3

223 41 0
                                    

Caspian hanya bisa menunggu di depan Unit Gawat Darurat dengan tangan bertaut. Dua orang yang disayangnya tengah berada di dalam. Sementara dirinya disini berdiri dengan detak jantung yang tak pernah turun iramanya.

Seorang perawat terlihat keluar, berlari entah untuk apa membuat perasaan Caspian semakin tak karuan.

Selesai mengurusi beberapa pekerjaan dan jadwal milik Everett tadi dia memang mendapat panggilan. Bukannya berita baik tapi malah berita Dalton dan Everett yang masuk rumah sakit karena penyerangan.

Waktu rasanya berjalan lambat untuk orang yang menunggu. Caspian bergeming di tempatnya. Tak ada yang tau berita ini, ahh kecuali oknum yang memerintahkan penyerangan tentu saja.

Tangan Caspian terkepal erat, pikirannya mulai meliar memikirkan kemungkinan terburuk. Namun untungnya beberapa dokter keluar segera dan menghampirinya.

“Bagaimana dengan keadaan Everett dan Dalton?”

“Tuan Dalton tidak mengalami cedera serius, hanya saja peluru di bahunya menembus cukup dalam, dan kami harus menjalani beberapa operasi untuk pengambilan peluru dan penjahitan pembuluh darah yang pecah.”

“Tidak ada masalah besar untuk Tuan Dalton. Dia akan segera dipindahkan ke ruang rawat dan akan segera sadar setelah efek bius hilang.”

“Namun untuk Tuan Everett, kondisinya sedikit lebih buruk. Jika tusukan menimpa dada, saya rasa kita benar-benar tak bisa melakukan apapun.”

“Tusukannya cukup dalam dan sempat terjadi pendarahan internal. Sebelum dibawa kemari Tuan Everett sempat mengalami shock hipovolemik karena kehilangan banyak darah.”

“Perlu pemantauan intensif untuk kondisinya. Kami akan segera memindahkan segera keruangan khusus.”

Caspian terdiam, masih mencerna perkataan dokter. Perasaannya masih tak tenang mengetahui Everett dalam kondisi yang tak baik. Tangannya semakin terkepal erat menyebabkan kukunya menusuk telapak tangan.

Namun tak ayal pikiran warasnya masih bekerja, mengikuti intruksi dokter, menangani hal-hal administratif dan menghubungi tambahan penjaga untuk memperketat keamanan.

****

3 hari penuh, sebelum akhirnya Everett tersadar. Mendapati dirinya dalam ruangan yang dia yakini rumah sakit ketika mencium bau desinfektan yang cukup kuat.

Grasak-grusuk disertai samar suara Caspian yang disusul langkah cepat beberapa dokter menghampirinya.

Menjalani pemeriksaan singkat disertai beberapa pertanyaan yang diajukan padanya. Everett hanya bisa menjawab dengan anggukan ataupu gelengan. Sebelum kembali hilang kesadaran.

Saat kembali terbangun, Everett kini sudah berpindah tempat ke ruang rawat inap VIP yang di hafalnya. Pandangannya mengedar, melihat Caspian yang terkejut melihatnya.

“Kau sudah sadar lagi? Syukurlah. Aku akan memanggil dokter.”

Tak lama dokter datang, kembali memeriksanya lalu melepas masker oksigen yang dia kenakan mengganti dengan nasal kanul membuatnya lebih leluasa untuk berbicara.

Hanya menyisakan Caspian dan dirinya saat dokter pamit undur diri. Caspian terlihat menghela nafas lega melihatnya, seolah beban berat dipundaknya musnah begitu dia terbangun.

Everett tersenyum tipis sebelum teringat satu hal “Dalton bagaimana? Aku ingat dia sempat tertembak.”

“Dia baik-baik saja, bahkan besok sudah boleh kembali tapi aku tetap memintanya disini untuk mengawasimu.”

Everett mendengus “Aku bukan anak kecil.”

“Aku tau Eve, tapi aku tetap saja khawatir. Kejadian kali ini yang terparah.”

AmbivalenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang