20. SOKCHO II

428 65 3
                                    

Sore itu, angin sepoi-sepoi dari Danau Cheongchoho membawa suasana tenang yang dibutuhkan oleh Jennie dan Lisa.

Mereka berdua duduk di bangku dekat danau, mengenakan pakaian tertutup dan topi untuk menyamarkan diri.

Lisa baru saja kembali dari membeli es krim dan memberikan Jennie es krim vanila favoritnya, sambil duduk di sampingnya dengan senyum tipis.

"Ini es krim vanilamu," kata Lisa sambil menyerahkan cone es krim kepada Jennie.

Jennie mengambilnya dengan senyum kecil di wajahnya. "Terima kasih, Lisa. Kamu masih ingat aku suka vanila."

"Tentu saja aku ingat," jawab Lisa sambil memakan es krimnya sendiri. "Kamu tidak pernah berubah soal es krim."

Jennie tertawa kecil, sedikit canggung. "Ya, selera makanku tidak banyak berubah. Masih menyukai hal-hal sederhana."

"Dan itu yang aku suka dari kamu," kata Lisa dengan nada lembut, matanya sedikit melirik Jennie, memastikan perasaannya tersampaikan.

Jennie menatap es krimnya sejenak sebelum mengalihkan pandangannya ke danau yang tenang di depan mereka. "Aku rindu momen seperti ini... yang sederhana. Tanpa tekanan, tanpa semua drama."

Lisa mengangguk, mencoba menyesap es krimnya perlahan. "Aku juga. Itulah mengapa aku ingin kita menghabiskan waktu seperti ini. Hanya kita berdua... tanpa gangguan."

Jennie menarik napas dalam-dalam, menikmati suasana damai yang jarang mereka dapatkan. "Aku hargai kamu membawa aku ke sini, Lisa. Tapi jujur, aku masih bingung... apa yang sebenarnya kamu harapkan dari kita sekarang?"

Lisa terdiam sejenak, menggigit es krimnya dan menatap ke depan. "Aku tidak punya jawaban pasti, Jennie. Aku hanya... ingin memperbaiki segalanya. Aku ingin membuktikan bahwa aku masih mencintaimu, dan bahwa aku akan melakukan apa pun untuk kita."

Jennie mengangguk pelan, merasa ada sedikit beban di hatinya yang terangkat. "Aku menghargai usaha kamu, Lisa. Tapi seperti yang sudah kubilang, ini bukan soal hanya memperbaiki. Ini soal kepercayaan."

Lisa mengangguk lagi, kali ini lebih pelan, seolah merenungkan kata-kata Jennie. "Aku tahu. Dan aku tidak akan memaksa kamu untuk segera percaya padaku lagi. Tapi... aku harap kamu bisa memberiku kesempatan untuk mencoba."

Jennie menatap Lisa, ada perasaan campur aduk di dalam hatinya. "Aku sudah memberimu kesempatan, Lisa. Mungkin kita hanya perlu waktu."

"Ya, waktu..." ulang Lisa dengan nada pelan. "Tapi, aku tidak ingin kita kehilangan satu sama lain saat kita mencoba menemukan waktu itu."

Jennie tersenyum tipis, kemudian mengalihkan pandangannya ke danau yang mulai berubah warna seiring matahari perlahan tenggelam. "Aku juga tidak ingin kehilangan kamu, Lisa."

Lisa mengangguk, kemudian tersenyum lemah. "Maka, kita akan mencoba... pelan-pelan, tanpa terburu-buru."

Jennie menatap Lisa, melihat ketulusan di matanya, dan akhirnya mengangguk. "Kita coba, pelan-pelan."

Mereka berdua duduk dalam keheningan, hanya terdengar suara kecil angin yang menyapu permukaan danau dan es krim mereka yang perlahan mencair.

Sore itu, meski dengan segala perasaan yang masih belum selesai, mereka berdua setidaknya menemukan sedikit kedamaian di tengah-tengah kekacauan hubungan mereka.

Jennie menggoyangkan kakinya pelan-pelan, memandangi matahari terbenam dengan perasaan campur aduk di hatinya.

Di satu sisi, dia senang bisa menghabiskan waktu bersama Lisa tanpa gangguan, tapi di sisi lain, pikirannya masih dipenuhi dengan ketidakpastian.

THEY DON'T KNOW ABOUT US | JENLISATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang