02.Lofi Peri

19 4 1
                                    

Jum'at malem sabtu
Ojo lali mlaku-mlaku
Lek males mlaku-mlaku
Ya wes maca Hujan Malam nang laramolu😝

Salam fiksi🌱

***

Setelah istirahat kedua telah habis. Pak Qori guru matematika sudah dikelas dan bersiap memulai pelajaran. Aku harap Pak Qori tidak menjelaskan lagi. Ini pikiran rasanya meledak juga badan yang semakin malas-malasan ingin segera pulang ke rumah, bersantai menenangkan pikiran. Pelajaran dimulai, namun Pak Qori hanya memberikan tugas, mengerjakan soal yang ada di buku paket. Sama saja! Ini juga menguras pikiran. Memang hanya empat soal matematika, tapi jawabannya beranak sampai menjadi grepak senthe. Aku baru bisa menyelesaikan satu soal saja, sekarang tinggal tiga lagi. Di tengah perjalanan menghitung, pikiranku tidak bisa diajak kompromi. Sekilas ketakutan menghampiri benakku dan berkata, "Aku takut sendirian" hingga bel pulang mengagetkanku. Cepat sekali sudah jam tiga. Matematika memang susah, tapi soal sedikit memerlukan waktu lama. The best, terimakasih matematika. Meski aku yang selalu tidak paham kenapa tidak menyukai pelajaran ini.

Pak Qori menutup pembelajaran hari ini dan beliau keluar kelas disusul teman kelasku. Aku segera membereskan buku dan peralatan pensil lalu beranjak pergi dari kelas. Karena Tika sudah keluar duluan tanpa pamit, maka dia tidak pulang bersama denganku. Aku keluar dari gerbang sekolah, menghembuskan napas samar, mencoba mengusir pikiran berlebihan.


Di halte, bus telah berhenti dengan perlahan. Melangkahkan kaki, membayar, duduk di kursi dekat jendela, menarik napas panjang lalu membuang perlahan. Aku beralih menatap jendela, langit biru, cuaca hari ini cerah. Pikiranku kosong. Jika boleh jujur, melamun itu enak, tapi itu tidak baik jika terus-menerus. Aku diam sampai bus berhenti di halte membuatku tersadar dan segera turun. Supir melihat penumpang yang turun, ketika giliranku yang dipandang aku balas tersenyum terimakasih, pak supir balas mengangguk.

Jarak antara halte dengan rumah jika jalan kaki itu jauh, entah sampai kapan aku terus jalan kaki setiap berangkat dan pulang sekolah. Sepertinya hingga tiga tahun aku terus-terusan naik sandal. Sesampai di perempatan jalan, aku berbelok ke arah kanan dilanjutkan belok kiri dan ini belum dekat dengan rumah. Nanti didepan ada perempatan lagi setelahnya belok kanan lagi lalu lurus sampai terlihat tulisan jelas Perumahan 2z BlauraZa di sisi kiri. Disitulah aku tinggal. Rasanya aku ingin cepat sampai ke rumah. Andai saja aku memiliki kekuatan seperti Rani Peri di film Baal Veer. Atau yang jahat itu, balsem peri kalau tidak salah seingat ku saat bermain bersama teman kampung dulu mereka sering menyebut begitu. Dia juga bisa menghilang dan langsung sampai pada tujuan. Kalau-kalau aku punya itu semua, aku juga ingin menyelamatkan dunia. Sebelum itu, aku akan mengutuk semua orang yang pintar, pintar korupsi maksudnya.

Tanganku bergerak membuat bentuk seakan sedang mengeluarkan kekuatan, kekuatan putih tak terlihat. Bukan transparan. "Hiiyaa, yaak, cttak." Bayangkan saja ada musuh di depan dan aku hanya berjalan santai menggerakkan tangan ke arahnya lalu, blur!

Dia kalah.

Aku menyadari setelah kelakuan aneh menurut pandangan beberapa orang yang berlalu melewati ku. Yaah, seperti tidak pernah lihat Lofi Peri saja.

Setelah berbelok, kini aku memasuki kompleks yang asri dan terpampang kerajinan tangan dari warga komplek yang di pajang rapih. Tadinya gerbang membuka dan aku langsung masuk, "Pak Ri!" Aku menyapa, Pak Ri tersenyum dan membalas sapaanku lalu segera melanjutkan menutup gerbang. Perumahan 2z BlauraZa tempat yang beberapa bulan lalu telah di sewa oleh ayah ku. Baik sekali pemiliknya, bahkan sering bagi-bagi uang untuk anak-anak termasuk aku juga dapat. Perumahan mana lagi yang di sewa diperbolehkan? Jika ada, semoga rezekinya mengalir deras, halal dan barokah.

Hujan MalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang