BAB 13

804 18 4
                                    

Peringatan nih! Jangan sampai novel ini di-copas atau diperjualbelikan ulang, ya. Kalo ada yang berani, langsung DM ke admin aja biar diurus. Jangan main-main deh!⭐

Tiap hari bakal di-upload 1 sampai 2 chapter, jadi stay tuned! Selamat menikmati ceritanya! 😎
-----
Pagi itu suasana kamar masih tenang. Farel baru saja terbangun, kelopak matanya berat, dan dia masih ingin menghabiskan beberapa menit lagi di kasur. Tapi tiba-tiba, pintu kamarnya terbuka pelan. Farel menoleh, dan di sana berdiri Lila, dengan tatapan yang nggak bisa ditebak. Tangan Lila memegang sesuatu yang aneh, benda kecil berkilau dengan desain yang bikin Farel langsung was-was.

“Bangun, Rel?” tanya Lila dengan suara datar sambil melangkah masuk.

Farel cuma mengangguk, belum sepenuhnya sadar. Matanya terpaku ke benda yang dipegang Lila. Rasanya ada firasat nggak enak.

“Eh, itu apa?” tanya Farel, nadanya ragu.

Lila senyum tipis. “Ini buat kamu, biar tetap suci,” katanya singkat sambil nunjukin benda itu lebih jelas. Itu ternyata chastity cage, alat kecil yang bikin Farel langsung ngeri.

“Apaan, Lil? Gw nggak butuh kayak gitu,” jawab Farel panik, berusaha menjauh sedikit. Tapi Lila melangkah maju tanpa ragu, tatapan matanya tajam.

“Nggak usah banyak omong, Rel. Sekarang, tenang aja. Tarik napas dalam-dalam, biar gw pasangin ini,” kata Lila sambil mendekat lagi, suaranya tegas.

Farel mau nolak, tapi badannya seperti nggak bisa bergerak. Ada sesuatu dalam tatapan Lila yang bikin dia ngerasa nggak bisa melawan. Dengan tangan dingin, Lila mulai memasang chastity cage itu ke Farel. Rasa dingin dari logam itu langsung terasa menyentuh kulitnya, bikin Farel merinding.

“Sakit, Lil… pelan-pelan dong,” bisik Farel, wajahnya meringis nahan sakit.

Lila cuma meliriknya, tanpa belas kasihan. “Jangan banyak gerak, nanti malah tambah sakit,” jawabnya dingin. Farel cuma bisa menggigit bibir, nahan diri buat nggak bergerak sama sekali, tapi rasa nyerinya terus terasa. Detik demi detik, proses itu terasa seperti penyiksaan kecil buat Farel.

Akhirnya, setelah beberapa menit, Lila selesai memasang chastity cage itu. Dia mundur, mengamati hasilnya sambil tersenyum puas. “Gini aja, gw nggak akan buka ini sampai ‘punya’ lo ngecil sekecil-kecilnya,” katanya tanpa ragu. “Gw pegang kuncinya, jadi lo nggak bisa apa-apa.”

Farel cuma bisa diam, ngerasa nggak berdaya. Dia tahu, nggak ada gunanya dia melawan sekarang. Semua kontrol ada di tangan Lila.

Setelah Lila pergi, Farel berdiri sendirian di kamarnya, mencoba menenangkan diri, tapi perasaan nggak nyaman di bawah sana terus mengganggunya. Setiap gerakan kecil bikin dia sadar kalau sekarang ada benda asing yang mengunci bagian pribadinya. Setiap langkah, setiap kali dia bergerak, rasanya ada sesuatu yang menekan, bikin nggak nyaman.

Dengan ragu, dia jalan ke arah cermin. Lila sebelumnya juga maksa dia buat pake celana dalam wanita, sesuatu yang dia nggak pernah bayangin bakal pake. Dia ngeliatin dirinya di cermin, wajahnya merah nahan malu. “Hmm… nggak keliatan kayak cowok lagi di bawah,” gumamnya pelan sambil ngelihat refleksinya.

Walaupun chastity cagenya masih sedikit menonjol di balik kain, tapi ada sesuatu yang berubah. Rasa identitas cowoknya seakan mulai hilang pelan-pelan. Hal ini bikin dia bingung sekaligus malu. Dia berusaha ngeluarin napas panjang, coba buat nyantai, tapi rasa tidak nyaman itu nggak pergi. Dia udah nggak punya pilihan selain nurut sama aturan yang Lila buat.

Saat itu, kepalanya penuh dengan pikiran. Rasanya seperti terjebak di situasi yang nggak mungkin dia keluarin. Apa yang sebenarnya diinginkan Lila dari semua ini? Apakah ini cuma permainan? Tapi tatapan dingin dan tegasnya tadi bikin Farel sadar kalau ini bukan sekadar main-main.

Gue Gak Mau Jadi FemboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang