chapter 11 - always been you

254 33 2
                                    

______________________________________
                     HAPPY READING
______________________________________

Song :

The machine - Reed wonder, Aurora  Olivas

[ Name ]'s POV

            Dapat kurasakan hembusan nafas di leherku karena Caine, aku sedikit bergetar karena hembusan nya tepat di leher ku.
Dengan segera ku memukuli tangan nya yang melingkar pada diriku.
Bukan nya melepaskan nya tapi Caine malah semakin mengeratkan pelukan nya itu.

Aku terkejut merasakan pelukan itu semakin mengerat dan kemudian menatap caine yangs sedang sibuk bersandar di ceruk leher ku.

Dapat kurasakan hembusan nafas nya nya panas dan aku mencoba menetralkan diriku agar tidak seperti kepiting rebus.

"Caine cukup, ada anak-anak. " - ucap ku sambil meremas tangan Caine pada diriku.

Dapat kurasakan tatapan tajam dari sang Adam yang menatap ku dengan tajam.

Seluruh tubuh ku merinding dan tidak bisa berkata apa-apa dengan semua yang terjadi.

Kemudian dia melepaskan nya begitu saja membuat ku sedikit bingung tapi juga merasa lega secara bersamaan.

Aku menatap caine dan Rion yang baru tiba.

" Ku kira kalian akan lama..." - ucap ku sambil menatap mereka dengan senyuman ku.

" Tidak, kami sudah muak dengan pembahasan nya." - ucap Rion nimbrung dalam pembicaraan.

Aku mantap Rion lama dan kemudian bertanya pada nya.

" Maksudnya seperti apa? "

" Dia terus membahas perihal sesuatu yang berkaitan dengan kasus lama, tentang seorang wanita yang kehilangan bayinya. " - setelah mendengar nya, dapat kurasakan tubuh ku menegang dan mematung sempurna.
ketakutan menghantui ku dan rasa khawatir akan terbongkar nya sesuatu terus menerus membuat ku sesak nafas.

Aku segera menetralkan nafas ku yang terdengar seperti tersengal-sengal. " Apa memang ada orang kejam seperti itu? "

" Kau pun tidak tahu, tapi dari ucapan nya. Wanita itu tidak menginginkan bayi dalam kandungan nya. " - seluruh tubuh ku langsung memanas, seolah aku yang dibicarakan.

Tapi, jika masalah bayi itu aku tidak berniat Seperti itu! Aku tidak akan sekejam itu membunuh bayi yang tidak berdosa.

Dapat kurasakan mata ku memanas, dan sedikit berlinang air mata.

Ku alihkan pandangan ku agar mereka tidak melihatnya dan kemudian berbalik menatap kearah kolam.

" Seperti nya bukan wanita itu yang tidak menginginkannya, tetapi lelaki bajingan yang tidak bertanggung jawab atas semuanya apa yang dilakukan. " - ucap ku tanpa sadar sembari meremas gagang besi yang menjadi senderan kami di pembatas.

Seluruh tangan ku memutih, pikirkan ku dipenuhi dengan memori busuk yang kembali ku kenang.

Fuck, jika mengingat nya membuat ku merasakan takut akan terjadi seperti itu lagi.

Aku melamun sambil terus menerus membayang kan kamar yang ku benci sepanjang hidupku karena menjadi saksi menyedihkan terjadi nya tragedi itu.

Amarah, kesedihan dan kekecewaan meluap menjadi satu dalam diriku.

Rasanya aku seperti menjadi lucifer.

Aku terkejut saat sebuah tangan kasar menggenggam tangan kanan ku yang mencengkram erat pembatas itu.

Aku menatap orang yang memegang tangan ku.

Dapat ku lihat Rion dengan mata gelap nya menatap tangan ku dengan tatapan datar tapi menakutkan.

Aku menahan nafas ku melihat sosok Rion sekarang, dia terlihat seperti seseorang yang familiar bagi ku.

Sekilas Shiro muncul dalam bayangan ku.

Aku langsung menggelengkan kepalaku cepat membuat Rion kebingungan dengan tindakan ku.

Dia menatap ku dengan tatapan tajam dan seolah menyelidiki misteri apa yang ku sembunyikan.

Aku menatap nya balik dengan tatapan bergetar dan takut.

Dapat kurasakan tatapan membunuh Rion tertuju pada ku.

" Always been you, [ Name ]. " - ucap Rion yang mampu membuat ku terkejut setengah mati. Ucapan nya penuh dengan tekanan yang sengaja ditekan untuk memperingati ku.

Dia tidak mungkin tahu kan?

Aku rasakan jantung ku bergetar hebat, seluruh tubuh ku bergetar dan ketakutan.

" kau kenapa? " - tanya Rion lagi tapi, kali ini tidak dengan tekanan didalam nya.

Aku menatap nya dengan tidak percaya.

" Bukan apa-apa. " - ucap ku lalu pergi dari sana tanpa sepatah kata apapun.

Aku langsung masuk kedalam kamar ku sambil menetralkan nafas ku yang tidak beraturan.

Apalagi disaat Rion menatap ku seperti itu.

Seluruh tubuh ku bergetar hebat karena tindakan nya, dia seperti sosok yang berbahaya bagi orang-orang yang disamping nya.

Aku kemudian tertawa miris.

" Mereka pasti akan membunuh ku jika tahu aku adalah ibu yang gagal menjaga anak nya sendiri. "

                               ♥♥♥♥♥

RION'S POV

       Aku bingung dengan sikap [ Name ] yang tiba-tiba seperti itu, apa ucapan ku salah. Aku hanya ingin dia menjadi dirinya.

Tidak lebih.

Bahkan jika aku ditanya tentang [ Name ], rasanya aku sendiri pun belum mengetahui apapun tentang wanita muda ini lebih dalam.

Dia memliki banyak misteri untuk dibongkar dalam jangka beberapa tahun.
Aku harus hidup bersama nya selama nya untuk mengetahui semua tentang nya.

Kemudian aku menghela nafas melihat [ Name ] yang pergi begitu saja dari hadapan ku.

Aku menatap Caine yang juga menatap ku bingung.

" Kita biarkan dia sendiri dulu,seperti nya dia perlu waktu untuk sendiri. "

Aku berjalan kedepan dan menikmati suasana langit bersama Meraka semua.

Aku baru menyadarinya,krow, echi, selia dan riji sedari tadi diam saja saat aku sedang berbicara dengan [ Name ].

Aku melirik merak dan ternyata merak juga menatap ku.

" Tumben. " - ucap ku memancing kemarahan mereka.

" Kan biar enak ngobrol nya pi. " - ucap balik echi sambil melempar tatapan sinis nya pada ku.

Aku senang mereka masih tetap seperti ini, tidak ada yang berubah.

Aku senang melihatnya.

Aku akan melindungi kalian dari merak yang berbuat jahat pada kalian. Aku akan melakukan apapa pun untuk kalian.

                [ TO BE CONTINUED]

DESIDERATUM 2 [TOKYO NOIR FAMILIA X READER]Where stories live. Discover now