Tiga Puluh Tujuh

981 197 25
                                    

Sifat dan karakter tokoh di cerita ini hanya karangan
Tidak ada sangkut pautnya dengan rl idol terkait

Sorry for typo
enjoy this story








Tengah malam Winzie terbangun , ia turun ke bawah untuk mengambil air minum , Winzie kira sudah tak ada lagi aktivitas di rumahnya, namun ternyata saat ke dapur Winzie melihat Ayahnya tengah duduk sendirian

Winzie sadar itu , namun ia tetap berjalan  ke arah kulkas tanpa menghiraukan Tuan Rofelin

Tuan Rofelin jelas mengetahui keberadaan anaknya, ia memperhatikan semua gerak gerik Winzie

Winzie mengambil botol minum dan hendak kembali ke atas namun ...

"Winzie" panggil Tuan Rofelin

Winzie menghentikan langkahnya lalu menoleh

"Duduk dulu di sini sebentar" ucap Tuan Rofelin

mulanya Winzie bingung, ia kira ini mimpi namun terlalu nyata karena winzie merasa benar benar tersadar , tak ada rasa kantuk sedikit pun

"Ayah mau bicara dengan mu" ucap Tuan Rofelin lagi , akhirnya Winzie mengangguk ia pun duduk berhadapan dengan Ayahnya

Tuan Rofelin menatap lama Winzie

"Ayah minta maaf tak bisa jadi Ayah yang baik untuk mu"

Ucapan itu membuat Winzie mendongak menatap Ayahnya

"Semua yang sudah terjadi di keluarga kita, padamu, itu semua salah Ayah , Winzie"

Winzie hanya diam

"Ayah sudah melakukan kesalahan yang begitu buruk , namun tak bisa berbuat banyak untuk memperbaiki keadaan, Ayah minta maaf Winzie , maaf sudah menyulitkan mu , maaf sudah menaruh luka di atas pertumbuhan mu yang seharusnya dapat kasih sayang dari Ibumu, maaf , maafkan Ayah"

"Ayah,,,  " Winzie menahan ucapannya

"Cuma mau minta maaf?" Lanjutnya

Tuan Rofelin menggelengkan kepalanya

"Ayah ingin menebus semua kesalahan Ayah, Ayah ingin menebus waktu kita yang 17 tahun ini hilang , mungkin memang terlambat tapi biarkan Ayah temani kamu di proses pertumbuhan 18 tahun 19 tahun hingga kamu dewasa bahkan hingga Ayah tutup usia , ijinkan Ayah menjadi sosok Ayah yang sebenarnya"

Winzie meneteskan air matanya

"Ayaaaaah , iniiii nyata , kan ?" Ucapnya dengan suara yang bergetar

Tuan Rofelin beranjak menghampiri dan memeluk anaknya

"Ini nyata , Winzie"

Winzie benar benar menangis lalu memeluk erat Ayahnya

"Hiksssss Ayaaaah"







Ke esokan paginya

Tuan dan Nyonya Rofelin sudah bersiap untuk pergi

Rofelins Life (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang