Semenjak pertemuan awal itu, Anisa tidak tau harus mengatakan apa. Saat ini Anisa berada di salah satu unit apartemen yang telah di beli Aryan untuknya, karena masih baru bagi Anisa jadi ia merasa asing dengan tempat ini, ia awalnya menolak untuk tinggal di sebuah apartemen, karena biayanya sangat mahal tapi Aryan malah memaksanya dengan alasan kalau bukan di apartemen ini ayah tirinya akan kembali menerornya dan tentu saja hal itu membuat Anisa mau tidak mau menyetujuinya.
Anisa merasa tidak enak dengan Aryan, yang sudah rela mengeluarkan uang banyak untuknya. Ia sungguh merepotkan Aryan, lelaki yang tak lama ini baru ia kenali.
"Harusnya di saat-saat ini aku butuh teman untuk bercerita, tapi mau cerita sama siapa? Teman saja nggak punya," gerutu Anisa.
Anisa masih memperhatikan sekitar, unit apartemennya ini sangatlah luas untuk ukuran dirinya yang tinggal sendiri. Sekarang saja ia sudah merasa bosan.
Ting-tong!
Anisa mengernyitkan dahi bingung ketika mendengar bunyi bel yang berasal dari apartemen nya. "Siapa yah? Apa Ryan? Tapi masa sih?" ucap Anisa, ia lalu beranjak dari duduknya dan berjalan menuju kamera doorbell nya, yang dimana layar itu akan menampilkan orang yang menekan bel pintu unit apartemennya.
"Lah kok nggak ada, apa orang aneh yah tadi?" tanya nya lagi pada dirinya sendiri.
Ting-tong!
"Siapa sih!" kesal Anisa setelah mendengar bel pintunya yang kembali berbunyi untuk kedua kalinya, saat melihat layar lagi, ia tidak menemukan siapa-siapa. Dari layar tidak menunjukkan tanda-tanda orang yang ada di luar sana, Anisa yang kesal pun langsung membuka pintu apartemennya.
Tapi saat membuka pintu, Anisa bukannya dihadapkan dengan seseorang ia malah ditampakkan dengan banyaknya tas belanja yang berjejer rapi di sekitar depan pintunya.
"Banyak banget!! Ini semua punya siapa?" ucapnya bertanya-tanya sambil sesekali berdecak kagum, terperangah dengan banyaknya tas belanja yang semuanya dari merek-merek ternama dan tentunya mahal.
Tapi tak lama mengamati barang-barang itu, seseorang muncul dengan dua tangannya yang penuh dengan tas belanjaan yang sama.
"Siapa?" tanya Anisa pada lelaki yang sudah berdiri di hadapannya sembari meletakkan beberapa tas belanjaan di kedua tangannya.
"Ohiya, kenalin saya Brian Alexander sahabatnya Aryan panggil aja Brian. Ini semuanya, saya disuruh sama Aryan buat antar ke sini karena kebetulan saya ada meeting dengan klien di dekat sini. Saya heran kok Aryan belanjaannya barang perempuan semua, ternyata buat kamu. Kamu Anisa Anindhita kan? Calon istri Aryan?" ucap Brian menjelaskan kedatangannya.
"Ah.. bisa dikatakan seperti itu," jawab Anisa yang masih belum menerima status itu sepenuhnya.
"Ohiya, saya bantu bawa barangnya ke dalam boleh? Ini banyak banget, kamu pasti tidak bisa sendiri kan?" ucap Brian menawarkan bantuan.
Anisa tersenyum, "Tidak usah repot-repot, saya bisa sendiri, tapi apa ini tidak terlalu banyak yah barangnya?"
"Saya juga bingung."
"Ya sudah terima kasih, ini biar saya saja yang bawa masuk semuanya."
Brian berdecak kagum pada Anisa yang sudah memasukkan sebagian barang-barang yang sebelumnya dia bawa. "Serius nggak mau di bantu?" tanya Brian lagi.
"Nggak usah, ini sudah biasa bagi saya," jawab Anisa.
Brian mengangguk, kemudian dia beralih melihat jam tangannya, setelah itu kembali menatap Anisa yang masih sibuk, "Kalau begitu saya pamit dulu," ucapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can I Be Happy?
Roman d'amourKisah tentang Anisa Anindita, wanita yang kehidupannya begitu menyedihkan. Hidup bersama Ayah tirinya yang Anisa pikir ayah tirinya baik, tapi ternyata orang yang paling brengsek. Ketika Anisa mencoba kabur dari ayah tirinya, sayangnya selalu gagal...