Peringatan nih! Jangan sampai novel ini di-copas atau diperjualbelikan ulang, ya. Kalo ada yang berani, langsung DM ke admin aja biar diurus. Jangan main-main deh!⭐
Tiap hari bakal di-upload 1 sampai 2 chapter, jadi stay tuned! Selamat menikmati ceritanya! 😎
-----Rumah Farel terasa sepi tanpa suara orang tua yang biasanya riuh. Dia merasa kosong, seperti ada yang hilang dari hidupnya. Satu-satunya suara yang terdengar adalah detakan jam dinding yang mengingatkan Farel bahwa waktu terus berjalan. Dia berusaha untuk kembali ke rutinitasnya, berusaha normal, tapi ada sesuatu yang terus mengganggu pikirannya.
Lila, di sisi lain, nggak mau tinggal diam. Dia nggak ingin kehilangan "proyeknya." Proyek yang dia ciptakan dari rasa ingin tahunya, dari ketertarikan yang aneh terhadap Farel. Lila tahu bahwa Farel berusaha melawan pengaruhnya, tapi baginya, itu adalah tantangan yang harus dia hadapi. Dia ingin Farel tetap berada di jalur yang dia buat, bahkan jika harus dengan cara yang ekstrem.
Suatu sore, saat Farel sedang duduk sendirian di ruang tamu, tiba-tiba Lila muncul di depan pintu. “Hai, Farel! Aku bawa sesuatu buatmu,” katanya sambil tersenyum lebar. Dia masuk tanpa diundang, seolah-olah rumah itu miliknya sendiri. Farel berusaha tersenyum, meskipun perasaannya campur aduk.
“Apa ini, Lila?” tanyanya, melihat tas besar di tangan Lila yang tampak berat.
“Ini… pil-pil yang lebih banyak. Kita harus terus berusaha, kan?” Lila menjawab dengan antusiasme yang mencurigakan. Farel merasa perutnya berputar. Dia ingat betul efek dari pil-pil yang sebelumnya Lila berikan, dan dia nggak mau mengalaminya lagi.
“Lila, aku nggak mau minum lagi,” Farel menolak tegas. Suaranya tegas, tapi ada rasa cemas yang menyelip di dalamnya.
“Eh, come on! Ini demi kebaikanmu, Farel! Kamu harus percaya sama aku!” Lila mendekat, wajahnya penuh harapan dan sedikit kesal. Dia tahu Farel berusaha menjauh darinya, tapi dia nggak mau itu terjadi.
Farel mundur, tapi Lila lebih cepat. Dengan gerakan yang mengejutkan, dia membuka mulut Farel dan memasukkan pil-pil itu secara paksa. Farel berusaha melawan, tapi Lila lebih kuat dari yang dia kira. “Tapi…!” Suaranya terpotong saat pil itu menggelinding ke tenggorokannya.
“Ini semua untukmu, Farel. Kamu harus merasakannya!” Lila berujar dengan nada bersemangat, seolah-olah dia sedang memberi hadiah.
Belum selesai dengan pil itu, Lila mengeluarkan jarum suntik dari tasnya. Farel merasa panik saat dia melihat benda itu. “Lila, jangan! Tolong!” teriak Farel, tapi suaranya tak berarti.
“Tutup matamu dan percayalah padaku. Ini hanya untuk kesehatanmu,” Lila berkata sambil mendekati Farel. Dengan cepat, dia menyuntikkan hormon ke tubuh Farel. Rasa sakit itu membuat Farel terkejut, tubuhnya terasa lemas seketika.
“Rasanya… kenapa?” Farel merasa dunia berputar. Dia ingin melawan, tapi semua yang bisa dia lakukan hanyalah menerima.
Setelah kejadian itu, Farel merasakan perubahannya semakin cepat. Beberapa hari setelahnya, suaranya yang biasanya berat kini terdengar lebih lembut. Dia mendengar suara itu sendiri dan merasakan kengerian menjalar di tulang punggungnya.
“Ini pasti efek dari pil itu,” pikirnya. Setiap kali dia bercermin, dia melihat sosok yang semakin asing. Dadanya mulai terasa nyeri, seolah-olah ada sesuatu yang bergerak di dalamnya. Dia menekan dadanya, merasakan ketidaknyamanan yang makin kuat.
Hari-hari berlalu, dan setiap hari Farel menemukan diri dalam penyangkalan. “Ini hanya fase, aku bisa melewatinya,” dia berusaha meyakinkan dirinya sendiri. Namun, ketika dia berusaha memakai baju yang biasanya dia kenakan, dia merasa semuanya jadi terlalu ketat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gue Gak Mau Jadi Femboy
RandomCerita ini akan menceritakan tentang seorang laki laki yang di paksa menjadi seorang femboy