BAB 14

3K 40 7
                                        

Peringatan nih! Jangan sampai novel ini di-copas atau diperjualbelikan ulang, ya. Kalo ada yang berani, langsung DM ke admin aja biar diurus. Jangan main-main deh!⭐

Tiap hari bakal di-upload 1 sampai 2 chapter, jadi stay tuned! Selamat menikmati ceritanya! 😎
---
Saat wanita itu tersenyum, Farel merasa ada sesuatu yang melingkupi ruang di sekeliling mereka. Dia menarik alat vakum dari dada Farel dengan lembut, tetapi gerakannya cukup untuk membuat jantung Farel berdebar kencang. Saat wanita itu mencubit dada Farel yang kini terasa lebih besar, Farel tidak bisa menahan diri untuk tidak mendesah, "Ah… ahh…" Suara itu keluar begitu saja, tanpa dia sadari. "Udah…"

Keterasingan dan keraguan bercampur menjadi satu, saat wanita itu menyentuhnya lagi. Setiap sentuhannya memicu gelombang rasa yang aneh, antara nyaman dan bingung. Lalu, wanita itu sedikit menggigitnya, membuat Farel terkejut. “Hmm, bagaimana rasanya?” tanyanya dengan nada yang menggoda, seolah ingin mengajak Farel ke dalam dunia baru yang belum pernah dia eksplorasi.

Wajah Farel memerah, rasa malu yang mendalam menyelimuti dirinya. Dia bisa merasakan denyut jantungnya berdegup lebih cepat, bercampur dengan ketegangan yang aneh. Dia tidak mengerti kenapa semuanya terasa begitu membingungkan dan, di satu sisi, mengasyikkan. Keberanian untuk merasakan hal baru bertarung dengan rasa takut yang menyelimutinya.

Dalam kebingungan ini, wanita itu mendekatkan wajahnya, dan Farel bisa merasakan nafasnya yang hangat. Dalam sekejap, dia mencium bibir Farel, sebuah tindakan yang mengubah segalanya. Farel tidak tahu harus bereaksi bagaimana; ada perasaan hangat yang menyebar dari bibirnya ke seluruh tubuhnya. "Selamat datang, girls," bisik wanita itu, mengisi udara dengan janji akan perjalanan yang belum diketahui.

Kata-kata itu menghujam ke dalam hati Farel, dan dia merasakan gelombang emosi yang tak terduga. Dia ingin melawan, ingin berteriak bahwa ini semua tidak benar, tetapi di sisi lain, dia merasa seolah terlahir kembali dalam momen itu. Ada perasaan berani untuk menerima siapa dirinya yang baru, dan mungkin—hanya mungkin—ini adalah langkah pertama untuk menemukan jati diri yang selama ini dia cari.

Farel menundukkan wajahnya, mengalihkan pandangannya ke samping, berusaha menahan air mata yang mengancam akan keluar. "Apa yang terjadi padaku?" gumamnya pada diri sendiri. Dia tidak pernah membayangkan akan berada dalam situasi seperti ini. Ada keraguan, tetapi di balik keraguan itu, ada juga rasa ingin tahu yang semakin membesar.

Wanita itu, melihat perubahan dalam diri Farel, tersenyum lembut. “Tenang saja, Rel. Ini baru awal dari perjalanan kita. Kamu akan menemukan banyak hal menarik tentang dirimu yang belum kamu ketahui.” Suaranya lembut, tapi tegas, seolah ingin menegaskan bahwa Farel tidak sendiri dalam perjalanan ini.

Farel merasakan getaran antara ketakutan dan keinginan untuk melangkah lebih jauh. Mungkin inilah saatnya untuk menjelajahi batasan-batasan yang selama ini dia anggap mustahil. Dengan napas yang berat, dia memutuskan untuk mengangkat wajahnya dan menatap wanita itu, siap menghadapi apa pun yang akan datang.

“Baiklah,” jawabnya pelan, tetapi ada kebulatan tekad di dalam suara itu.

Farel duduk dengan ragu-ragu, melihat pakaian dalam wanita yang dipegang oleh wanita di depannya. Rasanya campur aduk—ada rasa malu, canggung, dan sedikit rasa penasaran yang diam-diam membuatnya bingung.

“Yuk, kita mulai,” kata wanita itu dengan nada lembut, senyum hangat menghiasi wajahnya. Dia bergerak dengan tenang, seolah-olah tidak ada yang aneh dengan apa yang sedang terjadi.

Farel menelan ludah, merasa jantungnya berdetak semakin cepat. Dia berdiri kaku, membiarkan wanita itu mendekat. Dengan tangan yang perlahan namun pasti, wanita itu mulai memakaikan pakaian dalam tersebut ke tubuhnya. Kain halus itu menyentuh kulitnya, membuatnya menggigil sedikit karena sensasi yang terasa asing.

Gue Gak Mau Jadi FemboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang