Fajar baru saja merekah di langit Eryndor, menyebarkan warna keemasan di balik perbukitan yang membentang di kejauhan. Udara pagi begitu sejuk, embun masih menempel di rerumputan dan dedaunan, menciptakan kilauan lembut saat sinar matahari mulai menyentuhnya. Di desa kecil itu, kehidupan perlahan bangkit. Burung-burung berkicau riang, menyambut hari yang baru. Di depan rumah Beomgyu, terdengar suara kayu yang ditumpuk dengan hati-hati oleh ibunya, sementara wangi aroma bubur hangat yang dimasak dari dapur memenuhi udara.
"Aahh aku sangat lapar ibu, apakah makanannya masih lama?" ucap Beomgyu yang sudah di dapur menyusul ibunya.
Ayah Beomgyu yang mendengarnya tertawa pelan. "Hei, ku kira kau kemarin malam sudah makan banyak Beomgyu-ya, apakah kau sepagi ini sudah merasa lapar?"
"Ayahh itu adalah jatah makan ku tadi malam, tentu saja berbeda dengan jatah makan ku di pagi hari," rengek Beomgyu
"Apakah kau masih tidak sadar bahwa anakmu itu pemakan segala?" ejek ibu Beomgyu sambil menata meja makan mereka.
Beomgyu mengerutkan keningnya tidak terima. "Pemakan segala? ibu pikir aku tikus?"
Ayahnya tertawa mendengar perdebatan kecil dari dua orang yang paling disayanginya. "Sudahlah, ini terlalu pagi untuk mendengar perdebatan kalian, apakah kau masih sering berdebat dengan ibumu seperti ini saat aku tidak ada Beomgyu-ya?"
Mereka pun menikmati sarapan dengan damai, sambil sesekali bercanda. Beomgyu teringat tentang hal yang seharusnya dia bicarakan dengan orang tuanya, namun dia tidak ingin merusak suasana hangat pagi ini, ia mengurungkan niatnya untuk bercerita.
Setelah sarapan, Beomgyu duduk di depan rumahnya, menyipitkan mata saat dia menatap ke arah matahari yang mulai naik. Dingin yang tersisa dari malam masih sedikit terasa, namun sinar matahari pagi mulai memberi kehangatan. Desir angin tipis meniup rambutnya, membuat dedaunan di pepohonan di sekitar desa itu bergoyang lembut. Beomgyu menarik napas dalam-dalam, menikmati keheningan pagi yang akan segera beranjak.
"Ayo Beomgyu, ayah sudah siap. Kau bantu membawa kotak di belakang itu saja, biar ayah yang membawa sisanya," ucap ayah Beomgyu mempersiapkan barang-barang yang akan di bawanya ke pasar.
Jika ayahnya sedang di rumah seperti ini, Beomgyu biasanya akan ikut ke pasar untuk membantu ayahnya menjaga toko obat mereka. Dengan membawa sekotak tanaman obat lumayan besar, ia akhirnya mengekori ayahnya yang juga sedang membawa banyak obat-obat an yang di butuhkan di toko.
"Ada apa dengan mu Beomgyu? Ku lihat wajahmu selalu murung sejak aku pulang, apa ada sesuatu yang mengganggu mu?" tanya ayahnya, memecah keheningan mereka.
Beomgyu menoleh, sedikit terkejut ternyata ayahnya menyadari kegelisahannya. "Ahh aku tidak apa ayah, aku hanya sedang bosan. Akhir-akhir ini Heeseung tidak mengajakku bermain, ayah tau kan, disini anak yang seumuran ku hanya Heeseung."
Ayahnya mengangguk mengerti. "Kau ternyata masih akrab dengan Heeseung," Keduanya berjalan sambil sesekali menyapa orang-orang yang berlalu lalang.
"Paman choi? Waahhh benar paman choi," ucap Heeseung yang tiba-tiba datang dari belakang mereka. Heeseung membulatkan matanya tidak percaya melihat siapa yang berada di depannya ini. "Kapan paman pulang dari perburuan? aku tidak tau jika paman sudah pulang."
Beomgyu menatap Heeseung malas, Heeseung yang ditatap,melengos tidak peduli. ayahnya hanya tertawa melihat interaksi dua pemuda ini. "Panjang umur kau Heeseung, kami baru saja membicarakan mu. Aku baru datang semalam."
Mereka berdua tiba di sudut pasar, di mana ayah Beomgyu sudah menyiapkan lapak kecil yang penuh dengan berbagai macam tanaman obat. Aroma wangi rempah-rempah dan dedaunan kering menguar, menarik perhatian beberapa orang yang mulai mendekat. Beomgyu segera mengambil tempat di sebelah ayahnya, membantu menata botol-botol kecil berisi ramuan herbal yang selama ini mereka racik dengan cermat.
Heeseung, tanpa diminta, ikut sibuk mengatur kantong-kantong ramuan dan menjelaskan khasiatnya pada pembeli yang datang. Pasar hari ini tampak ramai, dan lapak mereka mulai dikerumuni orang-orang yang tertarik dengan obat-obatan yang dijual. Beomgyu dan ayahnya bekerja bahu membahu, sesekali tertawa ringan ketika salah satu pelanggan menawar dengan cara yang unik. Heeseung, meskipun baru belajar, membantu dengan cekatan, menyiapkan kantong dan ramuan yang diminta dengan cepat.
Ditengah kesibukan mereka, datang seseorang prajurit dengan pakaian kebesaran Eryndor mendekati lapak Beomgyu dan ayahnya, "Tuan Beomgyu, atas perintah putra mahkota Eryndor, anda di undang untuk datang ke istana untuk menerima penghargaan."
Perkataan prajurit itu cukup lantang dan tegas untuk membuat orang-orang di sekitarnya berhenti dan menaruh perhatian pada tempat mereka berada. Ayah Beomgyu menatapnya penuh pertanyaan, Beomgyu yang menyadarinya hanya diam dan mengangguk untuk menjawab pesan prajurit tadi.
|
|
|Pagi di istana berjalan seperti biasa, para pelayan berlalu lalang untuk menyiapkan sarapan para anggota kerajaan. Saat para pangeran turun ke ruang makan, sajian makanan sudah tertata rapi di atas meja panjang yang berkilau diterpa cahaya pagi. Di ujung meja, terdapat piring kristal berisi potongan buah-buahan segar stroberi merah merona, anggur ungu yang berkilau, dan melon kuning yang manis. Di sampingnya, beberapa potong croissant dan brioche tersusun hangat di atas piring perak, aroma mentega yang lembut menyebar memenuhi ruangan.
Di setiap tempat duduk, cawan kecil dari porselen berisi yoghurt kental disajikan dengan tetesan madu emas, dilengkapi kacang almond yang dipanggang sempurna dan biji chia yang tersebar di atasnya. Untuk sentuhan hangat, ada sup krim lembut dalam mangkuk porselen berornamen emas, uap tipis masih mengepul di permukaannya. Di samping, telur rebus lembut disajikan dalam cangkangnya, siap dinikmati dengan potongan roti panggang tipis yang renyah.
Sarapan kerajaan itu bukan hanya memanjakan lidah, tapi juga memikat mata dengan penyajian yang sempurna. Satu persatu anggota kerajaan turun dan mulai menyantap sarapan mereka masing-masing.
Ratu duduk dengan anggun di ujung meja panjang, Pangeran Yeonjun yang berada di sebelahnya menikmati sarapan dengan tenang. Pangeran Soobin, Taehyun dan Hueningkai saling bertukar canda bersama para ibunya yang lain, benar-benar sarapan pagi yang hangat.
Di tengah acara makan pagi itu tiba-tiba pintu utama ruang makan terbuka.
|
|
|"Sampai kapan anda menunda kedatangannya, tuan? Aku merasa sesuatu yang buruk akan terjadi dalam waktu dekat," ucap peramal tua dengan wajah sedikit khawatir.
Pria paruh baya itu menghela nafas berat. "Aku tidak tau, aku tidak memiliki hak untuk membawanya kemari semauku. Sekarang kita hanya menunggu keputusan Putra Mahkota, aku sudah cukup melibatkan putraku dalam hal ini."
"Anda benar, Putra Mahkota tidak pernah membiarkan dirinya berhutang budi pada orang lain. Kuharap keputusannya kini adalah dengan membawanya masuk kedalam kerajaan," ucap sang peramal, mereka menatap jauh pada hutan dengan penuh harap.
|
|
|Haaiii👋🏻👋🏻👋🏻👋🏻 maaf yaa aku telat upload, ada sedikit kesalahan di bab awal jadi aku kemaren cuma full revisi an😁😁 udah vote+komen belum?? jangan lupa vote+komen yaa❤❤❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Wishpers Of The Throne
FantasiDi kerajaan Eryndor, takdir mengubah segalanya saat seorang pangeran terasingkan bernama Choi Beomgyu dipanggil kembali ke istana. Di tengah kekacauan, ketika ancaman muncul dari segala arah, Beomgyu harus menghadapi masa lalunya dan rahasia yang te...