8. Little Rebel

121 25 12
                                    

Recommended Song :
aespa — Spark (WINTER Solo)










"Ah, jadi namanya Andra?"

Aru tersenyum meledek saat mengintip roomchat di ponsel Icha. Mengetahui kalau Aru mengintip, Icha berteriak histeris dan langsung menutup layar ponselnya dengan tangan.

"Kak Aru ngintip!" seru Icha heboh. Wajahnya sudah merah padam karena malu. Tapi malu bukan karena terciduk sedang chat dengan Andra, tapi karena jarak wajah Aru yang dekat karena mengintip dari belakang. Aroma parfum yang maskulin dan khas orang dewasa seketika memenuhi indera penciumannya. Aroma yang membuat tubuh Icha merinding sekujur tubuh.

"Haha, I'm just curious, little kid. Siapa sih cowok yang menarik perhatian adek kecilku ini? Apa cowok itu baik padamu? Memperlakukanmu dengan baik juga?"

Saat Aru menjauh dari belakang, barulah Icha mengangguk. "Iya, dia baik padaku."

"Oh, ya?" Aru menaikkan alis. "Apa dia memperlakukanmu dengan baik—melebihi ketiga saudaramu?"

Icha terpaku. Dan ia seketika baru sadar. "Mas, Mbak, dan Abang jauh lebih baik," ujarnya jujur.

"Kalau denganku?"

Kali ini Icha ragu untuk menjawab. Ia mendongak menatap Aru, yang juga tengah menatapnya—menunggu jawaban. Icha meneguk ludahnya kasar. Tak dapat dipungkiri kalau Aru jauh lebih baik daripada Andra. Walau baru bertemu kemarin, tapi Aru sudah melakukan banyak hal. Berkorban juga untuknya. Semalam Icha mendengar percakapan kalau Aru masih jetlag dan butuh menyesuaikan diri dengan perbedaan waktu. Tapi masih tetap menjaganya. Saat kecil dulu, Aru juga sudah baik padanya. Itulah kenapa dulu Icha merasa nyaman dengannya dan agak terpukul saat Aru pergi. Dan Icha juga sadar, mungkin karena kebaikan Aru lah, Icha bisa menyukainya—walau ia sadarnya telat.

"Kak Aru... jauh lebih baik."

Mendengar itu, Aru tersenyum puas. Ia mendekati Icha untuk Icha elus kepalanya. "Carilah cowok yang memperlakukanmu dengan baik melebihi baiknya Mas Mahen, Anne, dan Rion padamu. Kalau bisa, yang melebihiku juga." Aru menatap dalam tepat ke manik mata Icha yang terlihat pure dan suci. Lalu Aru mengembangkan senyum. "Aku juga penasaran siapakah orangnya nanti. You'll be the most happiest princess in this whole universe if you meet a partner like that. Aku berani jamin."

Jantung Icha seketika makin berpacu lebih cepat. Menemukan cowok yang memperlakukannya dengan baik melebihi ketiga kakaknya? Sebelum ini memang tidak ada. Kalau untuk sekarang, bukankah orangnya itu Aru sendiri? Tapi Icha buru-buru menetralkan pikirannya untuk tidak berharap ke Aru lagi. Sudah cukup. Walaupun Icha masih berharap, Icha tidak mau terlalu memaksakan. Icha hanya ingin semuanya mengalir seperti air yang mengalir. Ia percaya kalau jodoh itu, walaupun mau sejauh apapun dan saling menjauh pun, pasti akhirnya akan bersama juga bukan?

"Tidak ada orang sebaik Kak Aru," jawab Icha berani.

"Benarkah? Wah, aku memang sudah menduganya." Aru mengedikkan bahu. Ia yang sudah rapi dengan kemeja dan celana panjang terlihat tampak lebih menawan dan dewasa. Icha sedikit minder. Ia tergolong menyukai Aru yang merupakan sosok dewasa yang bisa semua hal. Sangat tidak cocok dengannya yang payah dan tidak bisa melakukan apa-apa. Icha terbantu dengan background keluarganya yang terpandang. Selain itu, nothing.

"Lalu, apa Icha bisa bertemu dengan orang seperti itu?"

"Tentu bisa. Kelak kamu akan bertemu dengan seseorang yang baiknya seperti aku, atau malah melebihi aku. Nothing is impossible, Caca."

Icha menggigit bibir. Kalau tidak bagaimana?

Bolehkah Icha egois kalau ia hanya ingin Aru baik padanya saja?

I Was Born To Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang