Hidup bebas, jauh dari rumah, membuat Gabe akhirnya terlepas oleh ke posesif-an orangtuanya. Nyatanya sejak masa sekolah ia tidak pernah diijinkan untuk main, belajar dan belajar, adalah kegiatan yang dilakukan sehari-harinya.
Ibukota mungkin pilihan paling benar dalam hidupnya. Berkat kepintarannya, Gabe berhasil masuk ke kampus ternama yang terletak di Depok, tepatnya.
Kebutuhannya selalu tercukupi, namun lingkungan kampus membuat Gabe terus merasa kurang saat bergabung dengan teman-temannya. Mereka bisa membeli barang mewah, party, nongkrong di cafe mahal, semua hal yang biasa dilakukan oleh kalangan atas. Gabe menginginkannya, dan dia tahu rahasianya agar bisa mendapat uang sebanyak yang ia mau.
"Mas gamau masuk ke apart aku dulu?" Gabe bertanya dengan nada manjanya, kedua lengannya bergelayut di bahu pria matang yang usianya 27 tahunan tersebut.
"Nggak bisa sayang, sore ini aku harus ke luar kota."
Bibir Gabe mencebik maju, memasang raut sedih pada wajah manisnya. "Cuma 2 hari kok, yaudah kamu mau nitip apa?" Lanjut pria itu bertanya.
"Mau kamu pulang cepet ajaa.."
"Alright.. oke cantik. Setelah kerjaan aku selesai disana aku langsung pulang nemuin kamu."
Namanya Mike, pria matang yang dipanggil Gabe, yang selalu memenuhi seluruh kebutuhannya. Tas mewah, make up, pakaian, sampai makanan, semua diberikan olehnya. Gabe pun heran, kenapa juga uangnya tidak pernah habis, padahal setiap hari ia sudah mendapat transferan besar dari Mike.
Tentu ada harga yang harus dibayar, Gabe menyerahkan tubuhnya, pria itu bebas mengenakannya kapan saja. Semakin puas, semakin banyak uang yang masuk kedalam rekeningnya.
Sambungan video call menyala pada layar laptopnya. Di seberang sana Mike memakai kemeja putih, sepertinya pria itu masih belum menyelesaikan pekerjaannya.
"Belum selesai ya mas meeting nya?"
"Huh iya belum, tapi aku udah kangen sama kamu."
Pipi Gabe bersemu mendengar ucapannya. "Ah kangen aku atau kangen badan aku?" Godanya sambil menunjuk belahan dadanya yang terekspos, sebab Gabe hanya mengenakan lingerie tipis yang membungkus tubuh seksinya.
Wajah Mike mendekat ke layar, mengangkat alis, lalu bibirnya menyeringai tipis, memerhatikan gadis nakalnya. "Coba mana aku mau liat."
Gabe menjauhkan tubuhnya, ia turunkan tali dress-nya hingga sebatas dada. Kulit pucat nya kontras dengan warna merah menyala pada gaunnya. Mike menelan ludah kasar, kejantanannya ikut mengeras di balik celana bahan miliknya.
Perempuan itu menggigit bibir bawahnya, kedua tangannya menopang bongkahan dada besarnya, meremasnya pelan, matanya terpejam, menikmati sentuhannya sendiri.
Mike menggeram, resleting celana diturunkan, ia genggam penis miliknya sambil menonton gerak-gerik si manis. Punggung nya bersandar ke kursi, nafasnya memberat, mata sayu dipenuhi oleh kabut nafsunya.
"Lepas sayang.. biar aku liat tubuh seksi kamu." Gabe menurut, tubuhnya telanjang bulat, karena ia sengaja tidak mengenakan dalaman saat di rumahnya. Meskipun sering, Mike masih saja terpesona melihat tubuh kecil yang selalu berhasil memuaskannya. Tubuh sempurna, berisi, mulus, kenyal, dan menonjol besar di tempat yang benar.
"Mmmh Mikee.." Gabe menaruh guling pada selangkangannya, pinggulnya bergerak maju mundur menggesek kemaluannya, tangan kecilnya meremas, memilin puting tegangnya, lalu menariknya kuat.
Desahannya terdengar merdu. Mike kewalahan, dia memang paling lemah mengendalikan nafsunya. Kalau ia berada disana, pasti Gabe sudah habis dimakan olehnya. Meraup bibir ranumnya, memilin puting merah itu, menampar payudara sintalnya, dan mengucek kasar itilnya hingga Gabe merengek kolonjotan.
"Dasar lonte nakal, seneng ya main sendiri kayak gitu? Enak dikucekin memeknya pake jari sendiri hm?"
"Mmh iyahh.. tapi enakan pake jari massh.. memeknya mau dikasarin sama jari mass ajah enakk.."
"Lonte murahan! Udah berapa banyak cowok yang kamu giniin hm? Selama mas nggak ada disana kamu sering main sama yang lain iya? Digilir kamu sama temen-temen kamu itu?! Nakal ya pasti kamu, sengaja godain mereka biar sentuh tubuh murahan kamu itu!"
Mike terus mengucapkan kalimat kasar kepadanya. Bukannya baper, Gabe malah seneng dikatain kayak gitu. Dia suka dilecehin, dia suka dikasarin sama mas kesayangannya.
Gabe menunjukkan memeknya yang berlumur lendir, mengkilap, mulus, dan basah. Jari lentiknya keluar masuk kedalam lubangnya. Suara cabul, becek, terdengar erotis pada rungu nya. Begitu pula dengan gerakan tangan Mike yang masih mengurut kontol beruratnya. Jempolnya menekan, menggaruk lubang pipisnya, membayangkan batangnya mentok pada lubang sempit miliknya.
Clok clok clok! Nghhh mass aku mau pipishh..
Curr..Deres. Pipisnya deres banget ngucur sampe basahin layar laptopnya, lendir kental bercampur cairan pipis merembes keluar melewati pahanya. Kakinya bergetar, tubuhnya bergelinjang geli, lubangnya cengap-cengap, membuat Mike sampai meneteskan air liurnya.
"Banyak banget sayang pejunya, mas jilatin sampe bersih ya, mas mainin itil kamu yang gatel minta digarukin itu, mas tusuk-tusuk lagi lubangnya pake jari-jari mas yang besar, mas bikin kamu ngompol lagi sampe seprainya basah kuyup."
"Nghh mass udahh.. memeknya kedutan lagi. Mau kontol mas, mau kontol mas yang berurat itu rojokin memek akuh. Mau dimentokin sampe nangis-nangis, mauuh keluar di dalem ahh~" racau Gabe sambil terus mengocok lubangnya lagi.
"Iyaa besok mas pulang ya sayang.. sambut mas nggak usah pake baju. Biar mas bisa perkosa kamu sampe pagi. Bikin kamu nangis-nangis.. bikin kamu nggak bisa jalan.. mas hamilin kamu ya sayang.. mas pejuin perut kamu sampe kembung."
Tubuh Gabe terhentak-hentak kedepan, sambil membayangkan mas kesayangannya melakukan semua yang diucapkan, Gabe makin nggak sabar buat nunggu besok. Ngangkang lebar di depan Mas Mike, sampe nangis-nangis nggak bisa jalan.
"Ahh mass~ ahh~~" lagi, memeknya jadi sensitif banget setelah sekali mengeluarkan pipisnya. Mancur, deres banget basahin laptopnya yang udah di lapnya tadi.
"Mass aku tunggu kamu ya besok. Aku nggak sabar nungguin mas disini. I love you mas, sebelum bobo nanti aku kirim fotonya kayak biasa ya."
"I love you too sayang, jangan pake baju ya, lampunya jangan dimatiin biar mas bisa liat kamu dari kamera."
"Iya mas, aku tutup yaa udah ngantuk."
***
To be continued...
YOU ARE READING
oneshot giselle aespa
Fanfictionkumpulan oneshot twoshot giselle aespa. cerita ini mengandung unsur dewasa, harap untuk yang masih di bawah umur segera meninggalkan lapak ini. be smart for choose a good reading!