Marven menghela napas kasar. Hari ini bosen banget, dia cuma bisa duduk di depan TV. Teman-temannya sibuk semua dengan urusan masing-masing. Marven bingung mau ngapain. Kalau ada pacar, pasti dia udah minta ditemenin. Sayangnya, pacarnya udah lama jadi mantan.
"Ah, anjing! Berita terus, apaan banget!" keluh Marven kesal sambil membanting remote ke sofa.
Dia beralih ke ponsel, mencoba mencari hiburan. Tangannya membuka aplikasi Instagram, sekadar scroll-scroll feed dan story. Sampai tiba-tiba, jari Marven berhenti. Story milik Jay. Matanya terpaku. Jay tampak cantik, meskipun Jay itu cowok.
Tanpa sadar, Marven menekan tombol like di story itu.
"Mampus!"
Marven langsung memukul keningnya sendiri. "Ceroboh banget, gue!" Tapi, setelah dipikir-pikir, masa iya nggak boleh ngelike story mantan? Sekali doang, kan?
Lalu sebuah ide nekat muncul. "Sekalian aja gue reply!" gumamnya sambil tersenyum kecil.
Jarinya bergerak cepat mengetik pesan, lalu menekan tombol kirim.
Setelah beberapa saat menunggu penuh harap, akhirnya notifikasi pesan muncul di layar ponselnya. Jay bales.
"Sesuai prediksi. Mantan aja nggak bisa lepas dari gue!" ucap Marven penuh percaya diri. Kegantengan emang nggak bohong.
Namun, hati kecilnya mulai ragu. "Ajak ketemuan kali, ya? Tapi alasan apaan? Masa bilang gue masih suka?"
Marven berusaha memutar otak. Hingga sebuah ide muncul. Kucing. Dia ingat kalau terakhir kali main ke rumah Jay, ada kucing di sana.
"Pura-pura minta ajarin rawat kucing aja, itu masuk akal," gumam Marven sambil tersenyum licik. "Kesempatan buat berduaan, nih!"
Tanpa ragu, Marven mengirim pesan baru ke Jay.
---
Jay membaca pesan Marven sambil mengernyitkan alis.
"Minta diajarin rawat kucing? Loh, itu kan kucing bibi gue. Gue aja alergi kucing," gumam Jay, bingung.
Jay menatap layar ponselnya beberapa saat sebelum mengetik balasan, "Ven, seriusan? Kucing itu bahkan bukan punya gue, dan FYI, gue alergi."
Jay akhirnya setuju. Setelah beberapa pesan saling balas, ia memberi tahu Marven untuk datang ke rumahnya besok sore. "Gue nggak ngerti kenapa lo mau belajar rawat kucing, tapi yaudah, datang aja," tulis Jay dengan nada datar.
Marven tersenyum lebar saat membaca pesan itu. "Yes, berhasil!" Namun, begitu besoknya tiba, rasa percaya dirinya perlahan memudar. Dia bahkan mengganti baju tiga kali sebelum berangkat.
---
Ketika sampai di depan rumah Jay, Marven berdiri mematung beberapa saat. Dia menggigit bibir bawahnya, mencoba menenangkan diri. "Santai, Ven. Lo cuma mau belajar soal kucing, nggak ada yang spesial. Biasa aja, kan? Tapi… kenapa deg-degan banget, sih?"
Pintu terbuka, dan di sanalah Jay berdiri. Wajahnya terlihat santai, hanya memakai kaos oversized dan celana pendek. "Ven, lo serius mau rawat kucing? Atau ada agenda tersembunyi, nih?" tanyanya sambil menatap Marven dengan tatapan mencurigakan.
Marven tertawa gugup. "Apaan sih, Jay? Gue serius kok," jawabnya, meskipun jelas nada suaranya goyah.
Mereka masuk ke rumah, dan Jay langsung menunjuk ke pojok ruangan tempat kucing bibi Jay biasa tidur. Seekor kucing berbulu abu-abu sedang melingkar di sofa.
"Itu dia, si pemalas. Namanya Luna," ujar Jay santai. Tapi kemudian dia menambahkan dengan nada jahil, "Gue nggak bakal bantu kalau lo gagal, Ven. Kan katanya lo mau belajar sendiri."
![](https://img.wattpad.com/cover/376181697-288-k933173.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Favorite Rival. (END)
FanficNasib Jay yang malang akibat menerima taruhan dari rivalnya sendiri--Marven. Penuh percaya diri, jika dirinya yang akan menang. Namun kenyataannya justru sebaliknya. °°°° Lapak BXB! cr; pinterest, Twitter, Instagram, dll.