Bab 14

18 10 2
                                    

Hallooo, mat malam🌚

HAPPY READING YAA!!!!

~🏡~

"Cara terbaik untuk menjalani hidup adalah dengan bersyukur. Jadikan setiap kekurangan sebagai jembatan yang akan membantu kita menyebrangi sungai."


~🏡~

KEBAHAGIAN terbesar seseorang bisa didapatkan dengan cara bersyukur. Bersyukur atas hari ini, maka hari-harimu akan selalu dilimpahkan dengan kebahagiaan yang tiada taranya.

Bagi Vella, mensyukuri hidup juga merupakan cara untuk bertahan hidup. Hidup dengan kedua kaki lumpuh kadang membuat Vella merasa tidak bersyukur dan sering menyalahkan takdir. Berbagai cara sudah dilakukan gadis itu agar bisa mengakhiri hidup dengan tenang. Tapi semakin ia berpikir, semakin ia sadar bahwa bukan ketenangan yang ia dapatkan melainkan luka yang semakin hari semakin dalam.

Bersyukur adalah cara terbaik untuk menikmati hidup yang sebentar ini.

"Non Vella, makan dulu, yuk! Bibi udah masakin Non Vella makanan kesukaan Non Vella," ujar Bi Mira yang bekerja di rumah Vella.

Meskipun orang tua Vella sudah meninggal, tapi Bi Mira dan Pak Ajo—satpam—masih setia menemaninya sampai sekarang. Mereka sudah menganggap Vella sebagai anak sendiri. Vella begitu bersyukur karena masih memiliki Bi Mira dan Pak Aji yang tak pernah meninggalkannya.

Pernah dulu Vella menyuruh kedua paru Bayah itu untuk berhenti dan kembali ke rumah mereka yang sebenarnya. Tapi jawaban mereka membuat Vella berkaca-kaca.

"Rumah kami ada di Non Vella. Kalau kami pergi, kami gak punya rumah lagi. Kami mau kembali ke mana lagi sedangkan Non Vella adalah rumah dari segala rumah yang ada."

"Makasih ya, Bi," ucap Vella menerima belut goreng buatan Bi Mira. Vella sangat menyukai belut goreng dari kecil. Dan Bi Mira sudah hapal dengan kebiasaan itu.

"Sama-sama, Non," jawab Bi Mira. "Oh iya Non, kok teman Non yang bernama Alnair itu gak pernah datang ke sini lagi, ya? Biasanya dia ke sini setiap hari."

Ah! Vella jadi melupakan Alnair. Ngomong-ngomong soal Alnair, Vella juga berpikiran begitu selama beberapa hari yang lalu. Terakhir cowok itu datang ke sini ketika cowok itu memberinya boneka labubu. Setelah itu, Vella tidak tahu lagi apa yah terjadi dengan cowok itu.

"Mungkin saja Alnair sibuk, Bi."

Bi Mira mangut-mangut. Kemudian wanita paru baya itu pamit untuk melanjutkan pekerjaannya di dapur. Setelah kepergian Bi Mira, Vella meraih ponselnya yang tergelatak di meja. Posisi Vella saat ini sedang duduk di kursi roda samping brankar tempat tidurnya.

Vella mengotak-atik isi ponselnya, sampai pada akhirnya ia mengetikkan sesuatu ke kontak seseorang.

"Nair, apa kabar?"

Ceklis satu. Vella menghembuskan napas kasar. Pikirannya berkecamuk dengan keadaan cowok itu. Biasanya Alnair tidak pernah centang satu seperti ini, lantas ke mana perginya cowok itu.

Pikiran Vella benar-benar tidak bisa tenang. Bahkan makanan yang dihidangkan Bi Mira tadi tidak Vella sentuh sedikitpun. Pikirannya hanya satu, dan itu tertuju kepada Alnair.

We Are Home [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang