07|TUJUH

14 1 0
                                    

Setelah kemarin sempat berdebat dengan Aryan, hari ini Anisa menerima kabar kalau Aryan akan pergi ke Australia untuk urusan bisnis, awalnya Aryan mengajak Anisa untuk ikut menemaninya, tapi Anisa malah menolaknya.

Kenapa menolak permintaan Aryan karena ia mau mengurus usahanya, apalagi kata Aryan dia akan lama di Aussie.

Hari ini juga adalah awal bagi Anisa untuk memulai langkah nya untuk membuka sebuah usaha, sayangnya dia tidak memberitahu perihal ini pada Aryan.

Anisa tengah menunggu Brian yang akan menjemput nya. Tidak lama kemudian, mobil Mazda CX-60 warna hitam berhenti tepat di depan Anisa yang ternyata adalah Brian yang ditunggu-tunggu oleh Anisa.

Brian keluar dari mobilnya, hanya ingin membuka kan pintu mobil untuk Anisa. Tentu Anisa yang diperlakukan seperti itu merasa tidak enak.

"Tidak usah berlebihan, saya bisa kok buka pintu sendiri," ucap Anisa lalu masuk ke dalam mobil.

Brian hanya tersenyum lalu ia berlari kecil mengelilingi mobilnya untuk masuk ke dalam mobil, lalu ia menjalankan nya.

"Ohiya kamu tau dari mana tempat jual perabotan dan perlengkapan lengkap untuk restoran?" tanya Anisa membuka suara.

"Hal wajar nggak si? Saya kan buka kafe dan saya beli perabotan semua dari sana. Disana lengkap loh mulai dari pernak-pernik kecil sampai besar."

"Begitu yah. Ohiya, kamu masih cuti kah?"

"Aku masih cuti, ini hari terakhir sih," jawab Brian lagi. Anisa mengangguk dan kemudian kembali hening.

Brian melirik Anisa sekilas, "Kamu sudah sarapan kan?" tanyanya.

"Sudah," jawab Anisa.

Tidak lama menempuh jalanan akhirnya mereka sudah tiba di gedung besar penjual perabotan dan alat pelengkap kebutuhan rumah tangga dan lain-lain nya.

"Wah, besar sekali yah," ucap Anisa kagum.

"Pemiliknya teman saya juga loh, di gedung paling atas itu adalah tempat kursus memasak, teman saya juga yang jadi guru kursusnya. Dia bahkan punya banyak murid dan dia cukup dikenal juga," ucap Brian membuat Anisa menoleh dengan tatapan kaget.

"Seriusan? Boleh saya ikut kursus nya nggak? Saya dari dulu mau banget ikut kursus memasak."

"Wah, kebetulan sekali yah. Kamu bisa kok, soal biaya tenang saja. Untuk kamu pasti gratis," ucap Brian.

"Demi apa? Boleh deh, saya mau banget kalau begitu."

"Ayo kita masuk dulu, ketemu teman saya, dia dikenal dengan nama Chef Juan."

"Chef Juan?"

"Iya, kamu kenal?"

"Siapa tidak kenal dengan dia Brian! He is famous!"

Brian menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Ohiya yah, saya lupa," ucapnya salah tingkah.

"Boleh minta foto sama dia kan, nanti?" tanya Anisa masih dengan antusiasnya.

"Bolehlah!" ucap Brian yang spontan mengacak-acak rambut Anisa membuat Anisa menjadi terdiam seketika.

Menyadari kekediaman Anisa membuat Brian tersadar dan menyingkirkan tangannya dari kepala Anisa, "Oh sorry, Nis" ucap Brian menyadarkan Anisa.

Anisa terkekeh pelan untuk menghilangkan rasa gugupnya, "No Problem."

Brian yang masih merasa canggung pun berjalan lebih dulu, Anisa hanya mengikuti langkah kaki Brian. Saat pertama masuk mereka sudah melihat banyak sekali pembeli dan benar kata Brian, semua barang sangat lengkap. Ini pusat perbelanjaan paling lengkap untuk kebutuhan primer dan sekunder menurut Anisa.

Can I Be Happy?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang