Langit mendung di sore hari seakan mengetahui suasana hati seorang lelaki yang kini sedang duduk bersila menikmati semangkuk mie kuah dan ditemani dengan segelas teh hangat sambil menatap ke arah langit di balik jendela yang kini berembun karena derasnya hujan dari luar, itu sudah menjadi kebiasaannya di setiap hujan yang datang.
Baginya, hujan adalah teman. Ia selalu mencurahkan isi hatinya setiap hujan datang, kabar baik maupun buruk selalu ia sampaikan kepada temannya itu. Lelaki itu kini melamun, tatapannya kosong entah apa yang dipikirkan.
DRRTTTT DRRRTTTTT!
Bunyi yang dikeluarkan dari hp lelaki itu menandakan ada seseorang yang menelponnya, bunyi itu seketika memecahkan lamunannya, ia sejenak melihat nama yang tercantum dan mulai menarik tombol hijau ke atas.
"Halo nak, gimana kabarmu?"
"Baik yah, ayah sama bunda sendiri gimana kabarnya?"
"Baik nak, gimana kuliah kamu? gaada masalah di administrasi?"
"Aman yah, tinggal beberapa aja Aldo bisa ngatasinnya kok, ayah gausah maksain buat kirim uang ke Aldo kalo emang lagi gaada"
Ya, Ravaldo Putra Perkasa ia adalah anak tunggal yang merantau ke Jakarta untuk kuliah, hidupnya sangat sederhana ia tidak mau terlalu membebani ayah dan ibunya yang kini sudah mulai tua seiring berjalannya waktu.
"Udah gapapa, kalo ada pembayaran administrasi yang belum di selesaikan bilang ke ayah, kamu harus fokus ke kuliah kamu, jangan dipikirin sendiri biaya kuliah, itu masih jadi tanggung jawab ayah sama bunda."
Aldo menyunggingkan senyuman, orang tuanya selalu begitu, mereka tidak mau anaknya terlalu memikirkan biaya yang ditanggung. Bahkan saat Aldo meminta izin untuk kerja part time di Jakarta pun membutuhkan proses yang sulit tapi akhirnya ayahnya menyetujuinya, asal ia bisa membagi waktunya dan tidak terlalu stress.
"Iya ayah tenang aja, Aldo bisa nambahin dikit dikit kok"
"Jaga kesehatan kamu ya nak, kalo capek istirahat dulu"
"Iya yah"
TUTTT
Ia tersenyum kembali, memiliki orang tua yang masih sangat peduli dengannya membuatnya selalu bersyukur kepada Tuhan.
Hujan mulai berhenti, ia beranjak dari duduknya dan mulai membersihkan diri untuk pergi ke cafe tempat ia bekerja.
Sesampainya di cafe*
Aldo kini sudah berdiri di meja kasir menunggu para customer yang datang.
kring-kring*
Customer pertamanya datang, seorang gadis cantik berambut panjang yang digerai bermata hitam sedikit kecoklatan dengan pakaian yang minimalis, ia terlihat sangat sederhana tapi mewah.
"Halo kak, mau pesan apa?"
"Eumm, mau ice cocho milk sama kentang gorengnya satu dong kak"
"Oke atas nama siapa kak?"
"Ashel pake h ya kak"
Aldo sempat ingin tertawa kecil, ia merasa gemas karna gadis itu sepertinya sudah sering menjadi korban yang salah nama. Ashelia queen rashel, itulah nama dari gadis cantik yang Aldo temui tadi.
"Oke kak, totalnya jadi 23k ya"
Ashel mengulurkan tangan yang sudah menggenggam uang kertas berwarna hijau dan ungu.
"Terimakasih ini kembaliannya, silahkan cari tempat duduk ya, nanti kami panggil"
Ashel menggangguk dan meninggalkan Aldo lalu ia memilih untuk duduk di dekat dinding kaca sehingga ia bisa melihat pemandangan diluar cafe.
"Atas nama kak Ashel!"
Ashel beranjak dari tempat duduknya meninggalkan laptopnya yang masih menyala.
"Makasih kak"
Saat Aldo memberikan pesanan Ashel, tangan mereka tak sengaja mengenai kulit satu sama lain. Hal itu sempat membuat Aldo terkejut, ia seketika kaku di tempat dan masih sempat mengangguk kepada Ashel. Jantungnya berdegup sangat kencang hingga membuatnya hampir pingsan, ia tidak pernah merasakan hal ini sebelumnya. Ini sebuah perasaan yang sangat asing bagi dirinya.
Perasaan apa itu?
Di lain sisi*
Minuman dan makanan yang ia terima dari tangan barista tadi bergetar, engga² minuman dan makanan itu tidak bergetar sendiri getaran itu berasal dari tangan Ashel. Ya Ashel juga merasakan hal yang sama, jantungnya berdegup sangat kencang seakan seperti habis dikejar sesuatu. Ia tidak pernah merasakan hal yang seperti ini.
"Malu banget anjritt, mana mas nya ngeliatin mulu lagi, gabisa² jantung gw bisa copot kalo kayak gini ganteng banget mas nyaaa arghhhh" Batin Ashel yang selalu ngedumel pada dirinya sendiri setiap ia mengalami hal aneh.
Engga, ini beda, ini bukan sekedar malu, ada sesuatu yang lebih dari itu.
Perasaan apa itu?
apaan tuh?
KAMU SEDANG MEMBACA
Mesra-mesraannya kecil-kecilan dulu ya?
Teen Fiction"cintanya besar-besaran meski mesranya kecil-kecilan" Cinta sederhana yang tidak dapat semua orang tampilkan. Kita tidak dapat selalu mesra di depan orang tersayang, tetapi siap berkorban dan memiliki cinta yang besar dan amat dalam untuk orang terk...