Bab 16

13 8 0
                                    

HAPPY READING

~🏡~

TERPAAN cahaya yang masuk dari celah-celah jendela menembus masuk ke dalam kamar membuat tidur seseorang terusik. Cowok itu mengucek-ngucek matanya lalu membuka perlahan matanya menyesuaikan netra coklatnya dengan cahaya yang menembus jendela kamarnya.

Alnair meraih jam weekernya dan membulatkan matanya mendapati angka di jam tersebut sudah menunjukkan pukul delapan pagi. Alnair begitu panik dan segera bergegas ke kamar mandi untuk bersiap-siap pergi sekolah.

Alnair meringis kala bekas luka di sikunya kemarin malam terkena air. Bersusah payah agar Alnair untuk menahan rasa perih yang kian menjalar ke seluruh tubuhnya. Setelah selesai membersihkan diri, Alnair memakai seragamnya. Kemudian cowok itu berlari keluar kamar dengan menyandang tasnya.

"Mau ke mana kamu?"

Suara itu membuat Alnair terhenti. Mendapati mamanya yang sudah berdiri berkacak pinggang di meja makan. Menatap Nair dari atas sampai bawah kemudian menatap anaknya itu dengan tatapan heran.

"Sekolah, Ma," jawab Nair. Alnair mencoba menggapai tangan Zaya untuk menciumnya. Namun wanita itu dengan gesit menghindari tangannya. Alnair hanya menampilkan senyuman kecut. "Alnair berangkat dulu ya, Ma. Alnair udah telat. Assalamualaikum."

"Wa'alaikumussalam—eh, Nair!" teriak Zaya membuat Alnair menghentikan langkahnya dan membalikkan badannya menatap mamanya. "Jangan sekolah!"

"Kenapa, Ma? Nair udah telat."

"Mama bilang gak ya enggak, Nair! Sesekali kamu dengerin Mama kek! Pergi sana ke kamar kamu, ganti pakaian! Cepat!" titah wanita itu dengan tegas.

"Tapi Ma—"

"NAIR TURUTI UCAPAN MAMA SEKARANG!"

Mau tidak mau, Alnair menuruti ucapan mamanya dan kembali ke kamarnya. Sebelum masuk ke kamarnya, Alnair tak sengaja melihat kamar Arzaga yang terbuka sedikit. Cowok itu mengintip dan mendapati keadaan adiknya itu tengah berbaring nyenyak di atas kasurnya.

Melihat adiknya yang masih saja tidur, tentu saja Alnair tak tinggal diam. Alnair masuk ke kamar Arzaga dan membangunkan cowok itu.

"Ar, bangun!" ucap Alnair mencoba membangunkan Arzaga.

Namun Arzaga sama sekali tidak menggubris. Cowok itu masih hanyut dalam indahnya mimpi di dunia lain. Alnair mengguncangkan badan adiknya itu agar segera bangun.

"Ar, lo gak sekolah? Udah jam delapan woy!" teriak Alnair tepat di telinga cowok itu.

Arzaga tersentak. "Apa sih, Bang? Ini hari Minggu juga."

"Hari Minggu?" gumam Alnair. "Lo jangan ngaco deh, Ar! Udah jelas kalau hari ini hari Sabtu. Lo mau bolos hah?"

"Lo yang ngaco, Bang! Mana ada hari Sabtu dua kali. Mending lo pergi dari sini deh, biarin gue tidur dengan tenang di hari Minggu ini," ujar Arzaga masih dengan mata terpejam.

Alnair benar-benar kebingungan. Lalu tanpa berpikir panjang, Alnair mengecek ponselnya dan melihat tanggal beserta hari. Begitu kagetnya ia kalau menyadari bahwa hari ini adalah hari minggu. Pantas saja mamanya menyuruh untuk tidak bersekolah hari ini.

Sebenci-bencinya Zaya kepada dirinya, ternyata wanita itu masih memperhatikannya, ya?

Alnair semakin memuja-muja ibunya itu.

"Pantas aja mama larang gue sekolah, taunya hari ini hari Minggu."

~🏡~

Minggu pagi ini akan Arzaga manfaatkan dengan sebaik-baiknya dengan berjalan mengelilingi alun-alun kota bersama Evelyn. Bahkan Omelan gadis di belakangnya sama sekali tak Arzaga hiraukan. Hal itu membuat Evelyn mendumel kesal.

We Are Home [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang