04. JENNIE'S ANGER

635 69 4
                                    

Lisa berdiri di ruang tamu rumah barunya di Paris, sebuah rumah bergaya khas Prancis yang ia beli beberapa bulan lalu.

Di sudut ruangan, Frédéric duduk sambil menyesap secangkir kopi, tetapi perhatian Lisa terfokus pada buku yang ia baca. Namun, ketenangan itu segera terganggu oleh suara bel yang nyaring di pintu depan.

Dengan alis terangkat, Lisa menutup bukunya dan berjalan menuju pintu. Ia tidak menyangka akan ada tamu, apalagi di tengah hari seperti ini.

Saat Lisa membuka pintu, ia terkejut melihat sosok yang begitu familiar berdiri di depannya—Jennie.

Sebelum Lisa sempat mengucapkan sepatah kata pun, sebuah tamparan keras mendarat di pipinya, membuatnya terhuyung mundur.

Mata Lisa melebar, menatap Jennie yang tampak marah, frustasi, dan sekaligus terluka. Air mata mengalir deras di pipi Jennie, sementara suaranya bergetar penuh emosi.

"Lisa, bagaimana bisa kamu melakukan ini padaku?!" Jennie hampir berteriak, suaranya pecah di antara isak tangis.

"Setelah semua yang kita lalui selama hampir delapan tahun, kamu malah lari dengan pria lain seperti ini? Apa hubungan kita selama ini tidak berarti apa-apa bagimu?"

Lisa terdiam, rasa bersalah menyesakkan dadanya. Ia melihat ke arah Frédéric yang kini berdiri canggung di belakang Jennie, lalu kembali menatap wanita yang ia cintai.

Lisa mencoba mendekat, tangannya terulur untuk memeluk Jennie, tetapi Jennie mundur, menolak pelukan itu dengan keras.

"Aku... aku minta maaf, Jennie," suara Lisa bergetar, penuh penyesalan.

Tapi kata-kata itu seolah tidak berarti bagi Jennie, yang masih tenggelam dalam kemarahannya.

"Aku pikir kita bisa menghadapi semuanya bersama," Jennie menangis lebih keras, menatap Lisa dengan pandangan yang hancur.

"Tapi kamu malah memilih pergi, meninggalkanku sendirian dengan semua ini. Kamu seharusnya lebih dewasa, Lisa. Kamu seharusnya menghadapi masalah kita bersama, bukan melarikan diri seperti ini."

Lisa tidak bisa berkata apa-apa lagi. Rasa bersalahnya begitu mendalam hingga ia hanya bisa menatap Jennie dengan penuh penyesalan.

Lisa mencoba sekali lagi untuk mendekat, dan kali ini, Jennie tidak menolak ketika Lisa menariknya ke dalam pelukan.

Jennie mulai memukul dada Lisa dengan kepalan tangannya yang lemah, air matanya semakin deras mengalir.

"Kamu egois, Lisa! Sangat egois!" Isaknya terdengar putus asa, tetapi Lisa hanya bisa mengucapkan permintaan maaf berulang kali, mencoba menenangkan Jennie yang sudah terlalu terluka.

"Aku benar-benar minta maaf, Jennie," bisik Lisa, memeluk Jennie erat-erat seolah tidak ingin melepaskannya lagi.

"Aku salah. Aku seharusnya tidak melakukan ini. Aku seharusnya ada di sampingmu, bukan lari ke pelukan orang lain."

Jennie terus menangis dalam pelukan Lisa, perlahan-lahan melepaskan semua emosi yang selama ini terpendam.

Meski rasa sakit masih begitu nyata, ada sedikit kelegaan yang datang dari kenyataan bahwa Lisa akhirnya ada di sini, bersamanya.

Frédéric, yang menyaksikan semua itu dari kejauhan, merasa canggung dan tidak tahu harus berbuat apa.

Dia memutuskan untuk memberi mereka ruang, perlahan melangkah keluar dari rumah dan meninggalkan Lisa dan Jennie sendirian.

Sementara itu, di dalam rumah, Jennie akhirnya berhenti memukul dada Lisa. Ia hanya menangis dalam diam, terisak pelan, dan membiarkan Lisa memeluknya erat.

THEY DON'T KNOW ABOUT US | JENLISATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang