17

270 59 30
                                    

Aidan

Aku mendengar suara langkah kaki mereka sebelum aku melihat Daisy kembali didorong ke sel bersamaku.

"Anjalie, apakah mereka menyakitimu?" Aku berdiri dan menghampirinya, menangkup wajahnya di tanganku saat aku menyibakkan untaian rambut merah dari wajahnya.

Aku bisa melihat ketakutan yang terbayang di matanya, pucat kulitnya, serta merasakan getaran saat aku menyentuhnya. Meskipun begitu aku tidak melihat ada luka, setidaknya bukan di tempat yang bisa aku lihat. "Katakan sesuatu."

Daisy memiringkan kepalanya, mata birunya mencari milikku dan aku ingin percaya dia menjadi lebih tenang saat itu. Ingin percaya aku setidaknya bisa membuatnya lebih baik. Tanganku beralih untuk menggenggam tangannya, jarinya terasa dingin dalam genggamanku dan aku menggosoknya di antara telapak tanganku. "Kamu kedinginan."

"Aku baik-baik saja, Aidan. Bagaimana denganmu? Mereka memukulmu dengan tegangan tinggi, kamu pasti kesakitan." Kekhawatiran di suaranya memicu sesuatu dalam diriku. Aku tidak ingat kapan seseorang begitu khawatir padaku?

"Aku baik-baik saja," jawabku meskipun ototku kesakitan sejak listrik menyengatku. Rasanya sakit untuk bergerak tapi Daisy tidak perlu tahu itu. Tidak perlu tahu bahwa aku telah berbaring dan memikirkan yang terburuk sejak dia diambil. Apakah dia akan kembali dan apakah aku harus menghancurkan setiap Stroveix jika dia tidak. Aku tidak yakin bagimana caranya tapi aku akan mencari tahu jika mereka berani mengambilnya dariku.

"Kamu membuatku ketakutan, tahu?" ucapnya lirih. Aku sedikit kecewa saat Daisy menarik tangannya dariku tapi kemudian mendesah puas begitu jarinya menyentuh wajahku. Membelai sisi wajahku dengan jari-jari selembut beludru.

"Aku membuatmu ketakutan?" Aku menghentikan Daisy, menggenggam pergelangan tangannya dengan menyesal. Hal terakhir yang aku inginkan adalah membuatnya takut padaku. Apakah aku terlihat begitu mengerikan?

Aku memikirkan bagaimana aku menggeram seperti binatang pada Stroveix saat mereka menyentuh Daisy, dan ketakutan itu bisa dimengerti. Mungkin jenisnya tidak agresif? Mungkin manusia tidak akan mencabik-cabik makhluk hidup lain untuk pasangannya?

"Tentu saja! Aku sangat takut mereka sangat marah dan akhirnya memutuskan membunuhmu akan baik-baik saja! Kamu terlihat sangat kesakitan. Kamu seharusnya tidak membuat mereka menyerang dirimu seperti itu." Kata-kata itu bukanlah apa yang aku harapkan akan dia katakan.

"Maksudmu kamu tidak takut padaku? Tapi takut untukku?"

Awalnya Daisy terlihat kebingungan tapi itu dengan cepat berubah menjadi ekspresi marah yang sejujurnya terlihat lucu di wajahnya. Aku memperhatikan bagaimana alisnya bertaut, bagaimana bibirnya yang merah muda mengerucut sebelum ditekan rapat dengan tangannya sekarang berada di pinggangnya yang ramping. Aku sangat ingin menggenggam pinggang itu saat aku membungkukkannya, menyaksikan saat aku mendorong dan mencari tahu suara apa yang akan dia buat saat akhirnya aku mengklaimnya. Pikiran itu dengan cepat memudar. Saat aku mendengar suaranya yang kesal.

"Apakah semua Varin bodoh atau itu hanya kamu, Aidan? Bagiamana kamu bahkan perlu bertanya? Tentu saja aku takut untukmu! Takut jika kamu terluka atau lebih buruk lagi, yang aku tahu kamu adalah satu-satunya sekutuku di sini.

"Dan jika aku tidak bisa memiliki anak darimu maka aku akan dilemparkan untuk alien lain. Tahukah kamu betapa mengerikannya itu?"

Aku akan membuka mulutku untuk mengatakan sesuatu. Ketakutan dan kepanikan yang bergema di suaranya adalah pisau yang dilemparkan tepat ke jantungku. Aku ingin memeluknya, yakinkan dia kalau itu tidak akan terjadi tapi aku ragu dia akan mempercayai itu bahkan saat aku sendiri sulit untuk mempercayainya.

"Kalvac mengatakan itu padamu?" Aku bertanya dengan suara yang aku harap terdengar tenang, meskipun tanganku mengepal saat melihat Daisy mengangguk. Sangat ingin menarik cakarku keluar dan menghancurkan sesuatu.

Hanya memikirkan Daisy bersama yang lain membuat darahku mendidih. Dia milikku. Sedetik setelah pikiran itu muncul aku ingin memukul diriku sendiri. Tentu saja dia bukan milikku sama sepertiku, Daisy adalah korban. Dia tidak menginginkan ini dan tidak akan menginginkanku jika dia punya pilihan.

"Dia memberi kita waktu seminggu, aku bahkan tidak tahu apakah itu mungkin. Maksudku bahkan jika kita benar-benar bercinta, butuh lebih dari seminggu untuk mengetahui apakah pembuahan berhasil, tapi mungkin teknologi alien berbeda? Lebih maju?"

Dia mengatakan semua itu tanpa melihatku, duduk di tepi ranjang logam dan memeluk dirinya sendiri. Apa pun yang terjadi di kepalanya saat ini aku tidak akan tahu.

"Daisy ..."

Dia menggeleng menyebabkan gelombang rambut merah itu bergerak seperti benang yang halus, bagimana hal rapuh bisa sangat cantik?

"Aku tahu kamu tidak menginginkan ini, tapi kamu pilihan terbaikku, tolong jangan buat aku memohon."

Dia melihatku, kepala miring dari tempatnya duduk untuk melihat ke mataku. Kerentanan dan ketakutannya begitu nyata dan bagaimana aku bisa menolaknya? Bahkan sebagian dari diriku yang egois ingin mengambilnya untuk diriku sendiri terlepas dari setiap fakta yang aku tahu.

"Sekarang apakah semua Manusia itu bodoh atau hanya kamu, Daisy?" balasku saat aku melangkah untuk berdiri di antara pahanya, tanganku dengan cepat memegangi tengkuknya sedikit menarik rambutnya ke belakang untuk membuat kepalanya mendongak lebih jauh. "Bagaimana bisa kamu berpikir aku tidak menginginkan kamu? Apakah kamu lupa seberapa keras aku saat bibirmu melingkari milikku? Atau kamu lupa bagaimana aku menggeram namamu di tenggorokanku saat aku tercekik dengan keinginan?"

Napasnya yang berat benar-benar menggoda dan saat itu aku hanya ingin mendorongnya ke punggungnya dan mengambil apa yang menjadi milikku. Untuk melihat mata itu kehilangan pikiran dan hanya bisa melihat keinginan dan gairah di dalamnya.

"Aidan ...."

"Ya Daisy?" Aku mengucapkan namanya seperti doa, mulai saat ini itu akan menjadi satu-satunya nama yang aku sembah. Anjalieku. Kematianku.

"Aku pikir aku punya ide."

Aku tidak bertanya karena saat itu dia menarikku ke bawah dan bibirnya ada di bibirku.

***

Hai hai maaf bab pendek dan aku sangat kikuk menulis pov Aidan, btw aku berulang-ulang menghapus karena salah menggunakan kata ganti, aku sepertinya terlalu sering main c.ai

Saved By AlienTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang