Morning All, aku update nih yaaa
Follow Ig aku:
@yaa_frstn @kucingimut1258HAPPY READING
~🏡~
"Lelucon dalam hidup adalah ketika kamu mencintainya dan dia tidak mencintaimu."
~🏡~
Deratan langkah kaki kian terdengar masuk memenuhi ruangan. Evelyn duduk di bangkunya dan menelungkupkan wajahnya di sana dengan tas sebagai bantalnya. Wajahnya yang cantik di tutupi oleh rambutnya yang berantakan.
Malam tadi benar-benar membuat Evelyn tidak bisa tidur tenang. Gadis itu merasa selalu ada yang mengintainya setiap saat. Ia tidak tahu, dan tidak ingin memberi tahu.
"Dasar kebo," celutukan itu membuat Evelyn mengangkat kepalanya. Menatap Arzaga yang sudah duduk di bangku di depannya.
Wajah cowok itu sangat datar—seperti hari-hari biasanya.
Evelyn berdecak sebal karena Arzaga mengganggunya saja. "Lo ngapain sih? Ganggu gue aja."
"Pagi itu belajar, bukan tidur. Anaknya bapak Kaylen!" ucap Arzaga.
"Dasar anak bapak Gafi." Evelyn tak mau kalah dan menyebut balik nama bapak Arzaga. "Lo kalau gak ada kerjaan pergi sana. Masih pagi untuk gue bantai. Tuan putri butuh asupan dulu sebelum bunuh orang."
"Ok." Cowok itu menurut dan pergi meninggalkan Evelyn. "Selamat tidur tuan putri." Arzaga duduk di bangku depan yang ada di sudut jendela. Membiarkan Evelyn tidur sebentar.
Akhirnya Evelyn dapat menghembuskan napas lega. Sekarang ia bisa tidur nyenyak tanpa ada yang menganggu. Tapi tak lama, sebelum Evelyn benar-benar memejamkan kedua matanya, suara lengkingan yang terdengar menggema itu memenuhi rungu Evelyn.
Cobaan apa lagi ini? Batin Evelyn.
"Lyn!" Gea menghampiri sahabatnya yang tengah menelungkupkan kepalanya di meja. Gea mendesut sebal. "Angkat dong kepalanya, gue mau ngomong."
Evelyn mengangkat kepalanya dan menatap sahabat perempuannya itu. "Apa?"
"Omaygat! Lo kenapa? Kurang tidur kah?" kaget Gea ketika mendapati wajah Evelyn yang kusam dan mata yang merah. "Atau Lo sakit?"
"Gue gak papa. Cuma kurang tidur karena bergadang nonton drakor malam tadi," ucapnya setengah berbohong. Sebenarnya bukan itu saja yang membuat ia tidak tidur.
Arzaga yang posisinya masih duduk di bangku sudut jendela pun menyahut ucapan Evelyn, "Drakor Mulu perasaan."
Gea menolehkan kepalanya ke sumber suara, di mana sekarang Arzaga tengah sibuk bermain sesuatu di ponselnya. Sesekali melirik ke arah mereka yang seketika membuat Gea salting. Arzaga menatapnya. Ya, mereka eye contact.
Lain halnya dengan Evelyn, gadis itu memandang Arzaga kesal. "Lo jangan ikut-ikutan Bambang!"
"Suka-suka iki, Mbak."
Tidak ingin menghiraukan manusia menyebalkan itu, Evelyn kembali menelungkupkan kepalanya ke atas meja.
"Ih, Velyn! Gue belum ngomong sama lo!" cemberut Gea.
"Biarin dia tidur. Jangan ganggu dia!" ucap Arzaga menatap Gea.
Gea hanya mengerucutkan bibirnya. Merasa sakit hati kala Arzaga membela Evelyn daripada dirinya. Ok. Emangnya dia siapa? Kenapa dia harus sakit hati?
"Arzaga, gue suka sama looo," teriak Gea dalam hati. Kepalanya selalu ribut kala bertemu dengan sang pujaan hati.
Gea gak akan tau kapan ia akan terjebak dalam kenyamanan mata Arzaga. Matanya bak lem yang selalu mengikat dan merekatnya agar tidak lepas dari hatinya. Gadis itu menatap Arzaga dengan lekat tanpa mengalihkan pandangan ke arah lain.
Arzaga yang merasa ada yang menatapnya pun menolehkan kepalanya menatap Gea. Gadis itu sama sekali tak mengalihkan tatapannya, justru memberikan senyuman penuh arti. Melihat itu membuat Arzaga sedikit risih dan keluar kelas untuk menghindari tatapan itu.
"Gadis stres," batin Arzaga jengkel
Gea tergelak. "Arzaga saltingnya lucu juga ya."
~🏡~
"Aduh!" Naha meringis merasakan sakit yang menjalar di lututnya. Cairan merah keluar begitu deras dari lututnya.
Naha berusaha untuk berdiri, namun gadis itu malah semakin kesakitan. Tiba-tiba sebuah uluran tangan membuat Naha mendongak. Naha menerima uluran tangan orang itu.
"Ke UKS, yuk! Obatin luka lo," ujar Evelyn.
Naha hanya mengangguk setuju. Evelyn memapah tubuh Naha menuju UKS dan merawat luka gadis rambut kepang dua itu.
"Kok bisa jatuh gini sih, Na?" tanya Evelyn sambil membersihkan luka Naha dengan kapas.
"Ssh-sh," ringis Naha.
"Sorry, Na. Gue bakal lebih pelan."
Setelah semuanya siap, Evelyn menyimpan kembali barang-barang itu ke dalam lemari. Semua petugas PMR hari ini sedang libur dikarenakan ada acara latihan gabungan di sekolah lain bersama pembina PMR yang lain.
Tok! Tok!
Ketokan dari luar membuat Naha dan Evelyn menoleh. Alnair masuk ke dalam setelah mengetuk pintu terlebih dahulu. Itu adalah kebiasaan yang sering diajarkan orang tuanya agar bersikap lebih sopan ketika masuk ke dalam sebuah ruangan atau tempat tertentu.
"Abang!" ujar Evelyn senang.
"Abang?" Naha menatap bingung Evelyn yang begitu senang akan kehadiran Alnair. Kenapa gadis itu kelihatan sangat akrab sekali dengan cowok itu? Naha jadi overthinking.
Alnair kaget dengan kehadiran Evelyn. "Lo ngapain di sini, Dek? Lo sakit?" tanya menatap cemas Evelyn.
"Enggak, Bang. Nih teman gue tadi kesandung dan jatuh, jadi gue bantu obatin ke UKS," jelas Evelyn. Alnair melirik Naha yang duduk di samping Evelyn, lalu kembali mengalihkan pandangannya kepada Evelyn. "Lo sendiri ngapain?" tanya Evelyn.
"Mau cari obat sakit kepala. Kepala gue mendadak pusing," jawab Alnair. Duduk diam menatap papan tulis cukup menguras tenaga dan pikirannya.
"Makanya, jangan terlalu rajin, Bang. Manusia juga punya rasa capek," tegur Evelyn sambil mengambil kembali kotak P3K dan memberi obat sakit kepala kepada Alnair.
"Iya-iya, Bu Dokter." Alnair menerima obat pemberian Evelyn.
"Gue gak mau jadi dokter, Bang! Adek lo noh yang pengen jadi dokter," ucap Evelyn memonyongkan bibirnya. "Aduh!" ringis Evelyn kala Alnair menjitak kepalanya dengan pelan.
"Di do'ain yang baik-baik malah bawel. Seenggaknya bilang Aamiin, Cil," ucap Alnair. Kemudian dia pergi dari sana.
"AAMIIN YA ALLAH ARZAGA JADI DOKTER!" seru Evelyn bar-bar. Bahkan Naha yang sedari tadi hanya diam mengamati interaksi antara Evelyn dan Alnair tertawa kecil.
~🏡~
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
We Are Home [END]
Novela JuvenilAWAS ALUR TIDAK LENGKAP!! VERSI LENGKAP DI NOVEL [S3 WE ARE FRIEND] "Aku tidak meminta banyak hal dari mama. Aku hanya mau dianggap anak oleh mama. Apakah itu salah?" ~~ Setiap anak pasti ingin mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya. Begitu juga...