4

230 47 7
                                    

Everett menghela nafas lelah. Memijat pangkal hidungnya dan menutup mata sejenak sehabis menatap layar iPadnya selama beberapa jam. Caspian juga melakukan hal yang sama.

Everett Dominic ini benar-benar serius dengan perkataannya 2 minggu lalu tentang memiliki seorang anak. Dan disinilah mereka sekarang. Ruang kerja pribadi di apartemen milik Everett.

Bukan membahas terkait hal pekerjaan, tapi menyeleksi beberapa kandidat calon ayah ideal untuk program yang direncanakan Everett. Caspian mengusak kasar rambutnya.

Sebenarnya ide Everett ini didasarkan pada ucapan Caspian di rumah sakit. Dan setelah berpikir jauh terbitlah ide ini. Tak ayal dirinya juga merasa frustasi dengan keadaan yang selalu mengancam nyawa. Bukannya dia tak berusaha melawan, tapi 1 lawan 3 bukankan terlalu banyak untuk pria muda yang masih berumur 26 tahun ini?

Karena ide memiliki pewaris ini merupakan plan akan situasi terburuk yang bisa mereka hadapi. Setidaknya masih ada bagian dari dirinya yang mempertahankan usaha keras ayahnya yang mendiang titipkan padanya dan harus dia jaga.

Kedua manusia berbeda usia itu sibuk dalam pikiran. Melirik kembali layar iPad berisi data-data orang lain hingga ke akarnya.

Setelah berpikir dengan benar-benar matang sampai overcook. Point penting dari rencana mereka adalah menentukan pihak lain yang akan turut serta dalam ini.

Kunci utamanya pihak lain harus bersedia bekerjasama khususnya untuk melindungi calon anak itu kelak. Setidaknya sampai usianya cukup dewasa untuk bisa mengambil alih D’Realty Trust.

Poin keduanya pihak lain, haruslah berada di tingkat setara dengan mereka. Jika tidak masalah perebutan hak waris atau bahkan lebih buruknya, calon anak itu hanya akan dijadikan alat untuk menguasai D’Realty Trust.

Kondisinya jadi lepas dari mulut harimau masuk ke lubang buaya. Skenario itu harus diputus sejak dini.

Karena itulah, Caspian pusing. Tidak ada kandidat yang cocok untuk itu. Ada memang beberapa tapi Caspian tak yakin mereka juga mau. Hal ini beresiko. Terlebih asal usul anak itu kelak. Jika semisal pihak lain menikah dengan orang lain dan juga memiliki anak lain. Cap sebagai anak haram pasti dibawanya.

Everett pusing, dia sudah memiliki plan B jika rencana pertama ini tak menemui hasil. Mengambil donor sperma dari bank sperma, menyuap mereka untuk merahasiakan dari pihak lain. Dan jika seandainya dia mati, anak itu akan dia titipkan pada Caspian. Resiko lebih besar tapi setidaknya masih ada jaminan perlindungan.

“Kau benar-benar tak kepikiran kandidat yang cocok saat memikirkan hal ini Eve?”

“Sebenarnya aku memiliki satu kandidat paling cocok. Tapi aku ragu.”

“SIAPA?” Caspian bertanya antusias membuat Everett terlonjak kaget.

Everett diam sejenak terlihat ragu namun tetap mengucapkan satu nama yang membuat Caspian juga terkejut.

“Athlas Benjamin Abraham.”

“Itu sebenarnya memang pilihan terbaik untuk saat ini. Kenapa kau ragu?” Jari Caspian bergerak untuk melihat informasi terkait orang yang disebutkan Everett

Athlas Benjamin Abraham, pewaris sah Abraham Groub Holdings. Cucu satu-satunya Victor Abraham dari satu-satunya mendiang putranya yang sudah meninggal beberapa tahun silam.

Usianya baru 28 tahun ini. Masih lajang, tampan, kaya raya, dan tentu saja berkuasa. Bisa dikatakan tidak ada yang berani mengusik perusahaan besar itu. Tracknya juga bersih. Memang kandidat paling ideal.

“Dia bersih, tidak merokok, bukan pecandu alcohol bahkan tidak bermain dengan laki-laki atau perempuan manapun. Yang utama dia benar-benar bisa jadi pohon kokoh pelindung calon anakmu.”

AmbivalenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang