk santai di bangku kayu dengan skateboard di sebelahnya. Wajahnya terlihat lebih serius dari biasanya.
"Hey, bro. Tumben lu ngajak ngobrol serius," sapa Baskara sambil menurunkan skateboard-nya.
Raiden tersenyum tipis. "Iya, gue pengen ngomong soal vlog lu kemarin. Sama Adela."
Baskara langsung merasa ada sesuatu yang mengganjal. "Oh, soal itu. Emang kenapa?"
Raiden menarik napas panjang sebelum menjawab, "Gue tau lu punya perasaan sama Adela, Kar. Udah jelas banget dari cara lu ngomongin dia. Tapi lu harus paham, masalah kayak gini nggak bisa lu simpen terus."
Baskara terdiam, mencoba mencerna apa yang ingin disampaikan Raiden.
"Liat, bro," lanjut Raiden, "Gue nggak pernah suka ngurusin soal perasaan orang. Tapi kali ini, gue rasa lu perlu denger 2 cents gue. Lu nggak bisa terus-terusan pura-pura cool di depan dia, apalagi sekarang lu udah mulai spill dikit di vlog. Itu cuma bakal bikin lu makin tenggelam."
Baskara mengangguk pelan. "Gue ngerti sih maksud lu. Tapi gue nggak tau gimana cara ngomong langsung ke dia. Kita udah lama nggak ngobrol mendalam."
Raiden menatapnya serius, "Justru itu. Lu harus mulai dari sekarang. Jangan nunggu semuanya jadi makin rumit. Lu nggak bisa terus hiding behind the camera."
Baskara termenung. Raiden benar. Sembunyi di balik vlog dan image cool-nya nggak akan menyelesaikan apa pun. Dia sudah cukup dewasa untuk menghadapi perasaannya, bukan lari dari itu.
Obrolan mereka beralih ke topik lebih ringan, dan suasana mulai mencair. Namun, pesan Raiden masih terngiang di kepala Baskara. Seolah Raiden, yang biasanya cuek, jadi orang paling dewasa.
Saat matahari mulai terbenam, mereka memutuskan pulang. Namun sebelum berpisah, Raiden menepuk bahu Baskara, "Gue nggak tau apa yang bakal terjadi, bro. Tapi gue yakin, lu bakal lebih lega kalo lu udah ngomong semuanya. Entah hasilnya gimana, at least lu udah nggak pura-pura."
Baskara tersenyum tipis, "Thanks, bro. Gue bakal pikirin."
Malam itu, di rumah, Baskara mulai menonton ulang footage vlog yang belum sempat dia edit. Bagian tentang Adela masih terasa canggung buatnya, tapi dia tahu, kejujuran itulah yang bikin vlog kali ini beda. Ada kejujuran yang selama ini nggak pernah dia tunjukkan.
Baskara mengambil napas panjang dan mulai mengedit vlog-nya. Namun kali ini, dia memutuskan untuk tidak memotong bagian tentang Adela. Seperti yang Raiden bilang, dia nggak bisa terus bersembunyi.
Saat sedang sibuk, ponselnya bergetar. Notifikasi Instagram muncul—pesan dari Adela.
Adela: "Hey, gue liat story vlog lu kemarin. Ntar kalo udah upload, kabarin ya. Kayaknya seru :)"
Baskara tertegun. Senyum kecil muncul di wajahnya. Meski belum tahu apa yang akan terjadi, setidaknya dia tahu satu hal: dia nggak akan lari lagi.
Sore itu di skatepark, Raiden mungkin sudah memberi Baskara dorongan yang dia butuhkan. Dengan dukungan dari sahabat-sahabatnya, Baskara mulai mengumpulkan keberanian untuk menghadapi perasaannya—baik di dunia nyata maupun di depan kamera.
TBC—
Jangan lupa untuk vote, follow, dan kasih tahu pendapat kalian di kolom komentar! Setiap vote dan komentar kalian bikin aku makin semangat buat nulis. Let's make this story go viral, guys! 💖
KAMU SEDANG MEMBACA
Swear it Again
Novela Juvenil[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Baskara udah hampir move on dari Adela, cewek yang dulu bikin dunianya berputar, tapi tiba-tiba muncul lagi. Setelah ghosting berbulan-bulan, Adela nge-DM dengan pesan yang bikin galau lagi. Apa sih yang mau diomongin? Kenap...