11 • Denial

1.3K 249 61
                                    

• Your Vote and Comment •

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Your Vote and Comment •

is My Moodbooster

Kalau ada typo tolong tandai😚

|||

||

|

•••

"Mas..."

Bagas membuka matanya perlahan. Perutnya seperti sedang tertindih sesuatu. Setelah matanya benar-benar terbuka ia terkejut bahwa itu disebabkan oleh istrinya sendiri.

Perempuan itu mengenakan gaun satin silk cantik warna ivory. Hanya seutas tali di kedua bahunya yang menahan bahan lembut itu, memamerkan leher, tulang selangka dan pundak istrinya. Panjang gaunnya hanya setengah paha. Rambutnya tergerai menawan di sepanjang pundak. Istrinya juga tersenyum dan mengedipkan satu matanya. Seakan mengundang Bagas untuk melakukan sesuatu.

Pandangan Bagas turun ke bibirnya yang merona merah dan lembab.

Very alluring.

Bagas meneguk ludahnya susah payah. Ia berusaha bangun namun ditahan oleh telapak tangan lentik di dadanya.

"R-Runa... Sebaiknya kamu turun... Sebelum aku—"

Aruna tersenyum. "Sebelum apa?"

Sorot matanya menantang Bagas. Membuatnya terdiam sejenak memikirkan kalimat yang mau dikeluarkan.

"... Aku tak bisa menahan diri." Bagas mengepalkan kedua tangannya di sisi tubuh. Tubuhnya mulai panas. Mungkin dua kedipan lagi yang diberikan istrinya, pertahanan diri Bagas akan runtuh.

Perempuan itu mengalunkan tawa lembut yang terdengar amat menggoda di telinga Bagas. Tangan lentiknya mulai meraba dari tengah dada pria itu dan berputar-putar di perutnya yang kencang.

Bagas mendesis, "Runa, i told you already..." Matanya tajam diliputi gairah menatap istrinya.

"Kenapa harus ditahan?" Bisiknya dengan senyum menantang.

Matanya terbelalak mendengar provokasi itu. Giginya gemelutuk. Satu tetes keringat turun dari keningnya. Ia bisa merasakan sentuhan Aruna di sana, mengusapnya lembut.

Dengan satu tarikan ia berhasil membalikkan keadaan.

Sekarang, istrinya yang berada di bawah kekuasaannya—bukannya takut Aruna malah tertawa. Seakan memang ini yang ia harapkan.

"Berhenti menantangku Aruna..." Bisiknya kasar. Ia menggenggam kedua tangan Aruna di sisi kepala gadis itu. Wajahnya sudah tinggal beberapa centi dari bibir yang sejak tadi menantangnya dengan senyum.

"Aku tidak menantang. Nyatanya Mas yang memang sudah tak tahan 'kan?"

Brengsek.

Sejak kapan istrinya pintar menggoda begini?!

Husband MaterialTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang