7 • Out of Place

1.7K 230 77
                                    

• Your Vote and Comment •

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

• Your Vote and Comment •

is My Moodbooster

Kalau ada typo tolong tandai😚

|||

||

|

•••

"Kamu gugup?"

Aruna meneguk ludahnya sebelum menjawab, "s-sedikit..."

Bagas tersenyum menenangkan, "It's okay, they're all friendly, ayo!" Ia meraih telapak tangan Aruna, menuntunnya untuk mendekati teman-teman Bagas yang sudah lebih dulu berkumpul di lounge dalam clubhouse (*).

Akhir minggu ini, Bagas memang sudah mengatakan padanya akan mengajak main golf bersama, sekalian mengenalkan Aruna pada sahabatnya di acara yang lebih santai. Memang sih, waktu pesta pernikahannya mereka hadir dan sudah tau soal Aruna. Tapi sampai situ saja. Inginnya Bagas, Aruna tau dan berbaur dengan lingkaran pertemanannya.

Orang yang Bagas sebut sahabat itu juga rekan bisnisnya. Dua orang kenal karena bisnis dan dua orang lainnya sudah menjadi sahabat Bagas sejak kecil. Itu pun karena orangtua mereka dekat, membuat Bagas kecil secara alami berkenalan dengan anak mereka.

Hanya saja, karena sudah lama bekerja sama dalam bisnis. Mereka semua berakhir jadi kawan dekat.

Aruna meremas tangan Bagas yang menggenggamnya. Semakin dekat dengan tempat mereka duduk, Aruna semakin gugup. Langkahnya memberat sampai Bagas menariknya lebih kuat. "Gapapa, Runa. Percaya padaku." Bisik Bagas ketika sudah berada di sofa tempat mereka berkumpul.

"Hai, dari kapan sampai?" Bagas menyapa mereka semua dengan berjabat tangan dan merangkul dua pria yang sama tingginya. Mereka berdua tidak kalah rupawan.

Kalau Bagas punya sedikit aura keramahan padanya—berbeda dengan kedua temannya. Mereka terlihat berasal dari dunia yang Aruna tidak pahami.

Kekayaan yang sudah mengakar, sama-sama pebisnis, dewasa. Terlihat anggun dan arogan secara bersamaan.

"Setengah jam yang lalu, kamu lama sekali."

Bagas tertawa ceria. Suaranya terdengar renyah. Sepertinya sangat senang bisa berkumpul dengan teman-temannya setelah sekian lama.

"Sorry, biasalah macet."

Perlahan Aruna menunduk, menatap tangannya yang dilepas Bagas karena menyapa mereka semua.

Entah kenapa terasa asing.

Aruna meremas kedua tangannya sendiri. Ia semakin gugup ketika Bagas sibuk berbincang ringan dengan kedua pria itu. Sementara dua perempuan lain yang ada di sana juga ikut sesekali menanggapi.

Husband MaterialTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang