Setelah hujan buatan yang diberikan oleh petugas pemadam kebakaran itu berakhir, suasana di lapangan sedikit tenang. Namun, ketenangan itu segera pecah saat suara speaker mengumumkan dengan tegas. Kami semua diperintahkan untuk kembali ke kelas, tetap dengan tubuh basah kuyup yang sudah dingin.
"Rasakan, belajar dengan basah kuyup hingga nanti jam tiga!" Suara itu datang dari Pak Budi, guru yang terkenal keras di sekolah kami. Beberapa siswa langsung berteriak kesal, ada yang berbisik penuh protes, dan tak sedikit yang mengumpat pelan. Sorakan marah pun terdengar dari berbagai sudut lapangan.
Beberapa teman mulai saling melontarkan keluh kesah. "Gila, kita basah kuyup begini disuruh belajar?!" Ada yang mengangguk setuju, sementara yang lain lebih memilih untuk diam, meskipun jelas ada rasa tidak senang yang terpendam.
Pak Budi, tampaknya tak terpengaruh dengan reaksi kami. "Kalian pikir ini permainan? Kalian masih harus belajar," katanya di speaker dengan nada yang tegas, membuat kami semua merasa sedikit terpojok. Akhirnya, setelah beberapa menit terdiam dalam kebingungannya, siswa sekolah kembali ke kelas, ada juga yang mampir ke koperasi siswa dan masih bermain-main menghiraukan perintah Pak Budi.
Di dalam kelas, suasana sedikit lebih mencekam. Semua temanku masih merasa kesal, namun sedikit demi sedikit, kami mulai kembali duduk di tempat masing-masing. Sambil menatap teman-teman di sekitar, aku bisa merasakan ada kegelisahan yang mulai menghampiri beberapa dari kami. Tidak hanya karena peringatan Pak Budi, tetapi juga karena kejadian yang tadi terjadi pada Cinta. Tubuhnya yang pingsan dan Ale yang buru-buru menolongnya. Pertanyaan itu terus terngiang di kepala, sala denganku. Mereka masih membahas tentang kejadian itu,
"Kenapa Ale masih peduli?"
"Tidak tahu, mungkin Ale masih punya rasa suka pada Cinta."
Aku mendekat pada Meya, yang juga tampak cemas. "Kamu lihat kan, Cinta tadi kenapa bisa pingsan?" tanyaku pelan.
Meya mengangguk, lalu menjawab dengan suara rendah. "Aku tidak tahu, tapi pasti ada yang tidak beres. Ale ... masih peduli padanya, padahal mereka sudah putus."
Kami terdiam sejenak, mencoba memahami apa yang sebenarnya terjadi. Dalam hati, aku tahu bahwa hubungan mereka-yang berakhir cukup tiba-tiba-pasti menyisakan perasaan yang belum selesai. Meski mereka tidak lagi bersama, Ale tampak begitu khawatir.
Tiba-tiba, suara speaker kembali terdengar, menginterupsi percakapan kami yang mulai mendalam.
"Perhatian! Hari ini, kalian pulang lebih awal. Semua kegiatan belajar mengajar dibatalkan untuk hari ini. Kalian diperbolehkan pulang setelah ini," suara Pak Budi, terdengar jelas di speaker, mengubah suasana kelas yang tadinya tegang menjadi riuh.
Beberapa siswa langsung bersorak kegirangan. Tidak ada yang menyangka pengumuman itu datang begitu mendadak, atau memang kami dipermainkan. Suasana yang semula penuh ketegangan itu berubah menjadi kegembiraan seketika. Semua orang mulai berkemas, mengumpulkan barang-barang mereka, bergegas keluar dari kelas, dan menuju pintu gerbang sekolah. Aku bisa mendengar tawa riang yang membahana di seluruh penjuru.
Namun, meskipun kegembiraan menyelimuti sekolah, hatiku tak bisa sepenuhnya tenang. Aku masih teringat pada Cinta yang tadi pingsan, dan Ale yang begitu peduli padanya. Di tengah sorak sorai teman-teman yang pulang lebih awal, aku masih merasa ada banyak hal yang belum selesai. Masih ada banyak pertanyaan yang belum terjawab.
Saat aku melangkah keluar dari kelas, Iin menyusul dari belakang. "Ayo kita pulang," katanya dengan senyum yang tulus, penuh semangat.
Aku hanya mengangguk pelan. Meski kami pulang lebih awal, rasa penasaran tentang kejadian tadi tetap membekas dalam hati. Namun, aku juga tahu bahwa hari ini, mungkin untuk pertama kalinya, kami semua diberi sedikit waktu untuk melupakan kekhawatiran kami sejenak-sebelum kenyataan kembali menyapa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan Malam
RomanceTentang hujan, malam, kerinduan, pertemanan, sahabat, kerabat, cinta, kasih dan sayang, kebencian terpendam, semuanya ada disini dengan catatan waktu bisa di gunakan untuk mencari kebahagiaan. Banyak orang namun kesendirian yang di rasakan. Tentang...