chapter X

9 3 3
                                    

"White Lily"- chapter II

"Karma memanggilku."- Almathea.

Azelyn dan Almire mengernyit mendengar ucapan Almathea. Tidak mungkin hanya karena menabrak seseorang otak gadis ini menjadi geser dari tempat nya. 

"Ampih, ampih sudah..." ("cukup, cukup sudah...") ucap Azelyn sambil meraih lengan Almathea. Almathea masih diam. Lalu suara tidak asing mengusik indra pendengaran mereka. mereka segera menoleh ke arah suara. Kang Anta.

"Kalian." ucapnya, serak-berserakan.

Almathea, Azelyn, dan Almire menoleh, menatap Kang Anta yang social distancing dari mereka bertiga. 

"Sedang apa kalian?" tanyanya, matanya menatap sekitar. takut jika saja ada jejak-jejak kekacauan yang mereka bertiga tinggalkan.

"Hidup." Jawab Almathea, secara tidak terduga.

"Bernafas." Sahut Azelyn.

"Berkembang biak." 

Celetukan Almire membuat Antares, Azelyn, dan Almathea menatap ke arah Almire dengan tatapan yang... Kurang bisa dimengerti. Sadar tidak sadar, Almire berkedip dan malah membalas tatapan Antares, Azelyn, dan Almathea dengan tatapan terkejut dan bingung.

"Hanya... melengkapi ciri-ciri makhluk hidup yang Azel dan Thea katakan." tutur Almire lirih, membela dirinya. 

Antares menatap mereka skeptis. Memperhatikann gerak-gerik mereka dengan tatapan mata penuh dengan curiga. 

"Itu tadi hanya candaan. Kau bersikap seperti tidak mengenal adik-adikmu saja, kakak." Ucap Almathea, terkekeh palsu untuk terlihat meyakinkan.

"Benar, lagipula, humor Almire akhir-akhir ini sedang... Mengalami gejolak." Azelyn tersenyum. Mencoba membuat Antares setidaknya memaklumi.

Antares tidak ingin peduli. Dia hanya mendengus lirih, lalu berbalik sembari menggerutu.

"Lain kali jangan berkeliling berlama-lama." 

Mendengar itu, Azelyn, dan Almire mengikuti Antares. Sedang, Almathea termangu. Azelyn segera menyeret kembarannya itu. 

"Sudah, ayo bulik." (bulik: pulang) Ajaknya, sambil menarik lengan Almathea. 

Almathea tidak protes. Dia sedang memikirkan sesuatu. Azelyn menyadari itu, tapi dia memilih untuk diam.

Sepulang dari petualangan kecil mereka, Almathea, Azelyn, dan Almire belajar dansa. Terpaksa otodidak karena mereka tidak ingin dicurigai. Minta bantuan Edrick? Lebih tidak mungkin lagi. Mereka lebih dari sadar kalau mereka dibuntuti. 

"Ga mungkin kita bisa dansa dalam dua hari..." Keluh Almire. Anak eskul tari tapi persendian spek wayang bisa apa...?

"Kau ajalah nanti yang dansa." Almathea mendorong pelan bahu Azelyn. Diantara mereka, Azelyn lebih berbakat dalam tarian.

"Aku pula? Aku tak nak." Azelyn membantah. Pasrah. Mereka pesimis duluan. Terutama Almire dan Almathea.

"Aku mau keluar malam ini." Tutur Almathea lirih sambil menghela nafas.

"Kemana?" Azelyn dan Almire sontak bertanya, hampir bersamaan.

"Ada deh. Jangan ikut ya!" Almathea terkekeh.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 05, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Angan-angan Di Negeri Sang PemimpiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang