08. Strawberry

141 15 6
                                    

Mengantar orang tuanya pulang ke rumah. Keberadaan Kara kembali tidak diterima ketika pertanyaan, "Sudah berbaikan dengan Baekhyun?" Dari Ibunya dengan nada manis serta tatap penuh harap dilayangkan. Lalu jawaban dengan sebuah gelengan membuat Kara hanya boleh menginjakkan kaki sampai sebatas teras rumah. Dan Ibunya melenggang masuk begitu saja.

"Apa Ibu serius masih memperlakukanku seperti ini? Ayolah, Ibu! Itu sangat kekanak-kanakan." Kara ingin menangis saja saat dirasa matanya sudah sedikit basah.

Ayahnya tidak bisa berkata apa-apa, untuk setidaknya memberi pemahaman pada sang isteri. Memihak Kara pun tidak bisa. Karena di sisi lain beliau pun masih agak kecewa.

Sementara Jihoon hanya mengamati adegan itu tanpa mau ikut campur, ia juga tidak tahu harus berperan seperti apa di antara mereka.

"Ayah, kenapa Ibu begitu?" Kara tidak bisa menahan perasaannya sehingga melampiaskan protes pada sang Ayah.

"Sudahlah, datang saja lain kali. Tapi, Ayah tidak yakin Ibumu mau menerimamu." Ayah berusaha berkata seolah ia benar-benar dapat membantu. "Ibumu hanya minta kau kembali berhubungan dengan Baekhyun. Tidak sulit, kan?"

Berdecak kesal, Kara membuang pandangannya dengan helaan nafas berembus kasar. "Aku tidak bisa."

"Yasudah. Oh, ya. Jangan lupa antar Strawberry nya."

Kara hampir saja melupakan tugas itu, di mana bebannya serasa bertambah. Jika bukan karena amanah dari nyonya Byun, Kara pasti akan menitipkan Strawberry itu pada Chen atau Minseok untuk menyerahkannya kepada Baekhyun. Katanya, laki-laki itu sedang tidak enak badan. Jadi, hari ini Baekhyun tidak kemana-mana selain sedang beristirahat di huniannya.

Finalnya, Kara dengan berat hati menginjak kaki dari rumah orang tuanya, di mana setelah ini ia akan pergi mengantar sang adik terlebih duku, setelah itu Kara lekas mengarah ke Penthouse Baekhyun.

Dalam perjalanan menuju ke kediaman laki-laki itu, ada baiknya Kara mengabarkan kedatangannya, agar Baekhyun bersiap-siap menyambutnya, karena Kara tidak akan berlama-lama. Selesai serah terima ia akan segera pulang.

Tapi, pesannya hanya dibaca saja.

Begitu pun saat Kara menghubunginya, Baekhyun benar-benar sengaja tidak menjawab panggilannya.

"Ck. Mau balas dendam apa bagaimana?" kesalnya bukan kepalang.

Seperti biasa, ia akan naik melalui lift pribadi yang langsung mengantarkannya ke lantai teratas, lift tersebut terletak di bagian basement. Di mana aksesnya hanya dapat dibuka oleh orang-orang yang telah terkonfirmasi identitasnya. Dan Kara termasuk dalam golongan orang-orang yang boleh melintasi area privasi tersebut.

Ting!

Pintu lift terbuka. Kara melangkah masuk begitu saja. Pandangannya mendapat sambutan dari aktivitas Baekhyun yang sedang menonton Televisi di ruang tengah. Atau lebih tepatnya, TV lah yang sedang menonton dirinya, karena kenyataannya laki-laki itu lebih menaruh perhatian pada ponsel canggihnya. Sambil berbaring di sofa panjang, dengan sebelah kaki naik ke atas kepala sofa. Seolah hal itu sudah menjadi pemandangan biasa bagi Kara sedari dulu saat mereka masih pacaran.

"Kau memegang ponsel tapi tidak merespon chat dan panggilanku?" Kara merasa perlu berhenti di sana hanya untuk protes. Dan tampaknya Baekhyun tidak terkejut akan kedatangannya yang tiba-tiba mendekat dan berbicara seperti itu.

Ia tanpa menatap Kara menjawab setengah abai, "Bagaimana rasanya diabaikan seperti itu? Kesal, kan?"

Benar saja. Ia balas dendam.

Sudahlah. Kara menyerah saja.

Setelah menghela nafas dan menggeleng-geleng menahan kesabaran, ia kembali memerintah kakinya untuk bergerak menuju dapur sambil mengudarakan suara, "Ada titipan Strawberry dari Ibumu."

AFTER WE BROKE UP | BBHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang