Seorang remaja tampan saat ini tengah duduk di ruang tengah rumahnya. Ia duduk berhadapan dengan kedua orang tuanya.
Suasana di sana cukup tegang dengan aura dingin yang menyebar dari dua pria beda usia. Sang mama hanya bisa diam-diam pasrah.
Suaminya sudah tidak bisa mendengar perkataannya lagi. Putranya justru lebih keras kepala. Biarkanlah mereka berdua yang memutuskannya.
"Papa sudah mendaftarkanmu di universitas tempat papa dulu. Perbaiki sikapmu dan belajar yang benar!"
"Enggak, Pa. Nut masih ingin melanjutkan kuliah di sana!"
"NUT!!!"
"Pa, universitas di sana lebih baik dari di sini!"
"Universitasnya memang lebih baik, hanya sikapmu yang lebih buruk!"
"Apa yang buruk dari sikapku, Pa? Aku hanya menjalin hubungan dengan sesama gender. Di negara kita bahkan sudah dilegalkan!"
"Nut, hentikan! Papa tidak pernah mengajarimu menjadi anak pembangkang seperti ini! Pasti pacar priamu yang menghasutmu kan?"
"Papa tak pernah mengenalnya, jadi jangan menyebarkan fitnah yang tak nyata!"
Perdebatan terus berlanjut. Sang mama hanya bisa menatap dua orang yang ia cintai dalam diam.
Permasalahan utamanya memang karena sang putra menjalin hubungan dengan sesama gender. Papa menolak keras hubungan itu, dengan alasan jika kekasih putranya hanya memanfaatkan uang keluarga.
Nut tentu saja membela kekasihnya. Selama ia hidup di luar negeri, sosok kekasihnya itulah yang selalu menemaninya. Dia sosok pemuda yang baik menurut pandangan Nut. Jadi ia tak terima jika papanya sendiri menuduhnya seperti itu.
"Keputusan papa tidak bisa diubah lagi. Kau akan tetap kuliah di sini! Tidak ada penolakan!"
Papa langsung bangkit setelah selesai dengan ucapannya. Nut baru saja akan melontarkan kalimat protes, tapi mama langsung menahannya.
"Ma, Nut enggak bisa. Nut harus kembali ke sana. Dia nunggu Nut, Ma!"
Sebenarnya mama tidak tega melihat dan mendengar nada memohon putra tunggalnya. Namun apa daya, ia tidak bisa melakukan apa-apa.
"Nut, mama paham perasaanmu. Mama juga tak melarang kau menjalin hubungan dengan sesama gender. Tapi, kau tahu papamu. Jika dia sudah mengambil keputusan, kita tidak bisa mengubahnya dengan cara apapun."
Nut mengusap wajahnya dengan kasar. Ia sangat frustasi dengan sikap papanya.
Jujur, selama ini Nut merasa tertekan menjadi anak tunggal keluarganya. Sejak kecil ia selalu dituntut untuk sempurna di semua bidang.
Lelah, sungguh sangat melelahkan. Setelah dikirim untuk kuliah di luar negeri, ia merasa sedikit lebih bebas. Di sana ia bisa menjadi dirinya sendiri tanpa diawasi orang tuanya langsung.
Sejak itulah ia menyadari jika dirinya tertarik dengan sesama gender. Ia mulai menjalin hubungan dengan salah satu teman kuliahnya.
Pemuda yang didekati Nut mempunyai paras manis. Sikapnya pun lemah lembut. Pemuda itu selalu baik pada semua orang.
Mungkin itu juga yang menarik perhatian Nut. Mereka berdua akhirnya menjalin hubungan setelah Nut menyatakan perasaannya.
Hubungan mereka berjalan sangat baik. Teman-temannya di sana juga banyak yang mendukungnya. Nut bisa merasakan kebahagiaan yang tidak pernah ia rasakan saat di rumah.
Hingga suatu hari, papa Nut datang mengunjunginya. Saat itu Nut sedang berada di dalam kamar bersama kekasihnya. Mereka baru saja selesai melakukan hubungan s** dan belum memakai kembali pakaian mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ex Playboy (BL)
FanfictionSeorang pemuda yang terpaksa menyandang status playboy mengakhiri kisahnya. Ia tak lagi berhubungan dengan makhluk yang berjenis wanita. Seorang pemuda lainnya baru memutuskan hubungannya dengan sang kekasih karena penolakan orang tua. Seorang gay y...