Tiga bulan sudah Nut menjadi bagian dari lingkup pertemanan Hong, Lego, dan Tui. Kini mereka sering melakukan kegiatan berlima dengan William juga. Seperti saat di kampus, mereka akan makan siang bersama. Saat di luar, mereka akan jalan-jalan atau liburan bersama.
Hong tak lagi pulang larut karena P'Cii sudah pulang dari rumah sakit. Kabar terbarunya, P'Cii putus dengan kekasihnya karena ternyata sang kekasih memiliki selingkuhan saat melakukan pekerjaan di luar kota.
P'Cii sempat terpuruk, tapi Hong dan Lego selalu menemani dan menghiburnya. Biasanya Tui juga ikut mengunjungi kakak kedua Hong itu. Hanya Nut dan William yang tak pernah ikut. Hong memang tak mengajak mereka, entah apa alasannya.
William sudah tahu tentang kedua kakak Hong. Berbeda dengan Nut yang buta tentang keluarga yang dimiliki Hong. Ia hanya tahu Hong memiliki kakak yang tinggal di kota yang sama dengannya. Tentang siapa nama dan berapa kakak Hong, ia tak tahu apa-apa.
"Hari ini aku malas. Kalo kalian mau jalan berangkat aja tanpa aku."
Hong sudah menidurkan kepalanya di atas meja. Entah apa alasannya kali ini. Pemuda manis itu terlihat kurang tidur lagi.
"Kau kurang tidur lagi?" tanya Lego yang duduk di sampingnya.
"Emm. Semalam tidurku kurang nyenyak."
"Kau butuh teman tidur?" celetuk William.
Hong langsung mengangkat kepala untuk menatap kekasih sahabatnya itu. Tatapan juga terarah pada Nut yang duduk di samping William.
"Kalo teman tidur, itu sahabatmu siap. Iya kan, Nut?"
"Kau mau kapan? Aku punya kunci kamarmu kalo kau memang mau kutemani."
Nut dan Hong sama-sama saling melempar senyum. Mereka yang menatap jadi bertanya-tanya, ada hubungan kah di antara keduanya?
"Tak perlu. Aku hanya merasa ada yang tak nyaman di tubuhku. Sepertinya aku akan sakit."
Hong sudah kembali menidurkan kepalanya. Tui langsung mengusap lembut rambut Hong agar lebih nyaman. Lego sendiri mengusap lengan Hong.
"Mau ke dokter aja enggak?" tanya Lego.
"Lihat besok aja. Kalo memang sakit besok aku ke rumah sakit."
Kebiasaan Hong memang. Mana mau dia dikhawatirkan teman-temannya. Baginya, asal masih kuat berdiri tak perlu merepotkan orang lain.
Mereka kembali melanjutkan makan siangnya. Setelah selesai mereka berpisah. Katanya Nut dan William ada acara sama teman-teman fakultasnya. Lego dan Tui mengantar Hong ke kamarnya agar bisa istirahat. Setelah itu mereka berdua berencana jalan-jalan sambil belanja.
Saat malam, Hong semakin merasa tak enak. Ia memutuskan akan pergi ke rumh sakit untuk memeriksakan diri. Jika menunggu esok, ia takut tak kuat berdiri lagi.
Hong mengambil jaket dan kunci kamarnya. Ia berjalan keluar kamar setelah yakin tak meninggalkan barang yang seharusnya ia bawa. Kunci pintu kamar dan berjalan ke arah lift dengan santai.
Saat pintu lift baru terbuka, di sana ternyata ada Nut yang sempoyongan. Sepertinya pemuda tampan itu mabuk berat. Hong langsung saja mendekatinya.
"Nut, kau mabuk?"
Aroma minuman keras di tubuh Nut membuat Hong pusing. Mungkin karena keadaannya yang kurang baik hingga ia tak tahan dengan bau alkohol. Biasanya dia baik-baik saja dengan aroma semacam itu.
"Hong, kau cantik!"
Sepertinya Nut benar-benar mabuk. Suaranya tak jelas dan apa yang diucapkannya melantur ke mana-mana. Tanpa pikir panjang, Hong segera membopongnya kembali ke kamar. Tujuannya ke rumah sakit harus ia tunda sejenak untuk menolong teman barunya itu.
"Sebenarnya kau pergi ke acara apa sampai bisa mabuk seperti ini?"
Sekuat tenaga Hong membawa Nut kembali ke kamar. Ia sudah merasa tubuhnya melemah. Suhu tubuhnya pun sudah sangat panas. Mungkin memang Nut yang terlalu mabuk hingga tak bisa merasakan panas tubuh Hong.
Untung Hong memiliki kunci kamar Nut, jadi ia bisa langsung membuka pintu kamar pemuda itu dan membawa Nut masuk. Hong mengantarkan Nut ke kamarnya. Tadinya ia hanya berniat mengantar lalu melanjutkan perjalanannya ke rumah sakit, tapi melihat keadaan Nut sekarang ia merasa tak tega.
Jadi Hong mengurungkan niatnya dan lanjut merawat Nut. Padahal dirinya yang sakit malah merawat orang yang mabuk.
"Kau sampai seperti ini, bagaimana dengan Will? Jika dia sama sepertimu sekarang, mungkin keadaan Lego besok akan cukup memprihatinkan."
Mulutnya memang terus bicara meski Nut tak membalasnya, tapi tangannya pun tak berhenti untuk merawat pemuda tampan itu. Hong sudah membuka baju bagian atas Nut. Ia juga sudah mengambil baskom berisi air hangat dan handuk bersih.
Pelan-pelan ia mulai mengusap tubuh Nut dengan handuk yang sudah dicelupkan ke dalam baskom air hangat. Dengan telaten Hong terus membersihkan tubuh Nut agar tak lengket.
Pusing di kepalanya mulai terasa lagi. Sepertinya besok ia akan benar-benar sakit hingga tak bisa bangun lagi. Panas tubuhnya juga semakin meningkat. Rasanya Hong sudah tak kuat lagi membawa tubuhnya.
Di saat Hong mulai merasa lemas, tiba-tiba Nut terbangun. Matanya merah dan menatap Hong seperti seekor singa yang kelaparan. Hong merinding melihatnya.
"Nut, kau tak apa kan?"
"Hong, panas. Aku tak kuat lagi!"
Hong linglung. Ia tak paham perkataan Nut. Tubuhnya yang lemas membuat daya pikirnya pun melemah.
"Nut, aku tak paham. Kau ...."
Belum usai kalimat itu terucap, Nut sudah menarik Hong hingga jatuh ke pangkuannya. Masih dalam keadaan linglung saat Nut menarik tengkuknya dan mulai melumat bibir perawannya.
Astaga, ciuman pertama mantan playboy kita hilang direnggut sahabat barunya!
"Nut! Apa-apaan kau ini?"
Hong sekuat tenaga mendorong tubuh yang lebih besar darinya itu, tapi apa daya jika tenaga Nut memang lebih besar darinya.
"Aku menginginkanmu, Hong! Aku ingin memilikimu seutuhnya."
Blank. Hong tidak bisa berpikir. Di ambang batas kesadarannya ia merasakan jika Nut mulai melepas satu persatu kain yang menempel di tubuhnya. Ia merasa basa di leher dan dadanya. Tanpa sadar air matanya pun ikut menjadi pengiring kejadian tak terduga.
Malam ini, seorang mantan playboy kehilangan keperawanannya oleh seorang teman barunya.
Nut, kau melakukan sebuah kesalahan. Jika kau tak bisa sadar malam ini, mungkin kau akan menyesalinya nanti.
Hong sudah tak sadarkan diri saat Nut mengambil keperawanan lubang belakang pemuda manis itu. Nut benar-benar melakukannya tanpa bisa merasakan jika korbannya sedang dalam keadaan sakit.
Darah di sprei itu mungkin akan menjadi bukti kelakuannya malam ini. Saat itu terjadi, penyesalan sudah tak ada gunanya lagi. Satu kesalahan yang akan sulit dimaafkan.
Apa ini yang disebut kebaikan dibalas kejahatan? Bukankah Nut melakukannya dalam pengaruh alkohol? Apa hal itu masih dianggap sebuah kesalahan?
Next >>>>>❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Ex Playboy (BL)
FanfictionSeorang pemuda yang terpaksa menyandang status playboy mengakhiri kisahnya. Ia tak lagi berhubungan dengan makhluk yang berjenis wanita. Seorang pemuda lainnya baru memutuskan hubungannya dengan sang kekasih karena penolakan orang tua. Seorang gay y...