gadis taruhan

2K 17 4
                                    

"Tuh mumpung dia lagi di depan kelas sendirian, samperin gih," ucap salah satu teman Jevano. Dalam hati Jevano misuh misuh tetapi tetap menghampiri gadis itu agar tidak dianggap pengecut oleh teman-temannya.

Gita, adik kelasnya menjadi sasaran korban taruhannya kali ini. Kekalahannya semalam pada saat balapan membuat dirinya harus meniduri gadis cupu itu.

Sepanjang malam lelaki itu terus berpikir. Apa yang harus dia lakukan? Apakah gadis itu mau melakukan itu dengannya? Karena menurutnya Gita lebih sulit dari gadis gadis lain yang sukarela memberikan tubuhnya kepada dirinya.

Kebetulan sekali kembarannya Jia akan mengadakan pesta malam nanti, jadi dia  berencana mengundang gadis itu untuk datang ke acara tersebut.

"Hai Gita," sapa Jevano dengan canggung di hadapan gadis cupu itu. Gadis berkacamata itu terkejut ketika mengetahui seorang Jevano menyapanya. "Oh, hai."

Jevano langsung saja memberikan undangan pesta kepada Gita dan segera diterima olehnya. "Jangan lupa dateng ya ntar malem." Setelah mengucapkan kalimat itu Jevano langsung melenggang pergi dari hadapannya.

Siapa yang tidak tahu seorang Jevano, siswa paling populer di SMA Nusa Bangsa. Wajahnya yang tampan, anak donatur sekolah, dan sikapnya yang dingin membuat para gadis seketika ingin pingsan saat melihatnya.

Sampai dirumah Gita hanya membolak-balik undangan pesta dari Jevano itu. Dia bingung sekaligus terkejut karena sebelumnya ia tidak pernah berhubungan dengan kakak kelasnya itu. Untuk menghargai hal tersebut, akhirnya dia memutuskan untuk mendatangi pesta itu malam nanti.

Dress maroon sebatas paha, rambut dicepol, ia mencoba memberanikan diri masuk ke dalam ballroom hotel tempat Jia mengadakan pestanya. Langkahnya hati-hati sebab ini pertama kalinya ia mengenakan high heels. Malam ini Gita mengubah penampilannya 180 derajat dari penampilan biasanya ketika di sekolah.

Ballroom hotel itu sudah berubah seperti club malam. Tamu undangan mengenakan pakaian ketat dan seksi. Mereka meliukkan tubuhnya mengikuti alunan musik yang dimainkan oleh DJ disana. Samar samar bau alkohol dan rokok menyatu menjadi satu.

Gadis itu pun bingung harus melakukan apa sekarang. Dia tidak memiliki teman sama sekali, tidak ada seorang pun yang ia kenal di tempat tersebut. Satu satunya orang yang akan ia cari adalah lelaki yang memberikan undangan padanya.

Pundak polosnya disentuh oleh seseorang. "Gue kira lo nggak bakalan dateng kesini." Suara rendah itu berbisik di telinganya. Gita memutar tubuhnya menghadap ke belakang. Senyumnya muncul saat dirinya menemukan sosok yang sedari tadi ia cari.

"Aku pasti dateng dong, kan diundang." Banyak pasang mata yang melihat ke arah mereka.

Laki-laki itu menarik tangan Gita menjauh di tengah kerumunan. Dia kembali pergi meninggalkan Gita sendirian untuk mengambilkan minuman. "Sorry aku nggak minum." Tolak Gita halus saat Jevano menawarkan segelas wine untuknya.

"Yah masa udah sampe sini nggak minum sih, coba dong dikitt aja." Lagi dan lagi Gita menuruti perintahnya. Tenggorokannya serasa terbakar, hanya beberapa tegukan saja rasa rasanya ia sudah mabuk karena minuman itu. Mereka berbincang mengenai apa saja yang terjadi di sekolah, hingga beberapa menit berlalu gadis itu merasa gelisah dan pamit ke kamar mandi.

"Gue anter ya." Selama perjalanan menuju kamar mandi Gita berjalan sempoyongan. Mau tidak mau Jevano harus membantunya dengan merangkul pinggang gadis itu yang sangat kecil di lengannya.

Gadis itu menghentikan langkahnya tiba-tiba, kepalanya mendongak menatap orang yang lebih tinggi di sebelahnya. "Kenapa panas banget ya kak?" Tanpa Gita sadari lelaki itu tersenyum miring. Posisi berdiri mereka yang saling menempel membuat Gita semakin merasa gelisah.

Tangan kecil itu meremas kemeja hitam yang Jevano kenakan. Mata sayunya menatap dengan dalam, gadis itu bahkan menelan salivanya dengan kasar.

"Should I rent a room?" Karena tubuhnya terus merasa aneh, gadis itu mengiyakan ajakannya.

Selesai dengan urusan administrasi dan lainnya. Sekarang mereka sudah berada di satu kamar yang sama. Gita duduk di tepi ranjang sembari memperhatikan Jevano yang tengah melepas kemeja di hadapannya. "Katanya lo panas, buka aja nggak papa cuma ada gue disini."

Gita menelan ludahnya kasar saat kemeja milik Jevano tanggal dari tubuhnya. Lelaki itu duduk di sebelahnya.

"Kenapa dari tadi ngelihatin gue gitu? Mau minta tolong gue buat lepasin dress lo juga?" Tidak ada jawaban yang diterima oleh Jevano. Tanpa persetujuan Gita, Jevano menurunkan resleting dressnya.

Tidak ada perlawanan sama sekali, Gita membiarkan tangan besar itu melepaskan dress miliknya hingga menyisakan bra dan celana dalam yang masih ia kenakan di tubuhnya. "You know, you're very sexy tonight."

Jevano menepuk pahanya, menyuruh gadis itu duduk di pangkuannya. Kedua tangan Gita melingkar di leher lelaki itu. Sebelah tangan Jevano merangkul pinggangnya, satunya lagi merapikan helaian rambut yang keluar dari cepolan milik gadis itu.

oneshot giselle aespaWhere stories live. Discover now