5. With You

100 27 2
                                    

Recommended Song :
Crush — Love You With All My Heart















"Kabarmu gimana? Hm?"

Aru mengelus rambut Icha dari belakang. Waktu yang berlalu begitu cepat, membuat Aru merasa tidak percaya kalau Icha sudah sebesar ini. Gadis itu duduk dengan diam dan tidak mau menoleh ke arahnya.

"Baik."

"People around you—treat you kindly? Mereka tidak membuatmu kesulitan, kan?? Mereka baik padamu, kan?"

Icha hanya mengangguk. Tubuhnya menegang kaku karena tangan Aru masih mengelusi rambutnya. Setelah menangis tadi, rasanya Icha malu. Dan ia juga bingung harus bersikap seperti apa. Icha merasa canggung.

"Kalau ada yang membuatmu kesulitan, bilang ke aku."

"Kakak yang membuatku kesulitan."

Aru tertawa rendah. Ia menurunkan tangannya dan memilih memandang pemandangan sore waduk yang ramai pengunjung ini. "Maaf telah menolakmu, Marissa. Aku hanya tidak ingin kamu semakin terluka disaat aku masih sulit melupakan orang lain."

"Amanda?"

"Kamu tahu?"

Icha tidak menjawab. Aru menggelengkan kepalanya. "Kamu sangat tahu tentangku, ya? Sampai ke nama mantanku saja kamu tahu."

"Lucu gak sih, Kak. Selama 10 tahun ini aku susah move on dari kamu. Tapi disaat yang sama kamu juga susah move on dari mantan. Bedanya, aku dan Kakak tidak ada status. Sedangkan Amanda adalah mantan. Rasanya wajar kalau belum move on dari mantan. Kalau aku?"

Kali ini Icha menoleh. Menatap Aru dalam dari jarak dekat. Perasaan Icha semakin berkecamuk. Ia begitu merindukan laki-laki ini. Aru tidak banyak berubah, hanya semakin tinggi dan matang. Dan kelihatan sangat dewasa. Tapi saat ia melihat sosok Amanda—walaupun hanya lewat sosmed karena jadi stalkerrasanya sangat wajar Aru begitu sulit melupakannya. Karena apa? Amanda gadis yang baik. Sangat bisa mengerti Aru dan tentunya sosok yang dewasa.

Sedangkan dirinya?

Icha merasa dirinya kurang dalam semual. Meskipun ia cucu mantan presiden, masa lalunya sangat kelam. Saat SD saja, ia pernah kena bully—sampai ia membolos tanpa alasan. Ia juga pernah memukul temannya karena ia tidak terima diejek. Lalu saat ia masuk SMP sampai SMA, ia selalu diremehkan orang. Hidupnya terpuruk. Ia anak bungsu, itulah kenapa ia banyak dilarang. Icha merasa terkekang juga. Ia diremehkan—karena dianggap tidak bisa melakukan apa-apa.

Menjadi cucu mantan presiden tak selamanya indah.

"Amanda nolak aku." Aru akhirnya bersuara. "Sebelum kembali, aku sempat bertemu dengan Amanda, karena aku pikir aku tidak akan bertemu dengannya lagi. Aku mengutarakan perasaanku yang selama 10 tahun ini aku rasakan. Dan kamu tahu dia jawab apa?"

Dengan helaan nafas panjang Aru kembali bersuara. "You deserve better. Semoga kamu tidak sakit lagi. Aku harap seseorang yang kelak bisa sama kamu, bisa buat kamu bahagia."

Mata Icha membulat. Ia tidak tahu kalau ternyata Amanda berkata begitu. "Amanda... bilang seperti itu?"

"Iya. Secara tidak langsung, dia memang ingin Kakak melupakannya."

Icha menunduk dan memainkan jari-jarinya sendiri. "Lalu sekarang.. kenapa Kak Aru datang ke waduk ini?"

"Untuk ketemu kamu, gadis kecil." Aru kembali mengelus rambut Icha. "You're getting pretty than before. Kamu sudah besar."

Icha diam saja. Hatinya kembali bergemuruh. Apa itu artinya Aru mau mencoba membuka hati untuknya? Tapi Icha tidak boleh cepat berasumsi. Bisa saja Aru merindukannya sebagai adik kecil yang sudah lama tidak ia temui, kan? Intinya, Icha tidak boleh terlalu berharap.

I Was Born To Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang