06|ENAM

16 2 0
                                    

Saat ini Anisa dan Brian sudah berada di lokasi tempat dimana ruko Brian berada. "Gimana?" tanya Brian pada Anisa yang sudah muncul dari berkeliling di ruko nya.

Anisa tersenyum, "Melihat tempat nya secara langsung membuat saya makin tertarik, tempat nya nyaman, aman, dan strategis untuk buka sebuah restoran," ucap Anisa setelah melihat posisi bangunan yang di lingkungan nya banyak bangunan lainnya, seperti kantor, sekolah dan ada juga kantor polisi. Selain itu, dekat dengan perumahan dan lebih membuat Anisa tertarik lokasinya tidak jauh dari apartemennya.

"Jadi deal mau beli?" tanya Brian lagi.

"Deal, ohiya untuk berkas pembeliannya?" tanya Anisa.

"Kebetulan sudah di siapkan di notaris setempat, sudah ku ambil juga sebelum ke kafe. Kamu bisa tanda tangani. Dan soal harga, saya kasih kamu harga teman, delapan juta, mau kan?" Brian sembari memberikan map berisi berkas pembelian ruko.

Mendengar itu Anisa melongo menatap Brian. "Serius, Pak? Tapi tempatnya lumayan luas. Apa anda nggak akan rugi, ini harga normal yang sebelumnya saya lihat ada seratusan, tapi yang anda kasih kurang dari itu," ucapnya yang tak percaya tapi menerima map itu dan membacanya.

"Saya memang nya lagi keliatan bercanda yah? Dan bisa tidak kamu bicara santai dengan saya? Saya masih seumuran loh sama Aryan, nggak usah pakai embel-embel Pak. Brian saja," ucap Brian dan sedikit memprotes panggilan dari Anisa.

"Tapi kan nggak sopan?" sahut Anisa merasa tidak yakin bisa melakukan yang dikatakan Brian.

"Saya bukan orang lain, Nisa. Tapi, sahabat Aryan, jadi santai saja."

"Oke Pak, eh maksudnya Brian."

"Nah, biasakan seperti itu. Jadi bagaimana soal ini," ucap Brian kembali ke topik pembicaraan awal.

"Nih, sudah saya tandatangani," ucap Anisa lalu memberikan map itu kembali pada Brian.

"Oke, ohiya untuk berkasnya kamu saja yang simpan," ucap Brian, mereka kemudian berjalan menuju parkiran di mana mobil Brian berada.

"Ohiya, katamu barusan mau buka restoran yah?" tanya Brian.

Anisa menoleh ke Brian sekilas lalu kembali menatap ke depan. "Iya, tapi sebelum itu saya beli perlengkapan lainnya dulu," ucap Anisa.

"Perlengkapan yah," ucap Brian.

"Iya,"

"Kebetulan sekali, saya tau tempat dimana menjual perlengkapan untuk buka usaha restoran?"

"Wah serius?" tanya Anisa.

"Iya, gimana kalau saya temani kamu pergi, besok?" ajak Brian.

"Boleh?"

"Tentu saja!"

"Terima kasih loh, kamu sudah banyak bantu saya."

"Santai, anggap saja semua ini adalah bantuan dari saya sebagai sahabatnya Aryan," ucap Brian.

Anisa mengangguk, "saya jadi tidak enak," ucap nya.

"Tidak usah merasa seperti itu. Ohiya, setelah ini kamu mau kemana lagi? Biar saya antar, kebetulan saya juga lagi tidak ada kerjaan."

"Memangnya kamu tidak masuk kerja?"

"Saya lagi cuti hari ini," ucap Brian.

Anisa terdiam memikirkan perkataan Brian, "Kalau tidak merepotkan saya mau langsung di antar ke apartemen saja," ucap Anisa sembari terkekeh pelan.

"Tidak merepotkan sama sekali, ayo biar saya antar."

"Beneran tidak merepotkan sama sekali?"

"Iya Nisa."

Can I Be Happy?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang