chapter III

16 7 5
                                    

Para permata - bab 1

Melamun membuat Nirwana melupakan Antares dan beberapa pembantu nya di luar. Dia tersentak dan terduduk saat mendengar ketukan dan suara wanita. Itu Yohanna.

"Nona? Anda baik-baik saja?" Ucap Yohanna dari balik pintu.

Nirwana sedang kebingungan saat ini. Tapi sepertinya dia bisa mencoba mendapatkan informasi. Dia tergerak untuk berdiri dan menempelkan telinganya ke pintu kayu besar itu.

Dia mendengar suara-suara lirih dibalik pintu berwarna coklat itu. Tidak hanya satu suara, yang pasti ada banyak orang diluar.

Nirwana menyahut, "ya, aku tidak apa..." Jawabnya.

Nirwana membuka pintu pelan-pelan. Dia melihat Yohanna, orang pertama yang menyentuhnya saat dia bangun.

Dia mengintip dibalik celah, lalu mengatakan sesuatu sambil meraih tangan Yohanna.

"Sisanya, bubar... Aku butuh waktu sendiri." Ucap Nirwana dan kembali menutup pintu. Dia menutup pintu itu. Heran, kemana pria yang masuk begitu saja ke dalam kamar ini?

Nirwana berbalik, mencoba menghafal dan mengingat-ingat bentuk Yohanna.

Yohanna menatap Nirwana atau Almathea dengan tidak yakin. Ada sedikit... Yang berubah. Tapi Yohanna sendiri juga tidak yakin. Belum sempat bicara, Yohanna dikejutkan dengan suara Nirwana.

"Dengar, aku butuh kau menjawab setiap pertanyaan ku tanpa bertanya balik. Oke?" Nirwana menatap Yohanna dengan serius. Membuat Yohanna hanya mengangguk gugup.

"Bagus, siapa namamu dan namaku?" Tanya Nirwana tanpa berharap adanya protes.

"N-nama saya Yohanna Nona... Nama anda adalah Almathea Devermond."

"Siapa pria aneh yang masuk tadi?"

"Itu adalah... Tuan Antares... Kakak anda. Seorang Marquess yang menggantikan ayah anda."

"Ayah?" Nirwana mengernyit.

"Anda tidak ingat...? Ayah anda gugur di medan perang..."

Nirwana terdiam. Mana dia tahu? Dia baru bangun di kehidupan yang baru ini.

"Yah... Yteam..." Gumam Nirwana untuk dirinya sendiri.

"Baiklah... Apa kau ingat aku punya buku harian?" Tambah Nirwana. Yohanna terdiam sejenak. Ada apa dengan Nona nya? Dia melupakan semua hal?

Yohanna tidak berani bertanya lagi. Dia mengangguk lalu melihat ke sebuah meja rias mewah. Sebelum Yohanna bicara, lagi, Nirwana sudah bergerak ke meja itu dan segera membuka setiap laci.

Dia menemukan sebuah buku... Dilapisi kulit kuda yang halus dengan ornamen emas murni di setiap sudut buku. Ditambah dengan sebuah permata berwana merah di tengah-tengah buku menambah kesan burik-burik mahal dari bukunya.

"Bagusan notebook Rp. 27.000 yang kubeli di toko njir..." Gumam Nirwana. Mengejek.

"Kau bisa pergi. Aku percaya padamu untuk tak mengatakan apapun pada... Kakakku."

Nirwana tersenyum pada Yohanna. Lalu membukakan pintu untuk Yohanna. Yohanna terdiam terhenyak. Kenapa Nonanya... Membuka pintu untuknya? Itu bukan hal yang akan dia lakukan.

Yohanna lagi-lagi hanya patuh dan mengangguk. Dia pergi keluar dan Nirwana pun menutup pintu. Nirwana diam sejenak. Mukanya berubah masam.

"Aku kangen bapak di rumah..." Gumamnya. Dia Yteam di dunia ini.

Setelah sempat bergumam, dia bergerak untuk membuka-buka buku harian itu. Mengejutkan bagi Nirwana bahwa kertasnya beraroma manis seperti vanila.

Nirwana membaca setiap huruf. Informasi demi informasi dia dapatkan.

Angan-angan Di Negeri Sang PemimpiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang