Hari sudah berganti, di hari yang cerah ini Anisa berencana untuk memulai langkah pertamanya merintis usahanya, dimana dirinya sudah bertekad untuk membuka sebuah restoran. Tepat hari ini Anisa akan mencari- cari tempat yang nantinya ia tempatkan.
Sebenarnya dirinya sudah mencari-cari tempat di situs online. Tapi, tidak ada yang menarik bagi Anisa. Ada yang bagus tapi tempatnya tidak strategis. Ada yang strategis tapi bangunan nya yang kurang bagus. Hingga akhirnya ia menyerah sendiri dan hari ini ia akan keluar sekalian mencari tempat juga.
Merasa sudah siap, Anisa berjalan menuju pintu kemudian membukanya. Tanpa menyadari keberadaan seseorang di sampingnya.
“Mau kemana?” tanya orang itu, Anisa kaget, dengan spontan ia menoleh ke samping kanannya dimana ada Aryan yang sudah berdiri tegap.
“Kamu ngapain ke sini?” tanya Anisa balik.
“Saya nanya kamu, kenapa nanya balik? Kamu mau kemana?” tanya Aryan kembali dengan wajah tanpa ekspresi.
“Emang kenapa? Mau kemana pun terserah saya dong, kenapa kamu harus tau?” sewot Anisa.
Aryan menghela nafas kasar, “Saya bertanya baik-baik loh, kenapa kamu kesal? Seharusnya saya harus tau kamu kemana sama siapa, secara kamu sudah jadi tanggung jawab saya sekarang,” ucap Aryan.
“Saya mau keluar cari angin,” jawab Anisa seadanya.
“Haruskah rapi begini?” tanya Aryan.
“Memangnya kenapa, kita kan belum tau akan bertemu siapa di luar sana, jadi lebih baik berpakaian rapi."
“Oh... Saya antar kamu, mau?” tawar Aryan.
“Tidak usah, saya mau naik kendaraan umum saja."
“Kenapa? Saya kemarin ada beri kamu mobil, atau saya lupa yah?”
“Ada kok, cuman saya nggak tau cara mengendarai mobil. Ohiya, daripada nanti berdebu di parkiran, mending mobilnya kamu ambil kembali. Ohiya saya minta tolong ke kamu jangan kirim barang terlalu berlebihan dan beri uang secukupnya. Saya jadi tidak enak sama kamu, mending kamu simpan baik-baik uang kamu untuk hal yang lebih penting, jangan terlalu boros."
Aryan hanya terdiam menyimak perkataan Anisa.
Melihat respon Aryan, Anisa merogoh tasnya, ia mengambil kartu kredit milik Aryan yang diberikannya kemarin, kemudian meraih tangan kanan Aryan dan meletakkan sebuah kartu kredit di tangan Aryan. "Ini, kamu ambil kembali. Bagi saya satu saja sudah lebih dari cukup. Kamu terlalu berlebihan tau kasih saya sebanyak ini. Satu kartu saja saya tidak bisa bayangkan berapa banyaknya uang dalam sini. Apalagi yang kamu kasih ada dua buah. Jadi saya balikin satu buat kamu."
Aryan melihat bingung kartu kredit di telapak tangannya yang masih di genggam Anisa. "Kenapa dibalikin, kan kamu bisa simpan, aku buatkan memang khusus untuk kamu kok," ucapnya.
"Satu saja lebih dari cukup Ryan, kamu saja yang simpan."
Aryan menatap Anisa bingung, nama panggilan yang diberikan Anisa untuknya terlalu asing di telinga nya. Tapi Aryan tidak protes dan menerima kartu kredit yang di berikan Anisa. "Oke, terserah kamu, kalau begitu saya antar kemanapun kamu pergi ya?"
"Nggak usah!”
“Kenapa menolak, saya punya niat baik loh,” ucap Aryan lagi. Tanpa sadar mereka sudah berada di lobby. Karena memang sedari tadi mereka mengobrol sambil berjalan.
"Nggak usah, mendingan kamu ke kantor deh. Hari ini kamu masuk kerja kan?” ucap Anisa secara tak langsung mengusir keberadaan Aryan. Karena sebenarnya ia sudah cukup risih, keadaan di lobby lumayan ramai, mereka menjadi pusat perhatian sekarang dan Anisa tidak suka akan hal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can I Be Happy?
Roman d'amourKisah tentang Anisa Anindita, wanita yang kehidupannya begitu menyedihkan. Hidup bersama Ayah tirinya yang Anisa pikir ayah tirinya baik, tapi ternyata orang yang paling brengsek. Ketika Anisa mencoba kabur dari ayah tirinya, sayangnya selalu gagal...