1

822 77 5
                                    

Langkah kakinya dipercepat, menyusuri koridor rumah sakit yang ramai. Peduli setan dengan beberapa orang yang memakinya akibat tersenggol ataupun tertabrak.

Dirinya baru bisa menghela nafas lega begitu melihat sosok yang sanggup membuatnya khawatir setengah mati terlihat baik-baik saja.

Setidaknya tidak ada bagian tubuhnya yang hilang meskipun ada beberapa lecet kecil di wajah dan anggota badan. Namun karena masih bisa memberinya senyum kecil, dia anggap sosok ini tak ada masalah berarti.

“Kau benar-benar.” Ucapnya tak lagi memiliki tenaga untuk melanjutkan.

Everett, oknum yang mampu membuat Caspian mengalami spot jantung hanya terkekeh kecil menanggapinya sahabatnya yang tak lagi punya energi untuk mengomel.

“Kali ini benar-benar tidak apa-apa. Dalton melindungiku dengan baik.”

Mendengar itu Caspian agak terkejut “Lalu bagaimana dengannya? Dimana dia?” Tanyanya beruntun.

Belum sempat terjawab Dalton dengan wajah tak bersalah memasuki ruangan dengan beberapa bungkusan di tangan. Caspian melihatnya, mengamati dari atas sampai bawah, sebelum kembali bernafas lega.

Dalton tak apa, jika mengabaikan tangannya yang dililit sedikit perban. Tapi jika pria itu sudah bisa berkeliaran kesana kemari menuruti keinginan tuan muda di depannya ini. Sudah pasti dia tak memiliki kerusakan yang berarti.

“Aku tidak tau lagi harus mengatakan apa pada kalian berdua.” Ucapnya lelah. Memilih mendudukkan diri pada sofa di ruangan ini.

“Jangan dipikirkan Caspian. Selama aku masih hidup. Aku tidak akan membiarkan mereka bahkan memimpikan asset milik orang tuaku.”

Perkataan dari Everett itu hanya mendapat balasan tatapan nanar dari Caspian. “Kau tidak lelah Eve?” Tanyanya.

Everett tak menjawab memilih membuang muka dari pertanyaan sahabat dekatnya itu.

****

Namanya Everett Gavriel Dominic, putra tunggal mendiang Jeffrey Carl Dominic dan Joana Arabelle Dominic. Posisinya sekarang menggantikan ayahnya sebagai pewaris dari D’Realty Trust, salah satu perusahaan real estate terbesar dengan omset mencapai miliaran dollar pertahunnya.

Rawan, tentu posisinya banyak membuat beberapa oknum berliur untuk merebutnya. Termasuk para paman dan bibi dari pihak ayahnya.

Miris, disaat Jeffrey dengan usahanya sendiri tanpa bantuan sepeserpun dari para saudaranya membuat perusahaannya mendunia dan terkenal. Saat dirinya meninggal hak yang harusnya milik sang putra malah dijadikan bahan rebutan para benalu itu.

Berbagai macam cara tentu dilakukan oleh bajingan-bajingan ini untuk merebut kentang panas berwujud D’Realty Trust. Termasuk upaya pembunuhan satu-satunya pewarisnya.

Everett tentu tak bodoh untuk mengetahui niat busuk sosok yang harusnya mengayominya itu. Ada penyesalan dirasakan oleh pria 26 tahun ini, seandainya waktu itu dia bisa melarang orang tuanya bepergian.

Kecelakaan itu tak akan terjadi. Keluarganya masih akan menjadi keluarga hangat yang selalu dirindukannya. Ayahnya yang tegas namun penyayang begitupun Ibunya yang lemah lembut dan tak pernah meninggikan suara padanya.

Namun Everett tak boleh larut. Dia tak bisa membiarkan upaya ayahnya direnggut begitu saja oleh para bandit tengik ini. Meskipun harus berkali-kali mengalami kejadian mengancam nyawa. Selama dirinya bertahan, Everett yakin dia bisa menyingkirkan mereka.

****

“Menurut saya memang lebih pantas, Tuan George yang memimpin. Tuan muda Everett masih terlalu muda.”

AmbivalenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang