Caspian dengan tak rela mengantar Everett secara pribadi ke Bandara. Mengomelkan ini dan itu pada si yang lebih muda.
“Ingat kau harus tetap menjaga kesehatan. Makan dengan teratur dan selalu beri kabar padaku.” Entah sudah berapa kali kalimat itu terlontar membuat Everett jengah.
“Baik-baik, aku mengerti. Lagipula aku hanya sekitar 2 bulan disana. Kau juga jaga dirimu baik-baik. Hajar saja jika ada yang mengganggu.”
Caspian memutar mata malas mendengar jawaban tak niat Everett itu. Kali ini sasarannya berubah pada Benedict yang sedang dengan santai berdiri mengamati.
“Dan kau.” Tunjuk Caspian “Jaga Everett dengan benar. Jika dia luka sedikit saja, ku cukur habis rambutmu itu.”
Benedict yang mulanya bersantai menjadi bergidik ngeri mendengarnya. Refleks tangannya menyentuh rambut lebatnya. “Astaga baik Tuan Caspian. Aku akan menjaga bayimu dengan sepenuh hati.”
Kalimat itu mengundang delikan dari Caspian dan tawa renyah dari Everett.
Lalu dimana Athlas? Pria itu sudah berangkat sejak 2 hari yang lalu. Ada beberapa pekerjaan terkait yang perlu pria itu selesaikan sejak awal. Mereka akan berjumpa langsung di Jerman.
Caspian memeluk erat Everett sebelum si yang lebih muda benar-benar menaiki pesawatnya. Melihat bagaimana sosok itu perlahan menjauh dari pandangan.
****
Membutuhkan waktu beberapa jam perjalanan untuk mencapai Bandara Frankrut di Jerman. Meskipun menggunakan penerbangan First Class tetap saja rasanya pegal bukan mian. Belum lagi Jet lag jika tak terbiasa perjalanan jauh.
Dari bandara sudah ada yang menjemput Everett dan Ben. Mengantarkan mereka pada Gendarmenmarkt sebagai salah satu wilayah perumahan yang kebetulan dimiliki oleh Everett.
Sebelumnya dia sudah memerintahkan untuk membersihkan rumah miliknya dan menyediakan beberapa kebutuhan mereka selama disini.
Ben hanya bisa menganga takjub melihat perumahan mewah di depannya ini. Everett mengajaknya masuk. Menyuruhnya memilih kamar mana saja yang akan dia gunakan, sementara si empunya memasuki kamar utama.
Tak memakan waktu lama, hanya membutuhkan sehari istirahat. Keesokannya Everett yang ditemani oleh Ben menuju ke rumah sakit universitas Freiburg.
Athlas sudah menunggu disana bersama Brian ketika Everett memasuki tempat yang telah ditentukan bersama Ben.
“Selamat pagi, Tuan Athlas. Maaf harus menunggu.” Ucap Everett begitu tiba
Athlas hanya mengangguki sebelum memberi isyarat untuk mengikutinya menemui dokter yang akan membantu mereka.
“Selamat pagi Tuan Abraham dan Tuan Dominic.”
Sapaan mereka berdua dapatkan oleh seorang dokter paruh baya. Dokter Albert salah satu dokter ahli di bidangnya yang memang sengaja Athlas hubungi melalui koneksinya yang luar biasa. Jika orang biasa mana bisa mampu untuk menemui dokter paruh baya ini.
Sang dokter menjelaskan beberapa hal utamanya terkait pemeriksaan yang telah mereka lakukan sebelum kemari. Meliputi
Pemeriksaan Cadangan Ovarium (Ovarian Reserve Testing), yang meliputi AMH (Anti-Mullerian Hormone), FSH (Follicle-Stimulating Hormone), dan USG Antral Follicle Count untuk menghitung folikel yang ada di ovarium.
Histeroskopi atau HSG (Hysterosalpingogram), diikuti oleh Pemeriksaan Infeksi Menular Seksual (IMS).
Tes Hormon Tiroid, Prolaktin, Testosteron, FSH, dan LH (Luteinizing Hormone).
KAMU SEDANG MEMBACA
Ambivalence
General FictionAm·biv·a·lence /amˈbiv(ə)ləns/ The state of having mixed feelings or contradictory ideas about something or someone. Just story between Athlas and Everett