BAB 6

1.7K 23 2
                                    

⭐Peringatan nih! Jangan sampai novel ini di-copas atau diperjualbelikan ulang, ya. Kalo ada yang berani, langsung DM ke admin aja biar diurus. Jangan main-main deh!⭐

Tiap hari bakal di-upload 1 sampai 2 chapter, jadi stay tuned! Selamat menikmati ceritanya! 😎

----------

Pagi itu terasa berbeda. Matahari baru saja naik, tapi di kamar Farel, suasananya terasa muram. Dia duduk di depan cermin, menatap dirinya sendiri dengan tatapan kosong. Biasanya, dia akan mengenakan kaos dan celana jeans untuk memulai harinya, tapi pagi ini semuanya terasa aneh. Setiap kali dia meraih baju cowoknya yang biasa, ada perasaan tak nyaman yang merayap di dalam tubuhnya. Baju-baju itu terasa terlalu berat, terlalu asing.

Di sisi lain, ada setumpuk pakaian yang Lila bawa beberapa hari lalu—rok pendek, atasan feminin, dan beberapa aksesori yang jelas-jelas bukan untuk cowok. Farel memandangi pakaian itu dengan rasa yang campur aduk. Ada bagian dari dirinya yang ingin menolak, tapi ada juga bagian lain yang justru penasaran, ingin mencoba lagi.

Akhirnya, dengan tangan gemetar, Farel mengambil salah satu pakaian itu. Sebuah rok lipit berwarna pastel dan atasan crop top. Dia mengenakannya perlahan, seolah takut dengan apa yang mungkin dia rasakan. Tapi begitu pakaian itu menempel di tubuhnya, ada sensasi aneh yang langsung menyerang. Bukan lagi perasaan malu atau takut seperti sebelumnya, tapi ada sesuatu yang membuatnya merasa… lega. Nyaman, tapi juga aneh.

Setiap kali dia mengenakan pakaian feminin, sensasi itu semakin kuat. Seperti ada sesuatu di dalam dirinya yang semakin terbuka, semakin lepas. Tapi bersamaan dengan itu, ada rasa takut yang makin menekan. Siapa dia sekarang? Kenapa dia merasa nyaman dengan pakaian seperti ini?

Sementara Farel masih tenggelam dalam pikirannya sendiri, ponselnya bergetar. Sebuah pesan dari Lila muncul di layar.

"Lagi dimana? Gue otw ke rumah lo."

Farel menghela napas panjang. Lila pasti akan datang lagi dengan setumpuk pakaian baru atau ide gila lainnya. Tapi anehnya, kali ini Farel nggak merasa keberatan. Seolah-olah, tanpa sadar, dia sudah siap dengan kedatangan Lila dan semua hal yang dibawanya.

Tak lama kemudian, bel rumah berbunyi. Lila sudah tiba, seperti biasa, dengan senyumnya yang lebar dan sikap penuh semangat. "Rel! Gue bawa baju baru buat lo, nih! Lo pasti suka," katanya sambil melambai-lambaikan kantong belanja yang penuh dengan baju.

Farel membuka pintu dan membiarkan Lila masuk. Mata Lila langsung berbinar begitu melihat Farel sudah mengenakan salah satu pakaian yang dia bawakan sebelumnya. "Wow, lo udah pake itu? Gue nggak nyangka lo bakal suka! Bagus kan? Pas banget buat lo!"

Farel cuma tersenyum kaku. "Iya, gue… gue coba-coba aja," jawabnya pelan.

Lila langsung membuka kantong belanjaannya dan mulai mengeluarkan satu per satu pakaian yang baru dia beli. "Lo harus coba ini deh, Rel. Gue yakin ini bakal bikin lo keliatan lebih kece lagi," katanya sambil memberikan sebuah dress simpel berwarna merah muda.

Farel mengangguk pelan, meskipun di dalam hati, perasaan aneh itu semakin menjadi-jadi. Setiap kali Lila memberikan pakaian baru, Farel semakin sulit untuk berkata tidak. Rasanya seperti ada sesuatu yang menahan dirinya, seolah-olah bagian dari dirinya sendiri yang ingin terus maju, terus mencoba.

Hari itu mereka pergi ke kafe lagi. Sama seperti sebelumnya, Lila selalu berhasil membuat Farel ikut dengan rencananya, bahkan tanpa harus memaksa terlalu keras. Namun, ada sesuatu yang berbeda kali ini. Ketika mereka duduk di kafe, Lila menatap sekeliling dengan senyum nakal di wajahnya.

"Rel," kata Lila tiba-tiba sambil melirik ke arah sekelompok cowok yang duduk di sudut kafe. "Gue ada ide seru. Coba lo godain salah satu cowok di sana."

Gue Gak Mau Jadi FemboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang