Harapan Uchiha Mikoto untuk menjodohkan Haruno Sakura kepada putera bungsunya--Uchiha Sasuke, pupus ketika Sasuke mengatakan dengan jujur dan terbuka, tidak hanya pada Mikoto, tapi pada Sakura juga, bahwa dia tidak tertarik pada Sakura, dan sampai kapanpun, ia tidak akan melihat Sakura seperti yang Mikoto harapkan.
Sakura itu hanya teman yang menyenangkan bagi Sasuke. Seseorang yang bisa diajak bicara dengan normal, pengertian dan dapat diandalkan. Sasuke tidak menyukai Sakura seperti yang ibunya pikirkan. Lagipula, hanya karena Sakura adalah perempuan dan sudah menjadi teman dekatnya sejak remaja, bukan berarti ia akan menjadikan gadis itu istrinya. Teman adalah teman, dan akan selamanya menjadi teman.
Fantasi ala-ala novel romansa itu tidak akan jadi kenyataan, dan saat Sasuke membantah ide bodoh ibunya, Sakura yang juga mendengarkan ikut tertawa, setuju dengan bantahannya.
"Aku juga tidak mau, bibi." Adalah kata Sakura saat itu, masih santai sambil menikmati sepiring puding strawberry. "Sasuke itu bukan tipeku."
"Kau juga bukan tipeku, bodoh." Sasuke menyahuti ucapan Sakura dengan cibiran.
"Jadi memang tidak ada harapan, ya?" Mikoto agak sedih saat itu.
Selama ini, Mikoto tenang-tenang saja melihat Sasuke tidak dekat dengan perempuan karena dia pikir Sasuke mungkin ada hati dengan temannya sendiri (baca : Sakura). Namun, sampai keduanya menapak usia 27 tahun, keduanya masih saja bertahan dalam status pertemanan.
Mikoto pikir dia harus turun tangan dan menjodohkan Sasuke dan Sakura. Mikoto mengira aksinya akan menyelamatkan puteranya dari friendzone atau apa pun itu yang menghalang keduanya jadian, tapi ternyata Mikoto salah paham, ia berujung mengaramkan kapalnya sendiri.
"Bibi jangan mengharapkan hal yang seperti itu," tukas Sakura, dia lebih lembut daripada Sasuke saat meruntuhkan imajinasi Mikoto. "Aku dan Sasuke itu..., kami lebih ditakdirkan menjadi tetangga saat tua, daripada bersama."
Mikoto menghela napas. Sangat sedih, sepertinya. "Padahal bibi maunya kau yang menjadi menantu bibi, Saku. Kau anak yang menyenangkan dan sopan."
Sakura tersenyum iba pada imajinasi Mikoto yang kandas. "Mau bagaimana lagi, bibi."
Mustahil adalah mustahil.
Sakura menenangkan Mikoto dengan kata-kata manis dan menghibur. Namun, ketika ia menyadari hanya dirinya yang menenangkan Mikoto, Sakura langsung melihat Sasuke, mencari keberadaan pria itu yang ternyata, sedang bersandar di lemari pendingin.
Sasuke, nampaknya, tidak tersentuh sama sekali atas kesedihan sang ibunda. Mata Sasuke, daripada iba, hanya memandang datar ibunya yang bereaksi dramatis seperti orang sedang berkabung.
"Sasuke," tegur Sakura. "Kau nanti cari jodoh yang menyenangkan dan sopan saja, biar bibi tidak sedih."
"Tapi Sakura, yang sopan dan menyenangkan itu hanya kau saja." Mikoto menyahut duluan.
"Kepribadianku tidak unik. Pasti ada perempuan lain yang kurang lebih juga sopan, dan mungkin, lebih menyenangkan."
"Aku akan menikahi Naruto saja, bagaimana?" Sasuke membuat lelucon itu dengan santai.
"Sasuke?" Mikoto terbelalak.
Kesedihannya surut dan tergantikan oleh keterkejutan. "Jangan bilang, selama ini...,"
Sasuke juga mempunyai teman lain selain Sakura, dan itu adalah Naruto. Keduanya juga sudah dekat sejak kecil. Mikoto tidak pernah berpikir kalau anaknya akan menyimpang ke arah itu. Sasuke dan Naruto...?
KAMU SEDANG MEMBACA
I WISH YOU LOVE (SASUSAKU)
FanfictionKarena, bagaimanapun, mereka adalah teman. IWYL © Vivianne. NARUTO © Masashi Kishimoto.