suga tersenyum pada dita .jin pun pamit , dita memandang kedua orang itu dari belakang sebelum hilang di belokan lorong unit apartemen dita.
Dita menghela napas. Panjang. Dua benda yang selalu dia perhatikan setiap menit dan detik adalah jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya, juga jam dinding berbentuk bulat yang terletak tepat di atas televisi.
hampir satu jam lebih suga mengantar jin kebawah . makan malam yang sudah sejak tadi tersedia di meja .dita lantas berdiri dan membuat kopi dan membuka pintu balkon agar udara malam masuk dengan bebasnya. dia menarik bangku dan duduk di sana. Satu tangan menggenggam cangkir kopi yang masih mengepulkan asap dan tangan lain menggenggam ponsel. menghubungi suga , namun tidak ada jawaban .
Dita merasa getir. ada rasa takut suga akan salah paham dan meninggalkanya lagi , dia melemparkan pandangan sejauh mungkin. memandang dari atas balkonya Menembus pekat malam yang berhiaskan pendar lampu indah di seluruh tempat.
Makan malam mereka yang sudah dingin , dan kopinya juga sudah habis , namun tidak ada kabar juga dari suga. Jam 10 malam , tak ada tanda-tanda , baik telpon atau sekedar pesan di ponselnya.
Tidak begitu lama bell berbunyi , dita membuka pintu apartemenya, suga sudah ada didepan .
"Kenapa lama sekali ?" tanya dita
"Tidak apa-apa. saya balik ke apartemen sebentar , mengambil beberapa pekerjaan , saya menginap disini. "
"Memangnya saya izinin " kata dita mencoba bercanda dengan suga
"Saya calon suamimu " mengangkat alisnya , suga nampak marah
"Oppa, ayo kita makan?" dita tidak mau membuat suga lebih marah. Suga mengangguk, lalu berjalan mendahului dita
Sesampainya di ruang makan, dita bergegas memanaskan makan malam yang sudah disiapkan.
"Sebentar ya, oppa. Makanannya masih dipanaskan."
"Iya."
Lima menit kemudian, semua makanan pun selesai dipanaskan. lalu membawanya ke bar dapur .
