9. Party With You

136 28 11
                                    

Recommended Song :
Ariana Grande — intro (end of the world)














"Maksud aku, ini pertemuan pertama aku sama Kak Aru setelah sekian lama."

Icha buru-buru melarat ucapannya karena ketiga kakaknya menatapnya tajam—seperti ingin membunuhnya. Icha makin bersembunyi dibelakang River karena takut akan diterkam.

Evie mengangguk saja. "Kirain. Kalau gitu sini, kamu gak ketemu Kak Aru lama malah sembunyi." Evie menyuruh anak bungsunya untuk mendekat. Dengan ragu Icha mendekati Evie hingga kini berhadapan dengan Aru. Detik itu pula Icha tersipu karena Aru menatapnya teduh sekali. Aru memakai setelan kemeja putih yang dipadu jas hitam.

He's so mature.

"Halo, Caca," sapa Aru singkat. Tangannya tergerak untuk menyentuh jepit kuromi yang menghiasi rambut panjangnya. "Kamu sudah tumbuh besar. Ingat gak dulu kalau aku sering beliin kamu jajan? Bawain makanan kesukaan kamu juga—terutama coklat?"

"Icha ingat." rasanya Icha tidak mampu menatap Aru lama-lama. Apa Aru selalu menatap orang lain seteduh ini? Atau cuma ke dia saja? Tidak, ia tidak boleh kepedean. Bisa saja memang Aru begitu ke orang lain? Melihat kepribadian Aru yang ramah, jadi wajar saja kalau Aru friendly ke orang lain? Jangan baper lagi atau jangan berharap lagi.

Aru hanya menganggapmu adik saja, Icha. Dan selamanya hanya Amanda sosok gadis sempurna di matanya.

"Gadis pintar." Aru tersenyum lalu menatap Evie dan River. "Icha kuliah dimana?"

"Di luar kota. Itupun Icha yang maksa."

"Luar kota? Itu artinya dia ngekos?" tampak sekali kalau raut wajah Aru terkejut. Icha yang ia kenal princess kesayangan keluarga, memilih kuliah di luar kota? Ekspresi Aru berubah dan ia menunduk sekilas untuk melihat Icha yang canggung sambil memainkan jarinya sendiri.

"Kamu kaget, kan? Tante dulu juga berat ngelepas dia tinggal sendiri dan jauh dari orangtua. Tapi mau bagaimana lagi, Icha yang maksa. Padahal Papanya nyuruh dia kuliah di UI, tapi dia gak mau. Sampai ngambek seminggu dan mogok bicara. Karena gak tega, kita semua setuju," jelas Evie panjang lebar. Ia mengusap rambut Icha dari belakang. Sedangkan Icha masih berdiri dengan canggung karena Evie membongkar aibnya didepan Aru.

"Kamu di luar kota ada temennya gak? Misal temen SMA kamu yang daftar di kampus yang sama?" kali ini Aru menjadi lebih serius. Ia menunduk untuk menatap Icha lekat. Fakta yang sungguh membuat Aru kaget dan tiba-tiba ia panik untuk alasan yang tidak jelas.

Icha menggeleng. "Aku merantau sendirian. Dan aku disana pure ketemu teman-teman baru. Saat pertama merantau, aku gak ada barengannya."

Aru bingung harus menjawab apa. Icha merantau sendirian saja itu membuat Aru terhenyak. Tapi Aru mencoba tersenyum. Mungkin Icha ingin merasakan kebebasan. "It's okay, you've worked hard for these years. Good job. Kamu pasti bisa, Icha."

Rasanya mata Icha panas. Ini adalah kali pertama, ada orang yang menyemangatinya selain keluarga. Sudah lama ia tidak mendengar kalimat penyemangat seperti ini.

"Apa aku sudah melakukan yang terbaik?"

"Tentu saja." Aru mengelus rambut Icha lagi. "Icha-ku hebat. Kalau ada masalah, jangan sungkan bilang padaku. Oke?"

"Iya."

"Aduh, pinternya."

Melihat interaksi keduanya River dan Evie saling melempar senyum. Mereka tahu dulu Icha sangat dekat dengan Aru. Melihat anaknya bisa bertemu Aru lagi, rasanya sangat melegakan.

I Was Born To Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang