chapter IV

28 7 1
                                    

Para permata - bab 2

Tiba-tiba, salah satu dari saudari kembar Almathea mengatakan sesuatu. Suaranya sedikit tegas dan ada nada kelembutan disana. Tidak, itu tidak palsu. Itu permintaan tulus.

"Saya meminta, tentu jika berkenan, pada saudari-saudari ku, aku ingin kita berkumpul di kamarku. Aku ingin membicarakan sesuatu."

Nirwana diam, menunggu reaksi dari saudari lainnya.

Dia mengenali saudari kembar Almathea dari perhiasan kalung yang sedang ia pakai. Batu zamrud.

Mereka punya kalung yang diukir sama dengan jenis permata berbeda. Ruby, Zamrud, dan Amethyst. Masing-masing punya obsesi sendiri pada permata.

Hidup dengan gaya Hedonisme membuat mereka bisa dapat permata seperti ini dengan mudah.

"Aku tidak keberatan." Jawab Nirwana. Diangguki oleh Kembar yang lain.

Antares nampak tidak ingin tahu menahu, setelah itu, dia hanya pergi tanpa pamit. Nirwana mendengus pelan.

Lalu, mereka bertiga pergi ke kamar Sang Zamrud untuk membicarakan sesuatu. Nirwana sendiri tidak tahu. Di kamar itu, hanya ada mereka bertiga.

Almathea memilih duduk di kursi meja rias. Sedangkan Sang Amethyst memilih duduk di kursi di dekat jendela. Sedangkan Sang Zamrud duduk di ranjang nya.

Hening... Tidak ada yang mereka katakan. Tidak ada yang buka suara.

Hingga...

"Aku yakin kalian tidak percaya..." Gumam Sang Zamrud.

"Aku butuh nama kalian lagi" sambungnya.

"Kau tidak ingat Saudarimu sendiri?" Tanyaku, pada gadis dengan kalung Zamrud itu.

Dia hanya dengan sederhana menggeleng. Nirwana terdiam. Ini agak membingungkan.

"Aku Almathea..." Jawab Nirwana.

"Almire" Jawab gadis yang duduk di dekat jendela.

"Aku pun tidak tau namamu. Jujur saja." Tambah Almire.

Hal itu agak membuat Nirwana tersentak. Bagaimana bisa? Nirwana tetap diam, tidak bertanya. Memutuskan untuk melihat lebih jauh.

"Azelyn..." Jawab Sang Zamrud.

"Kembali lagi ke awal... Ku harap kalian tidak menganggap ku gila," tambahnya, dengan sengaja menggantung kalimatnya agar membuat kami penasaran.

"Aku bereinkarnasi." Ucap Azelyn. Ucapan Azelyn membuat ku agak terlonjak. Juga? Dia juga bereinkarnasi?

"Serius??" Almire buka suara. Dia nampak terkejut juga. Nirwana berdiri dari duduknya. Hal ini semakin menarik.

"Jadi... Aku dari suatu tempat yang disebut bumi. Aku hanya... Seorang pelajar. Aku tak tau kenapa aku sampai disini." Ucap Azelyn, yang nampak terkejut bahwa Nirwana dan Almire menanggapi pernyataannya dengan serius.

"Lanjutkan." Ucap Nirwana. Ucapannya agak sedikit memerintah.

Azelyn terhenyak sejenak. Belum sempat Azelyn bicara, Almire menyahut.

Angan-angan Di Negeri Sang PemimpiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang