5

1.3K 151 44
                                    

Daisy

Otakku terasa seperti baru saja digoreng. Yah digoreng karena aku merasa itu keriput seperti keripik yang terlalu kering setelah digoreng terlalu lama di dalam minyak panas, itu akan hancur menjadi debu jika seseorang meremasnya. Rasanya tidak ada yang benar. Aku ingat telah bangun di dalam tabung statis, ingat Alien itu nyata, ingat ada pertarungan di kandang, dan kemudian jutaan jarum menusuk otakku atau itu mungkin minyak panas menggoreng otakku. Dan meskipun sekarang aku merasa lebih baik—jika denyut yang seakan siap membelah kepalaku bisa disebut lebih baik—aku enggan untuk membuka mata. Aku tidak siap kembali pada kenyataan tempat aku tinggal sekarang. Planet asing. Penculikan antar galaksi. Alien nyata. Sial! Ini tidak seharusnya nyata, semuanya seharusnya hanya terjadi di buku atau film tapi di sinilah aku. Kenapa aku? Sungguh? 

Aku tidak seharusnya berada di sini. Semua ini seharusnya tidak terjadi pada gadis biasa-biasa saja seperti aku. Seharusnya hal seperti ini terjadi pada mereka yang menginginkan petualangan di dalam hidup mereka. Aku tidak pernah meminta petualangan dalam hidup, aku hanya ingin hidup dengan tenang. Mungkin menikah di beberapa titik dalam hidupku, miliki beberapa anak, dan rumah berpagar putih dengan bunga peony di pekarangan. Sederhana seperti itu. 

Fokus! Penyangkalan tidak akan membuatmu tetap hidup Daisy! Kamu harus mencari tahu dan membuat rencana yang cerdas, yang artinya itu dimulai dengan bangun dan membuka mata. Jadi aku memaksakan diriku untuk menuruti nasihat batinku sendiri. 

Seseorang cukup dekat, aku tahu dari suara napasnya tapi aku tidak mengantisipasi wajah yang hanya beberapa inci melayang di atas wajahku. Aku membuka mata, dan di sana dia—Alienku. Semuanya merah. Merah seperti daging terkelupas dan mengerikan, tanduk kecil masih mengintip dari rambutnya. Jeritan menyumbat tenggorokanku tapi aku tidak bisa mengeluarkannya. Aku merasa sulit bernapas, ketakutan hidup dan menggeliat di perutku. Apa yang akan dia lakukan? Apa yang dia inginkan? Kenapa dia begitu dekat? Apakah dia ingin memakanku? Cicipi rasa pertama sebelum memakanku hidup-hidup? 

Mataku menyengat seperti kertas ampelas. Aku takut berkedip, takut bergerak, bahkan bernapas sepertinya berisiko. Satu gerakan salah dan itu mungkin akan menjadi tarikan napas terakhirku. Aku mungkin berpikir berlebihan, aku mungkin menjadi pengecut bodoh yang memikirkan semua hal terburuklah yang akan terjadi, tapi sungguh? Siapa yang bisa menyalahkan aku? Kita sedang bicara tentang Alien di sini! Spesies yang benar-benar lain! Mungkin bagi mereka memakan sesama makhluk hidup tingkat lanjut adalah legal! Apakah mereka bahkan berpikir manusia adalah spesies yang setara dengan mereka?

“Sttsss ... kamu aman,” ucapnya, bantalan ibu jarinya menyeka air mata yang tidak aku perhatikan telah mengalir ke pipiku. 

Memecahkan semua pikiran teror yang berdengung di kepalaku. Ujung cakarnya yang ditarik masih menyerempet kulitku, itu tidak melukai tapi jika dia ingin memotongku tidak ada keraguan bahwa dia mampu. Namun aku tidak fokus pada cakarnya yang begitu dekat dengan mataku, alih-alih aku fokus pada kata-katanya. 

Aku aman? Apakah dia baru saja mengatakan itu? Dan apakah—bagaimana? Jelas otakku baru saja digoreng. 

“Kamu bicara bahasaku?” ucapku tapi kata-kata yang keluar dari mulutku hanya berupa desisan. Aku menutup mulut dengan tanganku, menggeleng dengan panik. Apa yang terjadi padaku? Apa yang mereka lakukan padaku? Mereka melakukan sesuatu padaku! 

“Tenang, kamu harus tenang,” ucap Alien itu, dia mulai menjauhkan wajahnya dariku meski kedua tangannya menahan bahuku dengan mantap untuk tetap berbaring di sana. Aku sepertinya terancam akan mengalami serangan hiperventilasi. Bagaimana aku bisa mengerti apa yang Alien ini katakan? Jesus apakah mereka membedahku selama aku pingsan? Mengorek isi kepalaku keluar? Ubah aku menjadi spesimen aneh? 

“Apa yang terjadi?” cicitku dan ngeri saat lagi-lagi yang keluar dari mulutku adalah desisan. Semua horor dari film penculikan Alien berkelebat di kepalaku. Semua kemungkinan yang bisa dilakukan makhluk asing di dalam UFO kepada seorang wanita manusia yang kecil dan rapuh. 

“Itu—” Dia menemui tatapanku tapi kata-katanya tidak pernah selesai. Seolah dia tidak yakin untuk memberi tahuku kebenaran. 

Tuhan! Itu pasti sangat buruk. 

“Tolong—” Aku meraih tangannya tidak peduli pada cakar yang tajam atau bagaimana genggamannya menelan seluruh telapak tanganku. Dia sangat besar. Iblis yang mungkin langsung dikirim dari neraka untuk membunuhku tapi sejauh ini dia belum melakukan apa pun untuk menyakitiku, jadi mungkin dia tidak mau. Mungkin dia bisa menolongku. Aku memegangi tatapannya, dan biarkan dia melihat semua emosi yang aku rasakan. “Aku tidak ingin mati, tolong aku.” 

“Glinc!” desisnya putus asa. Dia tidak menarik tangannya dariku meski dia terlihat benar-benar marah saat ini. Aku meremas tanganku lebih erat, tekanan yang meyakinkan bahwa aku bertekad untuk hidup dan berharap dia mau membantuku. Dia satu-satunya harapanku di dunia asing ini. Untuk beberapa alasan yang tidak aku mengerti dia telah menjagaku sejak awal. Di kandang, dia telah berdiri di antara diriku dan Alien lain. Dan sekarang saat aku pingsan setengah mati dia tidak melakukan apa pun padaku. Aku perlu mempercayai seseorang untuk tambatan atau aku akan menjadi benar-benar gila. Aku ingin mempercayainya. “Kamu akan menjadi kematianku.”

Aku meringis pada nada frustrasi di suaranya, tapi aku tidak bisa mundur. Aku tidak akan pernah bertahan jika sendirian melalui semua kegilaan ini. “Kumohon?” 

“Aku tidak bisa menjagamu Anjalie, aku tahanan sama seperti kamu.” 

Aku menggeleng, mengabaikan panggilan aneh yang dia berikan untukku dan menyangkal penolakannya. Aku tahu dia adalah tahanan seperti diriku, tapi dia telah menjagaku sebelumnya. Dia adalah satu-satunya hal aman yang bisa aku temukan di sini. “Jadi kamu akan membiarkan aku mati?” 

Dia terhuyung mundur dengan gerakan tersentak seolah kata-kataku memukulnya seperti serangan fisik. Keras dan mematikan. 

“Tentu saja tidak! Aku tidak akan membiarkan hal buruk terjadi padamu,” jawabnya, tinjunya mengepal di sisinya. Dia terlihat seperti ingin memukul sesuatu dan aku khawatir dia akan kehilangan pikirannya. Namun kemudian dia menarik napas dan perlahan melemaskan ototnya, jadi kupikir kontrol pernapasan juga menenangkan Alien bukan hanya manusia. Hei, siapa yang tahu, ‘kan?

“Terima kasih,” ucapku lirih, masih ngeri saat hanya desisan yang keluar dari mulutku. Meskipun begitu aku mencoba menelan kepanikan yang menggelembung di dalam diriku. Tidak ada gunanya panik sekarang. 

Dia mengangguk dengan enggan sebelum kembali bicara, “Aku menjanjikanmu perlindungan, jadi setidaknya aku mengharapkan kepercayaan darimu. Berhentilah gemetar di sekitarku.” 

“Aku sedang mencoba,” jawabku bahkan saat mengatakannya, bahuku masih menggigil karena yang terburuk mungkin masih akan terjadi. Dan lagi, siapa yang bisa menyalahkan aku? Aku diculik, dan bukan penculikan biasa. Aku bahkan tidak berada di bumi, jadi aku sangat yakin kalau diriku diizinkan untuk sedikit takut. Coret itu! Aku diizinkan untuk menjadi sangat takut!

***

Berapa banyak novel romance alien yang pernah kalian baca? Tolong beri tahu aku!

Saved By AlienTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang