Nggak ada yang lebih menyebalkan sewaktu papa Jeano membawa seorang wanita muda kerumahnya. Tampilannya nyetrik, berpakaian ketat dan seksi, serta dipolesi lipstik berwarna merah menyala. Semua orang yang melihatnya pun pasti akan mengatakan hal yang sama, dia mirip seperti wanita penggoda, tipikal calon istri yang hanya akan menghabiskan harta suaminya.
Usia papa Jeano sekarang sekitar 50 tahunan. Meskipun begitu perawakannya masih benar-benar kekar, wajahnya masih terlihat tampan, meskipun rambutnya sudah banyak yang memutih.
Papa terlihat senang sejak kehadiran wanita tersebut. Beliau seperti kembali ke masa mudanya. Melihat itu, Jeano pun akhirnya merestui hubungan mereka hingga ke tahap pernikahan.
Namanya Nana, wanita itu berusia 25 tahun. Jeano selalu terlihat cuek dengan kehadirannya. Nana membuatnya risih sebab selalu mengenakan pakaian minim saat hanya ada mereka berdua di rumah. Makin lama tingkahnya semakin berani, ia terang-terangan menggoda Jeano dan berbicara kotor.
"Ck, gue ngerestuin lo cuma buat bikin bokap gue seneng ya. Minggir! Nggak usah ganggu aktivitas gue!"
Bentakan Jeano sama sekali tidak mempan di kuping Nana. Wanita itu justru mematikan kompor yang sedang digunakan Jeano untuk memasak mie, dan sengaja berdiri di hadapannya.
Jeano mendesis saat wanita itu malah merangkulkan kedua lengannya di leher miliknya.
"Galak banget sih ganteng.. mumpung papa masih di kantor yuk main bentar." Lalu lututnya menekuk mengenai tonjolan Jeano yang terlihat amat jelas di balik celana boxernya itu. "Nghhh sayangg.. udah keras gini beneran nggak mau aku bantuin?" Tawarnya dengan mata berbinarnya.
Jeano tak berkutik di hadapannya, wanita itu berjinjit untuk mengendus leher Jeano, menjilat daun telinganya dengan gerakan sensual. Seketika Jeano meremang. Bagaimanapun dia adalah lelaki normal yang akan terangsang apabila disuguhkan wanita penggoda modelan Nana, yang tidak akan menyerah sebelum keinginannya terpenuhi.
Tangan Nana merambat masuk kedalam boxernya, mengusap-usap kontolnya yang masih terhalang oleh celana dalam yang dikenakannya. Tangan kirinya masuk kedalam kaos Jeano, menekan nipple lelaki itu dan menggaruknya dengan kuku panjang miliknya.
Jeano baru berusia 15 tahun, dia sama sekali belum pernah melakukan hal dewasa yang sedang ia lakukan dengan ibu tirinya ini. Dia hanya sering menontonnya lewat video yang dikirimkan oleh teman bejatnya. Meskipun baru lulus SMP, tubuh Jeano benar-benar sudah matang, dia adalah seorang atlet renang, sudah pasti fisiknya sangat bagus, tingginya menjulang, dan kontolnya berukuran hampir sama dengan milik papanya.
"Masih kecil tapi kontolnya udah gede banget ya? Udah pernah ngewe belum sayang?" Jeano menggila, elusan tangan mungil itu berubah menjadi remasan yang membuatnya frustasi. Ia menginginkannya lebih, namun akal dan egonya masih memiliki batasan untuk tidak melakukannya dengan sang ibu tiri.
"Belum kan pasti, mau mamah sepongin nggak kontolnya." Hingga pertahanan Jeano meruntuh. Dia jatuh kedalam perangkap Nana.
Jeano pasrah saat wanita itu melucuti seluruh celananya. Dia duduk bersimpuh di antara kedua kakinya. Matanya berbinar terang, tangannya bergerak menggenggam, mengurut kontol besar itu dengan gerakan maju mundur. Nana kesenengan melihat ekspresi Jeano yang keenakan dari bawah sana.
Bibir merah merona itu mengecup lubang pipisnya. Lidahnya yang panjang terjulur keluar menjilati uratnya, memutari lubang kencingnya, tak lupa dengan buah zakar yang menggantung besar di depan matanya. Nana memainkannya tanpa ampun, seperti seorang profesional, yang tahu dimana titik kelemahan seorang laki-laki.
Mulut kecil itu mulai terbuka, mencoba memasukkan kontol besar itu kedalam mulutnya. Maju mundurkan kepalanya dengan gerakan cepat, matanya sampai juling, banyak liur yang menetes di sudut bibirnya. Dia tersedak beberapa kali namun tak menghentikan permainannya.
Semakin lama mulutnya kebas, gerakannya makin melambat, sampai Jeano berinsiatif menjambak rambutnya hingga mendongak, ia menghentakkan pinggulnya kuat, terlihat tonjolan berbentuk penis yang tercetak di kerongkongannya. Sengaja Jeano tahan kepala itu membuat seluruh kontolnya terbenam di mulut kotor tersebut.
Nana tak tahan, ia menepuk perut Jeano sebagai tanda. Dia terbatuk, mulut kecilnya penuh oleh cairan kental putih milik Jeano yang menetes dan jatuh di atas dadanya.
Nana masih menstabilkan nafasnya, sedangkan Jeano kembali mengurut kontolnya sampai crot, cairan itu muncrat mengotori wajah cantik Nana, terakhir ia menghabiskan sisa cairannya dengan menepuk penisnya di bibir plump Nana yang menggoda.
Nana tersenyum, ia berdiri mengalungkan lagi kedua lengannya di leher Jeano, kemudian mencium bibir tebal itu. Mereka berciuman cukup lama, sementara tangan Jeano bergerilya meremas bokong montok Nana. Ia tersenyum miring di tengah ciumannya, mengetahui bahwa ibu tiri nakalnya itu seperti sengaja tidak mengenakan celana dalamnya hari ini.
"Sengaja huh?" Tanya Jeano setelah melepaskan ciumannya.
"Biar gampang sayang, jadi kalo kamu lagi pengen kan nggak ribet tinggal masukin aja.. " balasnya dengan nada mendayu.
"Dasar jalang.. gue entot sampe lonte kayak lo nggak bisa jalan ya? Sampe memeknya lower, sampe hamil anak gue mau?" Jeano memperlihatkan sisi agresifnya membuat kewanitaan Nana makin berkedut. Jemarinya bergerak mengusap memek becek Nana yang terdapat bulu-bulu halus di atasnya. Menekan itilnya dengan jempol, jari tengah serta jari telunjuknya berusaha masuk kedalam memek rapat itu.
"Shhh.." tebal, panjang.. jari-jari itu menggaruk dinding vaginanya, mengacak liangnya dengan gerakan tidak teratur. Stimulasi gila ini baru Nana dapatkan setelah bermain dengan belasan lelaki sebelumnya. Dia hampir ambruk kalau Jeano tidak memegangi pinggangnya. Kucekan di bawah sana terdengar nyaring, becek, clok, clok, clok, clokk..
"Hhh mauu pipiss awass sayang mamah mau pipishh.." Jeano tak mengindahkan peringatannya, justru mempercepat gerakannya mengaduk lubang wanita itu.
Curr..
Telapak tangannya benar-benar basah. "Ahhh bocor.. tempik mamah bocor sayangg ahhh.." kakinya bergetar, lubangnya berkedut-kedut. Jeano makin mengusak kasar itilnya membuat pipis Nana keluar seperti air mancur, ngucur banyak banget, sampai membanjiri lantai dapur.Jeano terburu-buru melepas kaos terakhirnya, membuangnya asal, begitu pula dengan Nana, mereka sama sama sudah dalam keadaan telanjang kali ini.
Jeano angkat tubuh Nana ke atas meja makan. Ia lebarkan selangkangan Nana, kontolnya diurut sekali lagi. Nana keliatan sudah tidak sabar, ia membuka labia memeknya dengan kedua jarinya.
"Shhh ahhh.. rapet banget anjingg ahh.."
Perlahan ia gerakkan pinggulnya, tangan kirinya menangkap payudara besar Nana yang gondal-gandul seiring dengan ritme permainannya. Meremasnya kuat dan kasar, memilin pentilnya, dan menariknya. Tubuh Nana melengkung, kedua lengannya bertumpu pada meja, mempermudah si pemuda mengulum pentilnya, menyusu, dan menggauli memeknya habis-habisan.
Tubuhnya terhentak-hentak, meja makan itu sampai berderit akibat permainan mereka yang terlalu brutal. Jeano menciumnya, juga mencekik lehernya, tenaganya seperti tidak habis-habis menggenjot kontolnya di bawah sana.
Jeano sama sekali tidak mengeluarkan kontolnya, ia belum mendapat pelepasannya, sedangkan Nana sudah mendapatkannya sebanyak dua kali. Ia membaringkan tubuh Nana di atas meja makan, menggenjotnya lagi tanpa ampun. Perutnya di tekan kuat, payudaranya ditampar secara bergantian hingga memberikan bekas warna merah.
"Aaahh.. hhh.." setelah tiga hentakan kuat akhirnya Jeano mencapai pelepasan pertamanya. Ia membiarkan seluruh pejunya tertelan di dalam lubang memek wanita itu. Tak peduli dia adalah ibu tirinya, tidak peduli jika dia akan mengandung anaknya.
Kontolnya masih belum lepas, kali ini Jeano menggendongnya, menghentak kontolnya keatas, kedua lengannya bekerja ekstra menahan bongkahan bokong itu agar tidak terjatuh.
Nana menengadahkan kepalanya, tubuhnya benar-benar seperti melayang di udara. Ia semakin meremang saat Jeano menyesap pentilnya seperti bayi. Memberikan tamparan pada kedua bokongnya, dan mengatainya dengan ucapan kotor.
"Ahh ahhh ahhh.."
Jeano mengecup bibirnya sebelum menurunkan Nana dari gendongannya. "Makasih mamah, besok lanjut habis pulang sekolah ya?"
YOU ARE READING
oneshot giselle aespa
Fanfictionkumpulan oneshot twoshot giselle aespa. cerita ini mengandung unsur dewasa, harap untuk yang masih di bawah umur segera meninggalkan lapak ini. be smart for choose a good reading!