Yo, Readers! 🎉
•
Selamat datang di dunia "Swear it Again"!
Happy reading, and enjoy the ride!🚀
•
•"Kadang, kita cuma perlu berhenti bertanya dan belajar menerima. Karena nggak semua jawaban datang dari kata-kata, ada yang cuma bisa dipahami lewat waktu."
Baskara Bimantara
•
•Setelah pertemuan terakhir di Fixate, baik Baskara maupun Adela merasa lega. Percakapan jujur itu membuat mereka sadar bahwa jalan hidup mereka memang sudah berbeda. Meskipun perasaan masing-masing belum sepenuhnya hilang, setidaknya mereka berhasil menyelesaikan bab yang sempat menggantung selama bertahun-tahun.
Namun, kenyataannya perasaan nggak selalu bisa hilang dalam semalam. Dua hari setelah obrolan tersebut, Baskara mulai merasa ada yang aneh. Biasanya setelah pertemuan seperti itu, mereka setidaknya masih bertukar kabar atau sekedar chatting untuk saling memastikan keadaan. Tapi kali ini, Adela mendadak menghilang begitu saja dari radar.
Grup Chat - Penghuni Asli Fixate
Felix: "Bro, malam ini pada ngumpul nggak?"
Gideon: "Gue nggak bisa, ada event di kampus."
Raiden: "Gue di rumah aja sih, mager keluar."
Baskara: "Gue skip dulu, guys."
Felix: "Lu kenapa, Kar? Tumben banget nggak mau ngumpul."
Baskara: "Lagi pengen sendiri aja dulu."
Felix: "Fix ini ada hubungannya sama Adela."
Raiden: "Wkwk fix, bucin detected."
Baskara tersenyum kecil melihat balasan Raiden di grup chat, tapi kenyataannya pikirannya memang sedang penuh dengan Adela. Setelah percakapan itu, dia masih berharap mereka bisa tetap saling kontak, meskipun hanya sebagai teman. Namun, setiap kali dia mengirim pesan ke Adela, hasilnya cuma satu: seenzone.
Baskara mencoba tidak terlalu memikirkan hal itu, tapi semakin hari semakin sulit. Di satu sisi, mereka sudah sepakat untuk tidak lagi memperpanjang perasaan yang tak terbalaskan. Di sisi lain, Adela menghilang begitu saja tanpa penjelasan apa-apa setelah pertemuan mereka. Tidak ada kata "gue baik-baik aja" atau "thanks for the talk," hanya keheningan.
Chat - Baskara & Adela
Baskara: "Hey, Del. Gimana kabar lo?"
Baskara: "Lo baik-baik aja, kan? Just checking."
Seenzoned.
Baskara menghela napas panjang saat melihat centang biru di samping pesannya yang tidak direspons. Sudah beberapa hari seperti ini. Sekarang dia mulai mempertanyakan apakah Adela benar-benar baik-baik saja, atau apakah perasaannya terhadap Baskara justru lebih rumit dari yang dia kira.
Di Pihak Adela
Adela menatap layar ponselnya, melihat pesan dari Baskara yang belum dia balas. Hatinya bimbang. Setelah pertemuan terakhir itu, meskipun merasa lega, ada perasaan yang tak terjelaskan. Mungkin, bukan perasaan yang ia harapkan, tapi lebih kepada ketakutan bahwa membuka komunikasi lagi dengan Baskara bisa mengaburkan kejelasan yang mereka capai.
"Apa gue salah?" gumam Adela, menatap ponselnya yang terus bergetar dengan notifikasi.
Abigail, yang kebetulan ada di sampingnya, hanya mengangkat alis. "Masih belum dibalas juga?"
Adela mengangguk pelan. "Gue nggak tahu kenapa gue nggak bisa balas, Bi. Padahal kita udah sepakat buat menyelesaikan semuanya. Gue takut kalau gue balas, gue bakal jatuh lagi dalam rasa yang seharusnya udah hilang."
Abigail memutar matanya, lalu mengambil ponsel Adela. "Lu takut atau lu cuma nggak mau ngelihat kenyataan? Maksud gue, kalian udah selesai, kan? Lu nggak harus nge-ghosting dia lagi."
Adela tertawa kecil, meski agak getir. "Gue nggak nge-ghosting, gue cuma... butuh waktu aja."
Abigail tersenyum kecil dan menyerahkan kembali ponsel itu. "Lu harus jujur sama diri sendiri, Del. Kalau perasaan itu masih ada, ya dihadapi. Jangan ngilang terus. Nggak ada yang bakal selesai kalau lu cuma kabur."
Adela diam, mempertimbangkan kata-kata Abigail. Mungkin dia benar. Tapi setiap kali dia hendak mengetik balasan, ada ketakutan yang muncul—ketakutan bahwa mereka akan kembali terjebak dalam perasaan yang sulit dipahami.
Kembali ke Baskara
Sore itu, Baskara memutuskan untuk mengalihkan pikirannya dengan pergi ke gym bersama Raiden. Dia berharap bisa melupakan sejenak rasa frustasinya akibat Adela yang tiba-tiba tidak merespons pesan-pesannya.
"Bro, lu kelihatan stres banget," kata Raiden saat mereka sedang istirahat setelah beberapa set angkat beban.
Baskara tersenyum kecut. "Mungkin iya."
"Ini pasti soal Adela lagi, kan?" Raiden langsung menebak dengan tepat.
Baskara mengangguk. "Iya, gue nggak ngerti. Kita udah ngobrol dan udah sepakat, tapi sekarang dia kayak ngilang gitu aja. Gue udah kirim beberapa pesan, tapi cuma di-seenzone."
Raiden mengangguk pelan, memahami perasaan temannya. "Gue nggak tau pasti apa yang ada di pikiran dia, tapi kadang orang butuh waktu buat benar-benar move on. Mungkin Adela masih berusaha buat ngertiin perasaannya sendiri."
Baskara merenung sejenak, mencoba memahami sudut pandang itu. "Gue ngerti, tapi kenapa harus ngejauhin gitu? Gue cuma pengen tahu kalau dia baik-baik aja."
Raiden menepuk pundak Baskara. "Lu cuma bisa sabar, bro. Kalau dia butuh waktu, ya kasih. Tapi kalau terlalu lama, ya lu juga harus move on. Jangan terus-terusan terjebak dalam harapan."
Di Pihak Adela
Setelah banyak berpikir, akhirnya Adela memutuskan untuk membuka chat dari Baskara lagi. Dia mengetik balasan singkat, meski tangannya agak gemetar. Dia tahu Baskara hanya ingin tahu kabarnya, tapi ada rasa berat setiap kali dia harus bicara soal ini.
Chat - Baskara & Adela
Adela: "Hey, maaf baru bales. Gue baik-baik aja kok, lagi sibuk aja belakangan ini."
Saat pesan itu terkirim, Adela merasa sedikit lega. Setidaknya dia sudah tidak mengabaikan Baskara lagi, tapi dia masih merasa berat untuk melanjutkan percakapan lebih jauh.
Di Pihak Baskara
Ketika notifikasi masuk, Baskara langsung membuka ponselnya. Akhirnya, setelah beberapa hari menunggu, Adela membalas pesan. Meskipun hanya pesan singkat, itu sudah cukup buat Baskara untuk merasa sedikit tenang. Setidaknya dia tahu Adela baik-baik saja.
Chat - Baskara & Adela
Baskara: "No worries. Gue cuma pengen pastiin lu baik-baik aja."
Seenzoned.
Baskara tertawa kecil melihat Adela kembali hanya memberikan balasan singkat lalu menghilang lagi. Meski sedikit frustrasi, dia mulai memahami bahwa mungkin Adela butuh lebih banyak waktu daripada yang dia kira.
Namun, ada satu hal yang jelas di kepala Baskara. Dia tidak bisa terus-terusan berharap pada sesuatu yang tidak pasti. Ini bukan soal bucin atau move on lagi. Ini soal belajar menerima kenyataan bahwa kadang, meski perasaan itu masih ada, tidak semua hal bisa diperjuangkan selamanya.
Baskara menatap ponselnya sekali lagi sebelum memutuskan untuk menutup percakapan itu di dalam hatinya. Dia tahu, meskipun tidak ada balasan yang ia harapkan, ini adalah pertanda bahwa mungkin, saatnya telah tiba untuk benar-benar melanjutkan hidup.
TBC—
Jangan lupa untuk vote, follow, dan kasih tahu pendapat kalian di kolom komentar! Setiap vote dan komentar kalian bikin aku makin semangat buat nulis. Let's make this story go viral, guys! 💖
KAMU SEDANG MEMBACA
Swear it Again
Ficção Adolescente[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Baskara udah hampir move on dari Adela, cewek yang dulu bikin dunianya berputar, tapi tiba-tiba muncul lagi. Setelah ghosting berbulan-bulan, Adela nge-DM dengan pesan yang bikin galau lagi. Apa sih yang mau diomongin? Kenap...