Yo, Readers! 🎉
•
Selamat datang di dunia "Swear it Again"!
Happy reading, and enjoy the ride!🚀
•
•Setelah video TikTok-nya ramai dan pesan dari Adela masuk, hari-hari Baskara terasa sedikit lebih ringan. Ada secercah harapan, meskipun kecil, bahwa semuanya mungkin tidak seburuk yang ia bayangkan. Tetapi, seperti yang Gideon bilang, jangan terburu-buru. Baskara tahu, ia harus menyiapkan diri untuk percakapan yang lebih serius—bukan lagi soal playlist atau lagu-lagu sedih, melainkan soal perasaan dan kejujuran.
Hari itu hujan turun deras. Baskara duduk di depan laptop, mencoba menyibukkan diri dengan editing video. Namun, pikirannya terus melayang ke Adela. Apa yang sebenarnya ia rasakan sekarang? Apakah pesan dari Adela kemarin adalah tanda bahwa dia siap bicara, atau hanya isyarat kecil kalau hubungan mereka belum benar-benar selesai?
Ponselnya tiba-tiba berbunyi, notifikasi pesan muncul. Sebuah pesan dari Adela.
Adela: "Bisa ketemu nggak? Gue butuh ngobrol."
Pesan itu langsung membuat jantung Baskara berdetak lebih cepat. Ini momen yang dia tunggu-tunggu, tapi juga yang paling dia takutkan. Dia tahu ini bukan sekadar obrolan biasa—ada sesuatu yang serius di balik pesan itu.
Baskara: "Sure, kapan dan di mana?"
Adela: "Sore ini, tempat biasa kita."
Tempat biasa itu adalah kafe kecil dekat taman, tempat mereka sering nongkrong dulu. Tempat penuh kenangan, dan itu membuat Baskara makin gugup. Apa yang akan terjadi dalam pertemuan ini?
Sore itu, Baskara tiba lebih awal. Dia memilih meja di pojok, menghadap jendela besar di mana ia bisa melihat hujan deras di luar. Secangkir kopi sudah di depannya, tapi ia belum menyentuhnya. Kepalanya penuh dengan berbagai kemungkinan tentang apa yang akan terjadi nanti.
Tak lama kemudian, Adela masuk. Rambutnya sedikit basah karena hujan, tapi dia tetap terlihat tenang. Dengan senyum tipis, Adela duduk di seberang Baskara. Ada jeda canggung sebelum akhirnya Baskara bicara.
"Hei... gue seneng lu mau ketemu."
Adela tersenyum, meskipun tampak gugup. Ada sesuatu yang ingin ia katakan.
"Iya, gue juga seneng bisa ketemu. Tapi... gue rasa kita butuh ngobrol soal semuanya, Kar."
Baskara tahu ini akan jadi percakapan berat, tapi dia siap mendengarkan. Dia nggak mau merusak momen dengan permintaan maaf atau pembelaan diri. Dia hanya ingin mendengar apa yang Adela rasakan.
"Gue udah nonton vlog lu," Adela mulai bicara dengan tenang. "Gue tau lu jujur, dan gue ngerti dari mana semua ini berasal. Tapi, yang gue nggak ngerti, kenapa lu harus cerita soal perasaan lu ke publik dulu, sebelum lu cerita ke gue?"
Pertanyaan itu langsung menusuk. Adela benar, Baskara seharusnya bicara langsung ke dia. Tetapi, di sisi lain, vlog itu adalah cara Baskara mengekspresikan dirinya.
"Gue... nggak tahu, Del. Mungkin gue takut. Gue nggak siap buat hadapin semua perasaan gue secara langsung ke lu."
Adela mengangguk pelan. Dia menatap Baskara dengan campuran emosi yang sulit dijelaskan.
"Gue nggak marah karena lu jujur," lanjut Adela. "Gue cuma kecewa, Kar. Gue kecewa karena baru tahu perasaan lu dari vlog, bukan dari lu langsung."
Baskara terdiam. Dia ingin minta maaf lagi, tapi Adela seperti sudah tahu apa yang akan dia katakan.
"Tapi gue ngerti kok," lanjut Adela. "Mungkin lu butuh tempat buat curhat, dan vlog itu cara lu. Gue cuma butuh waktu buat mikir."
Baskara merasa lega, tapi juga takut. Ini momen di mana dia merasa hubungan mereka mungkin bisa diperbaiki, tapi dia tahu, tidak semudah itu.
"Gue masih butuh waktu, Kar," Adela melanjutkan, suaranya pelan. "Mungkin kita nggak bisa balik kayak dulu dalam waktu dekat. Gue nggak mau jadi orang asing buat lu, tapi gue juga butuh space buat diri gue sendiri."
Baskara menelan ludah, mengangguk perlahan. Ini bukan jawaban yang dia harapkan, tapi dia tahu ini yang terbaik untuk saat ini.
"Kalau lu butuh space, gue bakal kasih. Gue nggak mau bikin lu makin nggak nyaman," jawab Baskara dengan tulus.
Adela tersenyum tipis, meskipun lelah tampak di matanya. Mereka mengobrol ringan setelah itu, membicarakan hal-hal kecil yang seolah hanya untuk mengurangi ketegangan.
Saat mereka berpisah di luar kafe, hujan sudah mulai reda. Adela berjalan lebih dulu ke parkir, tapi sebelum pergi, dia berhenti dan menoleh ke arah Baskara.
"Kar, apapun yang terjadi nanti, gue harap lu tahu satu hal. Gue nggak pernah nyesel kenal sama lu."
Kalimat itu sederhana, tapi bagi Baskara, itu lebih dari cukup. Dia tersenyum, menahan semua perasaan yang bergejolak di dalam dirinya.
"Sama, Del. Gue juga nggak nyesel."
Adela tersenyum sekali lagi sebelum benar-benar pergi. Baskara berdiri di sana, menatapnya menjauh. Untuk pertama kalinya, dia merasa sedikit lebih tenang. Dia tahu hubungan mereka belum selesai, tapi ini bukan waktunya untuk memaksa apapun. Adela butuh waktu, dan dia harus belajar menghargai itu.
Malam itu, saat kembali ke rumah, Baskara membuka laptopnya dan melihat ulang vlog yang dia buat. Dia menonton bagian di mana dia jujur tentang perasaannya terhadap Adela. Saat menonton, dia menyadari sesuatu: dia belum sepenuhnya jujur, bukan pada Adela, tapi pada dirinya sendiri.
Dia terlalu lama menyimpan ketakutan akan penolakan dan kehilangan. Namun, hari ini, saat Adela mengatakan bahwa dia tidak pernah menyesal kenal dengan Baskara, itu menjadi pengingat bahwa apapun yang terjadi, dia sudah menjalani sesuatu yang berarti.
Dia membuka aplikasi musik di ponselnya dan menambahkan satu lagu terakhir ke dalam Heartbreak Playlist: "I Won't Give Up" dari Jason Mraz. Liriknya tentang bertahan dan tidak menyerah adalah sesuatu yang sangat dia butuhkan sekarang. Bukan berarti dia akan memaksa Adela untuk kembali, tapi dia tidak akan menyerah untuk menjadi versi terbaik dari dirinya sendiri, apapun yang terjadi.
Grup Chat - Penghuni Asli Fixate
Baskara: "Update, guys. Gue udah ketemu Adela. Kita ngobrol, dan... ya, dia butuh waktu."
Raiden: "Good progress, bro! Setidaknya lu udah ngomong, dan dia dengerin."
Felix: "Sabar ya, Kar. Kadang waktu emang obat terbaik."
Gideon: "Yang penting lu nggak nyerah, tapi juga nggak maksain. Balance, bro."
Baskara menutup chat grup dengan senyum tipis. Teman-temannya benar, sekarang waktunya untuk berhenti memaksakan diri dan mulai fokus pada hal-hal yang bisa dia kendalikan. Dengan atau tanpa Adela, dia akan baik-baik saja.
TBC—
Jangan lupa untuk vote, follow, dan kasih tahu pendapat kalian di kolom komentar! Setiap vote dan komentar kalian bikin aku makin semangat buat nulis. Let's make this story go viral, guys! 💖
KAMU SEDANG MEMBACA
Swear it Again
Novela Juvenil[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Baskara udah hampir move on dari Adela, cewek yang dulu bikin dunianya berputar, tapi tiba-tiba muncul lagi. Setelah ghosting berbulan-bulan, Adela nge-DM dengan pesan yang bikin galau lagi. Apa sih yang mau diomongin? Kenap...