Tok ... Tok ... Tok.
Tui terbangun saat mendengar suara ketukan pintu dari luar. Ia mengambil ponselnya untuk melihat jam berapa sekarang. Jam dua pagi? Astaga, ketukan pintu saat dini hari?
"Siapa yang mengetuk pintuku jam segini?"
Suara ketukan pintu terus terdengar. Jadi mau tak mau Tui bangkit dan berjalan ke arah pintu. Dengan ragu ia membukanya. Menahan rasa takut dan berusaha menghapus bayang-bayang horor yang berkeliaran di pikirannya.
Ceklek.
Pintu terbuka dan Tui langsung melotot melihatnya. Itu bukan sosok-sosok horor dalam pikirannya, tapi itu adalah sahabat baiknya.
"Astaga, Hong? Kau kenapa?"
Tui langsung membopong tubuh sahabatnya dan membawanya masuk ke dalam. Dengan perlahan ia membantu Hong berbaring di ranjangnya.
Penampilan Hong berantakan. Oh salah, itu sangat-sangat berantakan. Tubuhnya sangat panas dan wajahnya lebih pucat.
Tui langsung mengambil baskom dan handuk untuk mengompres sahabatnya itu. Tak lupa ia juga mengambil obat yang ia punya untuk membantu menurunkan panas.
Tui membantu Hong agar bisa meminum obatnya. Setelah selesai ia baru mengompres keningnya. Ia sangat terkejut melihat keadaan sahabatnya sekarang. Biasanya meskipun sakit, penampilan Hong tak akan seburuk itu.
Tui menyadari sesuatu saat mengusap leher sahabatnya. Di sana ada beberapa bekas tanda kemerahan yang terlihat seperti bekas cupang?
Hong membuka mata saat merasa tangan Tui berhenti di perpotongan lehernya. Tangannya bergerak untuk menurunkan tangan Tui agar tak lagi berhenti di sana.
"Hong, apa yang terjadi?" tanya Tui setelah meletakkan handuknya.
"Kau yakin ingin mendengarnya?" Suara Hong sangat lemas.
"Katakan! Ini pasti bukan hal yang sengaja kau lakukan. Ceritakan semuanya, Hong!"
Tui yakin ini bukan kejadian disengaja atau hal yang biasa dimainkan sahabatnya. Ia merasa jika sahabatnya itu baru mengalami kejadian yang cukup buruk, mungkin.
Hong berusaha bangun. Tui segera membantunya dan menata bantal di belakang punggung agar Hong bisa bersandar dengan nyaman. Setelah itu keduanya saling tatap. Satu tatapan penasaran, satunya tatap kesedihan.
"Tadi aku keluar kamar karena ingin ke rumah sakit. Lalu saat di lift, aku melihat Nut mabuk berat. Karena kasihan, aku membawanya kembali ke kamar.
Tadinya aku hanya berniat membawanya ke kamar dan meninggalkannya, tapi melihat keadaannya saat itu aku merasa tak tega.
Aku membuka bajunya dan membersihkan tubuhnya. Saat aku akan mengambil baju ganti untuknya, tiba-tiba kepala sangat pusing. Tubuhku tak kuat lagi."
Hong menundukkan kepala. Air matanya menetes tanpa perintah.
Tui mengusap pundak sahabatnya dengan sabar. Ia bisa melihat raut sedih dan putus asa yang tidak pernah ia lihat.
"Saat itu tiba-tiba Nut menarikku hingga aku jatuh menindihnya. Dia menciumku dan mulai melucuti semua pakaianku."
Tui melotot kaget. Jadi sahabat baiknya mengalami pemerkosaan oleh teman barunya? Gila.
"Lalu, yang terjadi selanjutnya?"
Hong mendongak untuk bisa menatap wajah shock sahabatnya.
"Aku tak tahu. Aku sudah tak bisa merasakan tubuhku setelah Nut menciumku. Mungkin Nut melakukannya saat aku pingsan. Bagian bawahku terasa sangat sakit saat aku baru bangun tadi. Aku juga melihat bercak darah di bawah tubuh telanjangku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ex Playboy (BL)
FanfictionSeorang pemuda yang terpaksa menyandang status playboy mengakhiri kisahnya. Ia tak lagi berhubungan dengan makhluk yang berjenis wanita. Seorang pemuda lainnya baru memutuskan hubungannya dengan sang kekasih karena penolakan orang tua. Seorang gay y...