chapter VIII

3 2 1
                                    

"White Lily" - chapter I

Hari ini, mereka akan menempuh perjalanan sejauh mata memandang. Yang Almathea sendiri tidak tau akan seberapa lama.

Yang pasti, sangat lama.

Mereka sempat beberapa kali berhenti di jalan. Bukan karena dirampok, kerusakan jalan, ataupun tersesat.

Tapi karena Azelyn.

Apa yang dia lakukan? Dia mabuk. Walaupun mereka bereinkarnasi, sepertinya kebiasaan lama mereka tidak menghilang.

Azelyn tidak pernah betah naik mobil atau kendaraan tertutup. Mabuk kata dia.

Almathea hanya tertawa melihat Azelyn yang teler di dalam kereta. Awalnya, mereka percaya diri Azelyn tidak akan mabuk.

Tapi yah... Itu hilang begitu saja saat Azelyn mulai pucat dan muntah.

"Pusing..." Gumam Azelyn sambil menatap ke langit-langit kereta.

"Mau muntah lagi?" Almire menatap Azelyn sambil terkekeh. Kasihan, tapi tidak asik kalau tidak ditertawakan.

"Kasian Kang Anta sampai lebih milih naik kudanya." gumam Almathea sambil menatap ke jendela, membuka tirai nya lebih dan membuka jendela agar angin bisa masuk.

"Aku lebih kasihan sama diri sendiri." Gumam Azelyn setengah sadar dan tidak.

"Tidur aja dah. Daripada muntah lagi..." Almire menyarankan, Azelyn sudah pucat, dia tidak berhenti berkeringat dingin.

"Mana bisa..." Gumam Almathea. Kondisi Azelyn cukup mengkhawatirkan. Tapi namanya mabuk juga ga bisa di apa-apain.

Mana zaman segini belum ada Antimo.

Mereka hanya bisa menunggu, tidak banyak yang bisa mereka lakukan.

Tiba-tiba, Azelyn merengek lirih, disusul oleh suara nya yang lemah.

"Mau muntah..."

Almire dan Almathea sontak terkejut. Tiba-tiba sekali. Almire bergerak mengetuk jendela kaca halus untuk memberitahu kusir untuk menghentikan kereta.

Tapi belum mengetuk, tiba-tiba Azelyn muntah lagi, di dalam kereta. Almire sontak memekik.

"Eh! eh! Aba-aba dong kalau mau muntah!!"

Kacau... Mereka bertiga ribut di dalam kereta. Almire dan Almathea saling memekik untuk mengatakan apa yang seharusnya mereka lakukan.

"Tahan ege! Tahan! Belum berhenti jangan muntah dulu blok!!" Almathea menjerit.

Tanpa kesiapan, tentunya di dalam kereta menjadi sebuah kekacauan. Akhirnya rombongan berhenti untuk kesekian kalinya.

Almire dan Almathea sontak menolong membopong Azelyn yang tidak berdaya. Walaupun harus menyeret dia.

Kereta dibersihkan, mereka semua sepakat untuk istirahat saja lagi.

Diluar kereta, Almire dan Almathea membantu Azelyn muntah. Sedangkan mereka ditatap tatapan risih dari Antares.

"Apa-apaan mereka..." Gumam Antares, menatap tiga gadis itu nya dari jauh. Sebenarnya dia menduga membawa mereka hanya akan menambah kerjaan.

Tapi mengingat dia punya mandat untuk memperhatikan adik-adiknya, dia harus membawa mereka. Agar dia bisa mengawasi lebih dekat.

Kenapa tidak pakai Edrick? Dia sendiri lebih suka melakukan semua hal sendiri. Antares tidak terlalu suka mengandalkan orang lain.

"Kalian selesai?" Antares bertanya dari jauh, yang dia dapatkan adalah sahutan menjengkelkan.

Angan-angan Di Negeri Sang PemimpiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang