Kara membanting pintu mobil dengan kesadaran penuh. Nafasnya terengah, kondisi hatinya bergejolak tidak stabil, emosionalnya naik turun. Seperti calon korban yang hampir menemui ajal karena kecelakaan maut di jalan, Kara menyandarkan kening di stir mobil, terpejam sesaat untuk mendapatkan ketenangan. Tapi ia malah kembali kesal, memukul-mukul setir mobil seolah-olah itu adalah Byun Baekhyun.
Bagaimana Kara tidak bisa senang. Misinya adalah ingin melupakan Baekhyun, benar-benar ingin mengeluarkan Baekhyun dari hati dan pikirannya. Ingat, mereka resmi putus. Dan Kara sangat mengenal dirinya yang selalu berpegangan pada komitmen. Baekhyun tidak boleh menang. Dan yang menyerah harus Baekhyun, tidak boleh dirinya.
Tapi,
Tuhaaaannnnnn!!!!
Kenapa rasanya sesulit ini?!
Kara mengarahkan kaca sipon pada wajahnya, agar ia bisa melihat kondisi bibirnya yang sekarang membengkak, warna alami dari Strawberry samar-samar terlihat, rasanya pun masih begitu kuat. Untuk yang ke sekian kalinya Kara menghapus warna itu dari bibirnya, kali ini menggunakan selembar tisu yang dicabut dari kotak tissu.
"Byun Baekhyun.... Apa yang harus ku lakukan padamu?" geramnya. Sebetulnya bukan geram, melainkan geregetan.
Pucuk dicinta, Baekhyun pun tiba.
Meksipun yang muncul bukan sosoknya, melainkan dari sebuah panggilan lewat pesawat telepon yang saat ini bergetar.Kali ini Kara tidak akan mengabaikannya.
Dan yang ia dapatkan adalah komplainan keras dari laki-laki di sana.
"Aku tidak percaya kau bisa melakukan ini. Lihat perbuatanmu, Kara." Di sana Baekhyun terdengar meringis, antara kesal dan menahan perih. "Besok aku akan melakukan pemotretan, jika tidak berjalan lancar karena masalah ini, demi Tuhan—"
"Itu gerakan refleks. Salahmu juga. Aku sudah memperingatkanmu, kan?" pungkas Kara di sini, berusaha menyembunyikan warna suaranya yang terdengar gelagapan.
"Kau pikir aku benar-benar akan melecehkanmu? Bahkan bajumu masih kubiarkan utuh."
"Mau membodoh-bodohiku, ya? Aku sangat mengenalmu. Kalau aku tidak bertindak, kau pasti akan melakukannya, kan?"
Baekhyun masih bisa terkekeh santai di sana, di mana bulu-bulu halus pada lengan Kara spontan meremang.
"Otakmu saja yang mesum."
Satu tangan Kara mengepal di atas pahanya, merasa tertuduh hingga membuatnya malu.
"Kau tahu? Kau sudah menyebar penyakit padaku!" Poin lainnya yang tidak Kara terima.
"Jika sewaktu-waktu kau jatuh sakit, hubungi saja aku. Aku siap menjadi Dokter mu."
Dan Kara bisa bayangkan bagaimana raut wajah Baekhyun ketika mengatakan hal itu.
"Aku tidak mendengar suara mobilmu, apa kau sudah sampai?"
Baekhyun hanya sekedar memastikan keberadaan Kara yang mungkin masih berada di wilayahnya, alias basement. Mustahil gadis itu cepat tiba setelah sepuluh menit yang lalu berhasil kabur darinya.
Entah kenapa pertanyaan itu seolah menyadarkan Kara untuk segera melaju. Tanpa merespon laki-laki di sana, panggilan Kara putuskan begitu saja.
🌼🍂🌼🍂🌼
"Bibirmu kenapa? Sariawan?" Tanpa basa-basi, Minseok dengan polosnya menyinggung tanda asing yang mampir di bibir bawah seksi Baekhyun pada keesokan harinya.
"Sejak kapan sariawan bentuknya seperti dipukuli?" sahut Jong Dae, yang sepertinya sudah mengenal tanda itu berasal dari mana.
"Lalu? Kau habis dipukuli siapa?" Minseok kembali menyerang Baekhyun dengan pertanyaan. Sungguh, laki-laki itu penasaran, sedikit khawatir juga. Membuat Jong Dae harus menahan tawa melihat reaksinya yang lucu. Sudah tua masih juga keliwat naif.
KAMU SEDANG MEMBACA
AFTER WE BROKE UP | BBH
Fanfiction🏅#1 in baekhyunfanfiction (29/10/24) "Aku mencintaimu. Tapi aku takut terluka. Dan cara untuk membantu diriku sendiri hanya menjauh darimu." Park Kara "Aku mencintaimu. Tapi aku tidak bisa meyakinkanmu. Dan cara untuk membuatmu terus di sisiku hany...