Aidan
Di tahun-tahun setelah kedewasaanku, aku hanya pernah melihat empat wanita di dalam hidupku. Ibu sedarahku, ibu angkatku, saudara perempuan Vivex, dan Nai. Tidak satu pun dari mereka seperti Daisy dan tidak satu pun dari mereka yang membuatku merasakan api penciptaan seperti yang dilakukan Daisy. Kelahiran bayi perempuan di Turia telah menurun secara drastis sejak seratus tahun terakhir. Tidak ada yang benar-benar tahu penyebabnya, dan tidak ada yang tahu cara untuk memperbaikinya. Pada dasarnya jenisku sedang sekarat. Beberapa ratus tahun dari sekarang Varin akan menghilang. Tidak akan ada yang tersisa dari kami.
Daisy bergeser di pangkuanku dengan tidak nyaman, sekali lagi membuatku mendesis saat pantatnya yang lembut bergesekan dengan milikku yang kaku seperti papan. Tanganku yang tidak melingkari tubuhnya mengepal disisiku. Berjuang agar aku tidak melemparkannya ke bahuku. Membawanya jauh dari semua mata yang ingin tahu sehingga aku bisa mengupasnya untuk diriku sendiri.
"Kamu terlihat seperti kamu ingin muntah, Bung," ucap Feral, kekeh kecil tumpah dari bibirnya. Itu membuat Daisy menggeliat lagi, menekan tubuhnya ke tubuhku lebih erat.
Aku mengambil napas mendesis melalui gigiku. "Apa yang kamu mau?"
Feral mengalihkan perhatiannya dariku untuk menatap Daisy. "Aku sedang melihat peluang untuk bebas."
"Kita belum pernah bermasalah sebelumnya, tapi jika kamu mencoba menyakitinya, bahkan jika kamu hanya memikirkan itu. Aku akan menghancurkanmu. Tidak peduli fakta bahwa kamu adalah yang terakhir dari jenismu," ucapku tapi Feral hanya tersenyum lebih lebar tidak takut sama sekali dengan ancamanku.
"Dinginkan Aidan. Aku sama sekali tidak ingin berada di sisi burukmu. Tidak cukup bodoh untuk menarik amukan dari Varin yang setengah dikawinkan."
Aku mendengus, tidak sepenuhnya percaya padanya. Aku seharusnya tidak percaya siapa pun di sini. "Kamu pasti akan berada di sisi burukku jika kamu tidak mulai menutup mulut."
Dia menyeringai seperti semua interaksi ini adalah sebuah lelucon besar, tapi aku mengabaikannya. Sebaliknya aku beralih pada Daisy yang sekarang bersandar padaku. Dia masih belum menyentuh makanannya. Aku menggeser rambut merah yang jatuh ke wajahnya, menyelipkannya ke belakang telinga.
"Baik?" tanyaku, jariku menyentuh wajahnya. Memiringkannya ke arahku. Aku tidak harus menyentuhnya, tapi aku ingin. Aku ingin menelusuri sisi wajahnya, membenamkan jariku ke rambutnya yang tebal. Menariknya cukup dekat, untuk tersesat di matanya yang cerah. Miliknya berwarna biru, seperti warna langit Turia sesudah badai.
Dia melirik ke arah Feral tapi kemudian menggeleng. "Aku baik-baik saja."
"Makan, aku yakin kamu membutuhkannya," ucapku. Aku mengambil salah satu buah dari tumpukan di nampan dan menawarkan itu padanya. Aku tidak bisa berhenti bertanya-tanya apakah dia kelaparan saat berada di tempat asalnya.
"Ini aman? Aku tidak tahu apakah tubuhku akan bereaksi buruk pada makanan di sini." Dia mengambil irisan Parana dari jariku. Itu buah yang umum tumbuh di dataran tinggi Turia. Dagingnya berwarna biru dengan biji putih kecil menyebar di daging buahnya. Berair dan manis, dan sering kali dibuat manisan, selai, atau sirup.
"Untuk kreditnya, Stroveix tidak akan meletakkan makanan yang akan beraksi buruk terhadap tubuh kita. Mereka ingin kita hidup," sela Feral, dan untuk membuktikannya dia mengambil potongan lain. Memasukkannya ke mulut dan tersenyum saat menelan. "Cobalah Cantik."
Aku memelototinya tapi dia benar-benar mengabaikanku. Dia hanya melambaikan tangannya seolah memberikan dorongan kepercayaan agar Deisy makan.
"Ambil gigitan kecil," saranku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Saved By Alien
RomanceROMANCE || MATURE || SCI-FI Daisy McCormick Ketika Daisy menyadari telah diculik dan dilemparkan ke dalam sel bersama segerombolan alien yang mengamuk dan marah, dia merasa sangat ketakutan. Jika bukan karena salah satu alien sepertinya bertekad unt...